BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam al-Quran secara tegas Allah SWT menyatakan bahwa maksud dan tujuan
penciptaan manusia adalah untuk melakukan pengabdian (beribadah) hanya
semata-mata kepada-Nya (QS. al-Dzariyat: 56). Dalam proses penciptaan manusia
itu, Allah SWT juga telah membekali manusia dengan berbagai potensi untuk
menunjang kelangsungan hidupnya di dunia. Potensi tersebut di antaranya adalah
akal yang tidak diberikan oleh Allah kepada makhluk lainnya kecuali kepada
manusia. Dengan potensi akal tersebut manusia cenderung berkeinginan untuk
memperoleh ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya yang diwujudkan dalam bentuk
interaksi antara pendidik dan peserta didik. Ketika Adam as masih berada di
dalam surga, Allah SWT juga telah mengajarkan kepadanya nama-nama segala
sesuatu yang ada di surga. Dengan demikian, motivasi untuk belajar pada
hakikatnya telah menjadi fitrah dalam diri setiap manusia.
Potensi atau fitrah dalam diri manusia itu tidaklah dapat berkembang begitu
saja tanpa melalui suatu proses pendidikan. Dalam perspektif pendidikan Islam,
tujuan utama yang ingin dicapai adalah memaksimalkan seluruh potensi manusia
guna mewujudkan tugas utamanya yaitu memakmurkan bumi Allah SWT (khalifah fi
al-ardh) di samping semata-mata mengabdi kepada Allah SWT melalui
internalisasi nilai-nilai dengan menjadikan sifat-sifat Allah sebagai bagian
dari karakteristik kepribadiannya. Dalam upaya pencapaian tujuan tersebut akan
sangat efektif apabila didukung oleh alat penunjang yang disebut alat
pendidikan, baik berupa benda (materi) maupun nonmateri (tindakan).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka penulis merumuskan
permasalahan makalah ini sebagai berikut:
1.
Apa pengertian alat dalam pendidikan
Islam?
2.
Bagaimana bentuk-bentuk alat dalam
pendidikan Islam?
3. Bagaiana
fungsi alat dalam pendidikan Islam?
C. Tujuan Penulisan
Makalah ini di buat sebagai salah satu tugas Ilmu Pendidikan Islam. Selain
itu tujuan makalah ini supaya mahasiswa mengetahui:
1.
Pengertian alat dalam pendidikan
Islam
2.
Bentuk-bentuk alat dalam pendidikan
Islam
3. Fungsi alat
dalam pendidikan Islam.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Alat dalam Pendidikan Islam
Alat dalam Pendidikan Islam merupakan perpaduan antara tiga kata yang
memiliki satu makna. Namun sebelum mendefinisikan frase tersebut, ada baiknya
terlebih dahulu dipahami pengertian masing-masing kata dalam frase itu sendiri,
baik dari segi bahasa maupun istilah.
Secara etimologi alat diartikan sesuatu barang yang dipakai untuk mencapai
suatu maksud. Sedangkan pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dengan
demikian alat pendidikan berarti sesuatu barang atau benda yang digunakan untuk
mencapai tujuan pendidikan.
Sedangkan definisi pendidikan Islam
adalah bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam
dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi
berlakunya semua ajaran Islam.[1] Istilah mengarahkan, mengasuh, mengajarkan atau
melatih mengandung pengertian usaha mempengaruhi jiwa anak didik melalui proses
setingkat demi setingkat menuju tujuan yang ditetapkan, yaitu menanamkan takwa
dan akhlak serta menegakkan kebenaran sehingga terbentuklah manusia yang
berpribadi dan berbudi luhur sesuai ajaran Islam.
Jadi alat dalam pendidikan Islam
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mempengaruhi jiwa anak
didik agar menjadi insan yang bertakwa, berakhlak dan menegakkan kebenaran
sesuai dengan ajaran Islam dalam rangka menjalankan tugas dan fungsinya sebagai
hamba Allah dan juga khalifah di muka bumi.[2]
B. Bentuk-bentuk Alat dalam Pendidikan Islam
Pada dasarnya yang dinamakan alat ini luas sekali artinya, segala
perlengkapan yang dipakai dalam usaha pendidikan disebut alat pendidikan. Di
samping sebagai perlengkapan, alat pendidikan juga merupakan membantu
mempermudah tercapainya tujuan pendidikan.
Ditinjau dari segi wujudnya, alat pendidikan dapat berupa: 1) perbuatan
pendidik (software), mencakup nasihat, teladan, larangan, perintah,
pujian, teguran, ancaman dan hukuman. 2) benda-benda sebagai alat bantu (hardware)
mencakup meja kursi belajar, papan tulis, penghapus, kapur tulis, buku, peta,
OHP, dan sebagainya.
Oleh karena itu alat-alat pendidikan bukan hanya perangkat dalam bentuk
benda (materi), tetapi ada yang berbentuk nonmateri (Abstrak/tindakan).[3]
Adapun bentuk-bentuk alat dalam pendidikan Islam yaitu:
1.
Materi (Alat dalam Bentuk Benda/hardware)
Beberapa alat yang berbentuk materi
(alat yang berbentuk benda) dalam pendidikan Islam yang sangat penting dalam
dunia pendidikan adalah sebagai berikut:
a.
Pendidik
Pendidik merupakan alat pendidik
karena tanpa pendidik, pendidikan tidak akan berjalan dengan baik.
b.
Lembaga Pendidik
Yang memberikan tempat untuk
melaksanakan pendidikan formal atau informal.
c.
Anak Didik
Anak didik yang merupakan sasaran
dalam dunia pendidikan itu sendiri.
d.
Sarana dan Prasaran Pendidikan
Yang membantu lancarnya pelaksanaan
pendidikan, terutama dalam proses belajar pembelajaran seperti meja kursi
belajar, papan tulis, penghapus, kapur tulis, buku, peta, OHP, dan sebagainya.
e.
Perpustakaan
Yaitu buku-buku yang memberikan
informasi ilmu pengetahuan kepada para pendidik dan anak didik.
f.
Kecakapan atau kompetensi Pendidik
Kecakapan atau kompetensi pendidik
sehingga memberikan pengajaran yang propesional dan sesuai dengan kapabilitasnya.
g.
Metodologi Pendidikan
Merupakan pendekatan sistem
pengajaran yang digunakan, misalanya menggunakan metode ceramah, diskusi, Tanya
jawab, penugasan, atau pengajaran dengan pola rekreatif.
h.
Manajemen Pendidikan
Yaitu yang mengelola pelaksanaan
pendidikan merupakan alat yang amat penting dalam pendidikan, seperti
pengaturan jadwal pelajaran, penempatan pendidik dalam mata pelajaran tertentu,
pengaturan lama mengajar, pemenuhan gaji atau honor pendidik, penentuan
rapat-rapat pendidik dan lain sebagainya.
i.
Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran yang
disesuaikan dengan tujuan belajar siswa dalam lembaga pendidikan tertentu,
karena setiap lembaga pendidikan memiliki visi dan misi serta maksud dan tujuan
yang berbeda-beda.
j.
Evaluasi Pendidikan dan Evaluasi
Belajar
Dalam pendidikan dikenal dengan
tujuan pendidikan dan tujuan belajar. Tujuan pendidikan diletakan untuk semua
proses pendidikan dalam lembaga pendidik, sedangkan tujuan belajar hanya
dimaksudkan untuk belajar mata pelajaran tertentu. Selain itu evaluasi termasuk
alat pendidikan karena dengan evaluasi, tingkat keberhasilan anak dapat
diketahui. Perkembangan belajar peserta didik dengan mudah dapat diketahui
apabila sistem evaluasinya sesuai dengan metode pengajaran yang digunakan oleh
para pendidik.[4]
2.
Nonmateri (Tindakan/software)
Baik alat
yang berbentuk materi (alat berbentuk benda/hardware) maupun nonmateri
(tidakan/software) mempunyai fungsi yang sama-sama pentingnya, kedua
alat ini tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Alat yang berbentuk
nonmateri (tidakan/software) merupakan tindakan pendidikan.
Maka tindakan
pendidikan yang merupakan alat pendidikan dapat ditinjau berdasarkan tiga sudut
pandang, berikut:
a.
Pengaruh tindakan terhadap tingkah
laku anak didik, antara lain:
1)
Tindakan yang bersifat positif
mendorong anak didik untuk melakukan serta meneruskan tingkah laku tertentu,
seperti teladan, perintah, pujian, dan hadiah.
2)
Tindakan yang bersifat mengekang,
mendorong anak didik untuk menjauhi serta menghentikan tingkah laku tertentu,
seperti larangan, teguran, dan hukuman.
b.
Akibat tindakan terhadap perasaan
anak didik, antara lain:
1)
Menyenangkan anak didik, seperti
pujian dan hadiah dan
2)
Tidak menyenangkan dan menyebabkan
anak didik menderita seperti ancaman dan hukuman.
c.
Bersifat melindungi anak didik,
terdiri dari:
1)
Mencegah atau mengarahkan, seperti
perintah, teladan, dan larangan
2)
Memperbaiki, seperti teguran,
ancaman dan hukuman. [5]
Berikut akan
diuraikan secara ringkas beberapa alat pendidikan dalam bentuk nonmateri
(tindakan/sofeware) berdasarkan perspektif pendidikan Islam itu sendiri, yaitu:
a.
Keteladanan
Tingkah laku, cara berbuat, dan
berbicara akan ditiru oleh anak. Dengan teladan ini, lahirlah gejala
identifikasi positif, yakni penyamaan diri dengan orang-orang yang ditiru.
Identifikasi positif itu penting sekali dalam pembentukan kepribadian. Karena
itulah teladan merupakan alat pendidikan yang utama, sebab terikat erat dalam
pergaulan dan berlangsung secara wajar. Hal yang perlu diperhatikan oleh
pendidik adalah kejelasan tentang tingkah laku mana yang harus ditiru atau yang
sebaliknya. Teladan dimaksudkan untuk membiasakan anak didik dalam mencapai
tujuan yang diinginkan.
Menurut al-Ghazali,[6]
terdapat beberapa sifat penting yang harus dimiliki oleh pendidik sebagai
seorang yang diteladani, yaitu:
1)
Amanah dan tekun bekerja
2)
Bersifat lemah lembut dan kasih
sayang terhadap murid
3)
Dapat memahami dan berlapang dada
dalam ilmu serta orang-orang yang mengajarkannya
4)
Tidak rakus pada materi
5)
Berpengetahuan luas
Al-Ghazali
juga menambah-kan bahwa terdapat beberapa sifat penting yang harus
terinternalisasi dalam diri peserta didik, yaitu:
1)
Rendah hati,
2)
Mensucikan diri dari segala
keburukan
3)
Taat dan istiqamah.
Karena
beberapa sifat terakhir perlu dimiliki peserta didik, maka pendidik hendaknya
menjadi teladan dari sifat-sifat tersebut.
b.
Anjuran, Perintah dan Larangan
Kalau pada
alat pendidikan berupa keteladanan anak dapat melihatnya tercermin pada
seseorang yang diidolakannya sebagai sebuah proses identifikasi, maka di dalam
alat pendidikan berupa ajuran, perintah dan larangan anak mendengar apa yang
harus dilakukan dan tidak dilakukan. Perintah adalah tindakan pendidik menyuruh
anak didik melakukan sesuatu. Sedangkan larangan
merupakan tindakan pendidik menyuruh anak didik tidak melakukan atau
menghindari tingkah laku tertentu. Alat ini adalah sebagai pembentuk disiplin
secara positif. Disiplin diperlukan dalam pembentukan kepribadian, terutama
karena nanti akan menjadi disiplin sendiri, dengan penanaman disiplin luar
terlebih dahulu.
Khusus
berkenaan dengan alat pendidikan berupa perintah dan larangan, hal ini
sesungguhnya merupakan implementasi dari konsep amar ma'ruf nahi munkar.
Agar segala
anjuran, perintah dan larangan yang guru sampaikan diikuti oleh peserta didik
maka guru harus menggunakan cara-cara yang efektif, ada 3 macam asas dasar yang
dipakai Al-Qur'an untuk menamkan pendidikan, yaitu:[7]
1)
Mahkamah aqliyah, mengetuk
akal pikiran untuk memecahkan segala sesuatu. Di dalam tingkat ini Al-Qur'an
menyadarkan setiap akal manusia untuk memikirkan asal usul dirinya, mulai dari
awal kejadiannya, kemudian perkembangannya baik fisik maupun akal dan ilmunya
ataupun mental spriritual. Sesudah itu dibawanya ke alam cakrawala yang luas
terbentang ini, yang semuanya dengan menggunakan kata-kata yang dapat diikuti
oleh orang-orang awam dan dapat dijadikan bahan penyelidikan secara ilmiah oleh
para sarjana.
2)
Al-Qisas Wat Tarikh,
menggunakan cerita-cerita dan pengetahuan sejarah. Dengan mengemukakan berbagai
cerita/peristiwa, dan membuka lembaran-lembaran sejarah di masa lampau, Allah
mengajak manusia supaya bercermin kepada fakta dan data di masa dahulu itu
untuk melihat dirinya, berbagai cerita yang disebut oleh Al-Qur'an menghidupkan
sejarah-sejarah lama untuk memberanikan manusia untuk jaman yang
dihadapnya dan masa depan terbentang untuk diisi dengan pendidikan kepada
anak-anak. Menempuh jalan ini, yaitu cerita dan sejarah, lebih mudah meresapkan
kepada anak mereka.
3)
Al-Isarah Al Widaniyah memberikan
perangsang kepada perasaan-perasaan. Membangkitkan rangsangan
perasaan-perasaan, adalah jalan yang terpendek untuk menanamkan suatu karakter
kepada anak-anak. Dan perasaan-perasaan itu terbagi kepada:
a)
Perasaan pendorong, yaitu rasa
gembira, harapan hasrat yang benar dan lain sebagainya
b)
Perasaan penahan, yaitu rasa takut
(berbuat kejahatan), rasa sedih (berbuat kedzaliman) dan lain sebagainya
c)
Perasaan kekaguman, yaitu rasa
hormat dan kagum, rasa cinta, rasa bakti dan pengabdian, dan lain sebagainya
Memberikan
perangsang terhadap perasaan-perasaan ini menurut tempat dan waktunya yang
tepat, menimbulkan kesan yang mendalam kepada anak-anak yang kita didik.
Sebab itu
sebagai Pendidik Tertinggi maka Allah menyebutkan dalam Surat Al-Fatah ayat 8
bahwa Nabi Muhammad adalah memiliki sifat utama, yaitu:
1)
Syahidan (penggerak
perasaan-perasaan)
2)
Mubasysiran (pembawa berita
gembira), dan
3)
Naziran (pembawa peringatan untuk
menahan dari kejahatan)
c.
Pujian dan Hadiah
Merupakan tindakan pendidik yang
fungsinya memperkuat penguasaan tujuan pendidikan tertentu yang telah dicapai
anak didik. Hadiah dalam hal ini tidak mesti selalu berwujud barang. Anggukan
kepala dengan wajah berseri, menunjukkan jempol si pendidik, doa yang baik dari
pendidik untuk peserta didik sudah merupakan satu hadiah, yang pengaruhnya
besar sekali, seperti memotivasi, menggembirakan, dan menambah kepercayaan
dirinya. Pujian dan hadiah harus diberikan pada saat yang tepat, yaitu segera
sesudah anak didik berhasil. Jangan diberikan sebagai janji, karena akan
dijadikan sebagai tujuan kegiatan yang dilakukan.[8]
d.
Teguran
Satu hal yang perlu disadari, bahwa
manusia bersifat tidak sempurna, maka kemungkinan-kemungkinan untuk berbuat
khilaf dan salah, penyimpangan-penyimpangan dari anjuran selalu ada, lagi pula
perlu diperhatikan bahwa anak-anak bersifat pelupa, cepat melupakan
larangan-larangan, atau perintah yang baru saja diberikan kepadanya. Karenanya
sebelum kesalahan itu berlangsung lebih jauh, perlu adanya koreksi dan teguran.
Teguran dapat berupa kata-kata, tetapi dapat juga berupa isyarat-isyaratnya,
misalnya pandangan mata yang tajam, dengan menunjuk lewat jari, dan sebagainya.
Teguran ini juga merupakan tindakan pendidik untuk mengoreksi pencapaian tujuan
pendidikan oleh anak didik.
e.
Peringatan dan Ancaman
Peringatan diberikan kepada anak
yang telah beberapa jali melakukan pelanggaran, dan telah diberikan teguran
pula atas pelanggarnya. Dalam memberikan peringatan ini, bisanya disertai
dengan ancaman akan sanksinya. Karena itulah, ancaman merupakan tindakan
pendidik mengoreksi secara keras tingkah laku anak didik yang tidak diharapkan,
dan disertai perjanjian jika terulang lagi akan dikenakan hukuman atau sanksi.
Ancaman lazimnya akan menimbulkan
ketakutan, dan melahirkan kemungkinan anak didik menerima karena mengerti dan
penuh kesadaran, atau anak didik menerima karena takut atau anak didik menolak
karena tidak mau dipaksa. Alat berupa ancaman ini dianjurkan jangan dibiasakan
dan digunakan kecuali hanya pada saat yang tepat saja.
f.
Hukuman
Menghukum adalah memberikan atau
mengadakan nestapa atau penderitaan dengan sengaja kepada anak didik dengan
maksud agar penderitaan tersebut betul-betul dirasakannya, untuk menuju ke arah
perbaikan. Dengan demikian hukuman merupakan alat pendidikan istimewa, sebab
membuat anak didik menderita. Dalam hal pemberian hukuman ini, paling tidak ada
dua prinsip dasar mengapa diadakan, yaitu:
1)
Hukuman diadakan karena adanya
pelanggaran, adanya kesalahan yang diperbuat
2)
Hukuman diadakan dengan tujuan agar
tidak terjadi pelanggaran.
C. Fungsi Alat dalam Pendidikan Islam
Alat pendidikan Islam mempunyai peranan penting sebab merupakan jembatan
yang menghubungkan pendidik dengan peserta didik menuju kepada tujuan
pendidikan Islam yang terbentuknya kepribadian muslim.
Berhasil atau tidaknya pendidikan Islam ini dipengaruhi oleh seluruh faktor
yang mendukung pelaksanaan pendidikan Islam ini.[9]
Apabila timbul permasalahan di dalam Pendidikan Islam, maka kita harus dapat
mengklasifikasikan masalah yang kita hadapi itu ke dalam faktor-faktor yang
ada. Apabila seluruh faktor telah dipandang baik terkecuali faktor alat ini,
maka kita pun harus pandai memperinci dan mengklasifikasikan ke dalam
klasifikasi masalah alat pendidikan yang lebih kecil dan terperinci
lagi. Misalnya dalam segi apa, dari masalah alat apa? Memang masalah mengenai
alat pendidikan sangat penting terutama alat pendidikan yang berkenaan dengan
tindakan. Sebab alat pendidikan yang bersifat tindakan ini dapat lebih berbekas
pada diri anak didik dan memberikan kesan yang lebih mendalam.
Fungsi alat pendidikan dalam bentuk materi atau hardware yang
dikemukakan oleh Abu Bakar Muhammad sebagai berikut:[10]
1.
Mampu mengatasi kesulitan-kesulitan
dalam memperjelas materi pelajaran yang sulit
2.
Mampu mempermudah pemahaman, dan
menjadikan pelajaran lebih hidup dan menarik
3.
Merangsang anak untuk bekerja dan
menggerakkan naluri kecintaan menelaah (belajar) dan menimbulkan kemauan keras
untuk mempelajari sesuatu
4.
Membantu pembentukan kebiasaan,
melahirkan pendapat, memperhatikan dan memikirkan suatu pelajaran, serta
5.
Menimbulkan kekuatan perhatian
(ingatan), mempertajam indera dan melatihnya, memperhalus perasaan dan cepat
belajar.
Sedangkan alat dalam perspektif
pendidikan Islam berupa nonmateri (tindakan) lebih banyak tujuannya untuk
pembentukan pribadi yang baik atau sempurna atau yang diistilahkan dengan insan
kamil. Kesempurnaan itu ditandai dengan teroptimalkannya seluruh potensi yang
ada pada diri individu untuk kebahagiaan hidupnya baik di dunia maupun di
akhirat. Pendidikan Islam sangat berperan untuk tugas itu, sehingga murid akan
memiliki akhlak dan moral yang luhur. Itulah yang membedakan pendidikan Islam
dengan pendidikan lainnya.
BAB III
KESIMPULAN
Alat dalam pendidikan Islam adalah
segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mempengaruhi jiwa anak didik
agar menjadi insan yang bertakwa, berakhlak dan menegakkan kebenaran sesuai
dengan ajaran Islam dalam rangka menjalankan tugas dan fungsinya sebagai hamba
Allah dan juga khalifah di muka bumi.
Ditinjau dari segi wujudnya, alat
pendidikan dapat berupa: 1) perbuatan pendidik (software), mencakup
nasihat, teladan, larangan, perintah, pujian, teguran, ancaman dan hukuman. 2)
benda-benda sebagai alat bantu (hardware) mencakup meja kursi belajar,
papan tulis, penghapus, kapur tulis, buku, peta, OHP, dan sebagainya.
Oleh karena itu alat-alat pendidikan
bukan hanya perangkat dalam bentuk benda (materi), tetapi ada yang berbentuk
nonmateri (Abstrak/tindakan).
Fungsi alat pendidikan dalam bentuk
materi atau hardware yang dikemukakan oleh Abu Bakar Muhammad sebagai
berikut:
1.
Mampu mengatasi kesulitan-kesulitan
dalam memperjelas materi pelajaran yang sulit
2.
Mampu mempermudah pemahaman, dan
menjadikan pelajaran lebih hidup dan menarik
3.
Merangsang anak untuk bekerja dan
menggerakkan naluri kecintaan menelaah (belajar) dan menimbulkan kemauan keras
untuk mempelajari sesuatu
4.
Membantu pembentukan kebiasaan,
melahirkan pendapat, memperhatikan dan memikirkan suatu pelajaran, serta
5.
Menimbulkan kekuatan perhatian
(ingatan), mempertajam indera dan melatihnya, memperhalus perasaan dan cepat
belajar.
Sedangkan
alat dalam perspektif pendidikan Islam berupa nonmateri (tindakan) lebih banyak
tujuannya untuk pembentukan pribadi yang baik atau sempurna atau yang
diistilahkan dengan insan kamil. Kesempurnaan itu ditandai dengan
teroptimalkannya seluruh potensi yang ada pada diri individu untuk kebahagiaan
hidupnya baik di dunia maupun di akhirat. Pendidikan Islam sangat berperan
untuk tugas itu, sehingga murid akan memiliki akhlak dan moral yang luhur.
Itulah yang membedakan pendidikan Islam dengan pendidikan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Buwythi,
Muhammad Said Ramadhan. Al-Manhajut Tarbawi farid Fil Quran. Diposting
di http://ww.wikipedia.com.
tgl 10 oktober 2010.
Daradjat, Zakiah. 1984. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Fuad bin
Abdul Azis. 2005. Mengajar EQ Cara Nabi. Bandung: MQS Publising.
Muhammad, Abu Bakar. 1981. Pedoman Pendidikan dan Pengajaran.
Surabaya: Usaha Nasional.
Saebani,
Beni Ahmad. 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Sulaiman, Fathiyyah Hasan. 1986. Alam Pikiran al-Ghazali Mengenai
Pendidikan dan Ilmu. Bandung: CV. Diponegoro
Sutikno, M.
Sobry. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung:Prospect.
Tafsir, Ahmad. 2005. Ilmu
Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: Rosda.
[6] Sulaiman, Fathiyyah Hasan.
Alam Pikiran al-Ghazali Mengenai Pendidikan dan Ilmu. Bandung: CV.
Diponegoro. 1986.
[7] Al-Buwythi, Muhammad Said Ramadhan. Al-Manhajut Tarbawi farid Fil Quran.
Diposting di http://ww.wikipedia.com.
tgl 10 oktober 2010. Di akses tgl. 30 Desember 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar