MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
A. Konsep Manajemen Pendidikan Islam
1. Pengertian
Manajemen
Dari segi bahasa manajemen berasal dari bahasa Inggris yang merupakan
terjemahan langsung dari kata management yang berarti pengelolaan, ketata
laksanaan, atau tata pimpinan. Sementara dalam kamus Inggris Indonesia karangan
John M. Echols dan Hasan Shadily management berasal dari akar kata to
manage yang berarti mengurus, mengatur, melaksanakan, mengelola, dan
memperlakukan.[1]
Sedangkan Sondang P Siagian mengartikan manajemen sebagai kemampuan
atau keterampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka mencapai tujuan
melalui kegiatan-kegiatan orang lain.[2]
Istilah
manajemen, terjemahannya dalam bahasa Indonesia hingga saat ini belum ada
keseragaman. Banyak penulis yang telah berusaha untuk memberikan definisi atau
batasan-batasan tentang pengertian manajemen (nitisemito, 1983:13). Berikut ini
akan kami kutipkan beberapa definisi tentang manajemen dari beberapa penulis:
a. Menurut
Koontz dan O’Donnell dalam bukunya
Principle of Management antara lain mengatakan sebagai berikut : “management” is getting done through the efforts of other people.”
Principle of Management antara lain mengatakan sebagai berikut : “management” is getting done through the efforts of other people.”
b. GR. Terry
dalam bukunya Principles of Management (1972) menyebutkan bahwa manajemen
merupakan suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian yang dilakukan
untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui
pemanfaatan sumber daya lainnya.
c. Menurut
Sukanto Reksohadiprojo M. Com, dalam bukunya “Dasar-Dasar Management” yang
dikutip oleh Nitisemito mengatakan “Suatu usaha merencanakan, mengorganisir,
mengarahkan, mengkordinir serta mengawasi kegiatan dalam suatu organisasi agar
tercapai tujuan organisasi secara efisien dan efektif.
Dari
pemaparan beberapa definisi di atas pada dasarnya memiliki titik kesamaan yang
sama, sehingga dapat disimpulkan menjadi beberapa hal yang oleh Marno dan Triyo
Supriyatno di simpulkan sebagai berikut :
a. Manajemen
merupakan suatu usaha atau tindakan ke arah pencapaian tujuan melalui sebuah
proses.
b. Manajemen
merupakan system kerja sama dengan pembagian peran yang jelas.
c. Manajemen
melibatkan secara optimal konstribusi orang-orang, dana, fisik dan
sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien. (Marno, 2008 : 1-2)
Selanjutnya,
bila kita mempelajari literatur manajemen, maka akan ditemukan bahwa istilah
manajemen mengandung tiga pengertian yaitu:
a. Manajemen
sebagai suatu proses.
b. Manajemen
sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen,
c. Manajemen
sebagai suatu seni (Art) dan sebagai suatu ilmu pengetahuan (Science)
Menurut
pengertian yang pertama, yakni manajemen sebagai suatu proses, mengandung makna
bahwa diperlukan pengetahuan tentang fungsi-fungsi manajemen dan hubungan antar
fungsi-fungsi manajemen.
Fungsi-funsi manajemen (akan dibahas selanjutnya) sangat banyak dan berbeda-beda antara satu penulis dengan penulis lain. Namun, pada intinya tidak akan lepas dari istilah yang sudah masyhur di dunia manajemen yaitu POAC-D yang merupakan kepanjangan dari: Planing, Organizing, Actuating, Controlling, and Directing.
Fungsi-funsi manajemen (akan dibahas selanjutnya) sangat banyak dan berbeda-beda antara satu penulis dengan penulis lain. Namun, pada intinya tidak akan lepas dari istilah yang sudah masyhur di dunia manajemen yaitu POAC-D yang merupakan kepanjangan dari: Planing, Organizing, Actuating, Controlling, and Directing.
Hubungan
antara fungsi-fungsi manajemen yang satu dengan yang lain adalah saling
bertautan. Dengan kata lain antara fungsi manajemen yang satu dengan yang lain
adalah saling pengaruh-mempengaruhi. Meskipun demikian fungsi perencanaan
merupakan landasan dari fungsi-sungsi manajemen yang lain.
Menurut
pengertian yang kedua, manajemen adalah kolektivitas orang-orang yang melakukan
aktivitas manajemen. Jadi dengan kata lain, segenap orang-orang yang melakukan
aktivitas manajemen dalam suatu badan tertentu disebut manajemen.
Menurut
pengertian yang ketiga, manajemen adalah seni (Art) atau suatu ilmu
pnegetahuan. Manajemen dianggap sebagai ilmu dan seni dikarenakan
prinsip-prinsipnya saat ini memang sudah dapat dipelajari, tetapi dalam
penerapannya hasilnya masih sangat dipengaruhi pada bakat-bakat perseorangan
(Nitisemito, 1989: 16). Seni adalah suatu pengetahuan bagaimana mencapai hasil
yang diinginkan atau dalam kata lain seni adalah kecakapan yang diperoleh dari
pengalaman, pengamatan dan pelajaran serta kemampuan untuk menggunakan
pengetahuan manajemen.
Mengapa di dalam manajemen diperlukan bakat-bakat tertentu? Hal ini disebabkan karena pekerjaan memimpin agar lebih berhasil memerlukan kewibawaan, kemampuan untuk mengambil keputusan cepat, human relation dan sebagainya, padahal sebagaimana kita tahu hal-hal tadi sampai saat ini kesemuanya itu terletak pada diri seseorang tersebut yang merupakan bakat yang “agak” sulit untuk dipelajari.[3]
Mengapa di dalam manajemen diperlukan bakat-bakat tertentu? Hal ini disebabkan karena pekerjaan memimpin agar lebih berhasil memerlukan kewibawaan, kemampuan untuk mengambil keputusan cepat, human relation dan sebagainya, padahal sebagaimana kita tahu hal-hal tadi sampai saat ini kesemuanya itu terletak pada diri seseorang tersebut yang merupakan bakat yang “agak” sulit untuk dipelajari.[3]
2. Pengertian
Pendidikan
Pendidikan
adalah segala upaya, latihan dan sebagainya untuk menumbuh kembangkan segala
potensi yang ada dalam diri manusia baik secara mental, moral dan fisik untuk
menghasilkan manusia yang dewasa dan bertanggung jawab sebagai makhluk yang
berbudi luhur.
Pendidikan
sebagai usaha membina dan mengembangkan peribadi manusia dari aspek-aspek
rohaniah dan jasmaniah juga harus berlangsung secara bertahap. Oleh karena
suatu kematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi
perkembangan/pertumbuhan, baru dapat tercapai bilamana berlangsung melalui
peroses demi peroses kearah tujuah akhir perkembangan atau pertumbuhannya.[4]
Dalam studi
pendidikan, sebutan “ pendidikan Islam” pada umumnya dipahami sebagai suatu
ciri khas, yaitu jenis pendidikan yang berlatar belakang keagamaan. Dapat juga
di ilustrasikan bahwa pendidikan yang mampu membentuk “manusia yang unggul
secara intelektual, kaya dalam amal, dan anggung dalam moral”. Menurut
cita-citanya pendidikan Islam meperoyeksi diri untuk memperoleh “insan kamil”,
yaitu manusia yang sempurna dalam segala hal, sekalipun di yakini baru hanya
Nabi Muhammad SAW yang telah mencapai kualitasnya. Lapangan pendidikan Islam
diidentik dengan ruang lingkup pendidikan Islam yaitu bukan sekedar peroses
pengajaran (face to face), tapi mencakup segala usaha penanaman
(internalisasi) nilai-nilai Islam kedalam diri subyek didik.
3. Manajemen
Pendidikan Islam
Istilah ini
(Manajemen Pendidikan Islam) menimbulkan beberapa pandangan yang menurut Marno
dan Triyo Supriyatno dalam Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam ada tiga
asumsi yang terbentuk karena istilah Manajemen Pendidikan Islam yaitu: pertama,
pendidikan Islam yang dalam proses penyelenggaraannya memakai prinsip-prinsip,
konsep-konsep, dan teori-teori manajemen yang berkembang dalam dunia bisnis.
Kedua, pendidikan Islam yang dalam proses penyelenggaraannya menggunakan
prinsip-prinsip dan konsep-konsep manajemen yang digali dari sumber dan
khazanah keislaman. Ketiga, pendidikan Islam yang dalam proses
penyelenggaraannya memakai prinsip-prinsip, konsep-konsep, dan teori-teori
manajemen yang berkembang dalam dunia bisnis dengan menjadikan Islam sebagai
nilai yang memandu dalam proses penyelenggaraannya (Marno, 2008:3).
Dari ketiga
asumsi diatas Marno dan Triyo Supriyatno memberikan kesimpulan bahwa manajemen
pendidikan Islam didefinisikan sebagai sebentuk kerjasama untuk melaksanakan
fungsi-fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penyusunan
personalia atau kepegawaian (staffing), pengarahan dan kepemimpinan (leading),
dan pengawasan (controlling) terhadap usaha-usaha para anggota organisasi dan
penggunaan sumber daya-sumber daya manusia, financial, fisik, dan lainnya
dengan menjadikan Islam sebagai landasan dan pemandu dalam praktek
operasionalnya untuk mencapai tujuan organisasi (pendidikan Islam) dalam
berbagai jenis dan bentuknya yang intinya berusaha membantu seseorang atau
sekelompok siswa dala menanamkan ajaran dan/atau menumbuhkembangkan nilai-nilai
Islam (Marno, 2008:5)[5]
Dengan demikian manajemen pendidikan Islam adalah proses pemanfaatan semua
sumber daya yang dimiliki (ummat Islam, lembaga pendidikan atau lainnya) baik
perangkat keras maupun lunak. Pemanfaatan tersebut dilakukan melalui kerjasama
dengan orang lain secara efektif, efisien, dan produktif untuk mencapai
kebahagiaan dan kesejahteraan baik di dunia maupun di akhirat.[6]
B. Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan Islam
Dalam membicarakan ruang lingkup Manajemen Pendidikan ini akan dilihat dar
4 sudut pandang, yaitu dari sudut wilayah kerja, obyek garapan, fungsi atau
urutan kegiatan dan pelaksana.
1. Ruang
Lingkup Menurut Wilayah Kerja
a. Manajemen Pendidikan Seluruh Negara, yaitu manajemen pendidikan untuk
urusan nasional. Yang ditangani dalam lingkup ini bukan hanya pelaksanaan
pendidikan di sekolah saja tetapi juga pendidikan di luar sekolah, pendiidkan
pekkkkmuda, penyelenggaraan latihan, penelitian, pengembangan masalah-masalah
pendidikan serta meliputi pula kebudayaan dan kesenian
b. Manajemen Pendidikan Satu Propinsi, yaitu manajemen pendidikan yang
meliputi wailayah kerja satu propinsi yang pelaksanaannya dibantu lebih lanjut
oleh petugas manajemen pendidikan di kabupaten dan kecamatan
c. Manajemen Pendidikan satu kabupaten/kota, yaitu manajemen pendidikan yang
meliputi wilayah kerja satu kabupaten/kota, meliputi semua urusan pendidikan
memuat jenjang dan jenis
d. Manajemen Pendidikan Satu Unit Kerja. Pengertian dalam manajemen unit ini
lebih menitik beratkan pada suatu unit kerja yang langsung menangani pekerjaab
mendidik, misalnya; Sekolah, Pusat Latihan, Pusat Pendidikan, dan
kursus-kursus. Dengan demikian, maka ciri dari unit ini adalah adanya (1)
pemberi pelajaran, (2) bahan yang diajarkan, (3) penerima pelajaran, ditambah
semua sarana penunjangnya.
e. Manajemen Kelas, sebagai suatu kesatuan kegiatan terkecil dalam usaha
pendidikan yang justru merupakan ”dapur inti” dari seluruh jenis manajemen
pendidikan. Dalam manajemen kelas inilah kemudia terdapat istilah ”pengelolaan
kelas” baik yang bersifat instruksional maupun manajerial.
2. Ruang
Lingkup Menurut Objek Garapan, yaitu:
Semua jenis
kegiatan manajemen yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam
kegiatan mendidik di sekolah.
a. Manajemen
siswa
b. Manajemen
personil sekolah (baik tenaga kependidikan maupun tenaga manajemen.
c. Manajemen
kurikulum
d. Manajemen
sarana atau material
e. Manajemen
tatalaksana pendidikan atau ketatausahaan sekolah
f. Manajemen
pembiayaan atau manajemen anggaran
g. Manajemen
lembaga-lembaga pendidikan dan organisasi pendidikan
h. Manajemen
hubungan masyarakat atau komunikasi pendidikan.
Penjelasan
lebih lanjut Ruang Lingkup MP Menurut Objek Garapan adalah sebagai berikut:
a. Manajemen Peserta Didik (siswa) adalah seluruh proses kegiatan yang
direncanakan dan diusahakan secara sengaja serta pembinaan secara kontinu
terhadap seluruh peserta didik (dalam lembaga pendidikan yang bersangkutan)
agar dapat mengikuti proses belajar mengajar (PBM) secara efektif dan efisien,
demi tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Secara kronologis
operasional, rentangan kegiatannya mulai dari penerimaan peserta didik baru
sampai mereka meninggalkan sekolah (eksit), karena telah tamat, meninggal
dunia, putus sekolah atau karena sebab-sebab lain sehingga ia tidak terdaftar
lagi sebagai peserta didik sekolah.
b. Manajemen Personel merupakan seluruh proses kegiatan yang direncanakan
dan diuahakaan secara sengaja dan bersungguh-sungguh serta pembinaan secara
kontinu para pegawai di sekolah, sehinggga mereka dapat memabntu/menunjang
kegiaatan-kegiatan sekolah (khususnya PBM) secara efektif dan eisien demi
tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Para personel harus
dikelola dengan baik agar mereka senantiasa aktif dan bergairaah dalam
menjalankan tugasnya sehari-hari.
c. Manajemen kurikulum merupakan seluruh proses kegiatan yang direncanakan
dan diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh serta pembinaan secara
komntinu terhadap situasi belajar mengajar secara efektif dan efisien demi
membantu tercapainya tujuan pendidikan yang etalah ditetapkan. Secara
operasional kegiatan manajemen kurikulum
meiputi 3 pokok kegiatan, yakni kegiatan yang behubungan dengan guru, peserta
didik, dan seluruh civitas Akademika (warga sekolah).
d. Manajemen Sarana dan prasarana pendidikan merupakan seluruh
proseskegiatan yang direncanakan dn diusahakan secara sengaja dan
bersungguh-sungguh serta pembinaan secara kontinu tehadap benda-benda
pendidikan, agar senantiasa siap paki (ready or usea0 dalam PBM sehingga PBM
semakin efektif dan efisein guna membantu tercapainya tujuan pendidikan yang
telah ditetapkan.
e. Manajemen biaya perndidikan merupakan seluruh proses kegiatan
yang direncanakan dan dilaksnakan/diusahakan secar sengaja dan
besungguh-sungguh, serta pembinaan scar kontinu terhadap beya operasional
sekolah/pendidikan, sehingga kegiatan operasional pendidikan smakin efektif dan
efisien, demi membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Kegiatannya meliputi pengumpulan/penerimaan dana yang sah (dana utun, SPP,
sumbangan BP3, donasi, dan usaha-usaha halal lainnya), penggunaan dana, dan
pertanggungjawaban dana kepada pihak-pihak terkaityang berwenang.
f. Manajemen Tata laksana/Tata usaha sekolah/pendidikan merupakan
seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan secara sengaja dan
bersungguh-sungguh, serta membina kegiatan-kegiatan yang bersifat tulis-menulis
(clerical work) dis ekolah, agar PBM semakin efektif dan efisien untuk membantu
tercapainya tujuan epndidikan yang tealah ditetapkan. Manajemen tata laksana
merupakan serangakian kegiatan mencatat, menyimpan, menggandakan, menghimpun,
mengolah, dan mengirim benda-benda trertulis serta warkat yang pada hakikatnya
menunjang seluruh garapan manajemen sekolah.
g. Manajemen Organisasi Pendidikan merupakan seluruh proseskegitan yang
direncanakan dan dilaksanakan/diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh
serta pembinaan secara kontinu terhadap pembagian kerja dan tata kerja sekolah,
sehingga kegiatan operasional pendidikan semakin efektif dan efisien demi
membantu tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
h. Manajemen Hubungan Masyarakat merupakan seluruh proses kegiatan
yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh serta
pembinaan secara kontinu untuk mendapatkan simapati dari masyarakat pada
umumnya serta publiknya pada khususnya, sehingga kegiatan operasional
sekolah/pendidikan secara efektif dan efisien, demi membantu tercapainya tujuah
pendidikan yang telah ditetapkan.
3. Menurut
Fungsi atau urutan kegiatan
a) merencanakan, b) mengorganisasikan,
c) mengarahkan, d) mengkoordinasikan, mengkomunikasikan, dan mengawasi atau
mengevaluasi. Apabila diambil kata-kata
intinya, maka dapat dipakai untuk mempermudah mengingat-ingat yaitu regarah
kormus, yaitu:
re =
rencana
ga = organisasi
rah = pengarahanan
kor = koordinasi
mu = komunikasi
si =
mengawasi atau mengevaluasi
4.
Menurut Pelaksana
Kepala sekolah,
staf tata usaha, guru dan orang-orang yang bekerja di kantor-kantor pendidikan
dan pusat-pusat latihan atau kursus. Pelaksana manajemen di pusat-pusat latihan
mempunyai peranan dan tugas seperti pelaksana di sekolah. Tetapi pelaksanaan
manajemen di kantor-kantor pendidikan agak berbeda dengan manajemen di sekolah.
Pelaksana manajemen di kantor-kantor pendidikan merupakan pelayanan tidak
langsung terhadap kegiatan belajar mengajar. Kegiatannya adalah mengurus
kurkulum, sarana, personil, siswa, biaya dll kegiatan yang bersifat
memperlancar pekerjaan guru dan siswa yang terlibat langsung dalam kegiatan
mendidik.[7]
C. Teori-Teori Manajemen[8]
Perkembangan teori manajemen sampai pada saat ini telah berkembang dengan
pesat. Tapi sampai detik ini pula belum ada suatu teori yang bersifat umum
ataupun berupa kumpulan-kumpulan hukum bagi manajemen yang dapat diterapkan
dalam berbagai situasi dan kondisi. Suatu yang sama tapi karena dilihat dari
kaca mata yang berbeda, akan dapat menimbulkan pendapat yang berbeda. Nitisemito
dalam bukunya manajemen suatu dasar dan pengantar menggambarkan perbedaan cara
pandang tersebut dengan petani yang sedang mencangkul sawah, apabila yang
memandang adalah seorang ekonom maka ia beranggapan bahwa kegiatan mencangkul
adalah kegiatan yang produktif, seorang dokter akan beranggapan mencangkul
adalah kegiatan yang menyehatkan namun bila dilakukan secara berlebihan akan
menyebabkan sakit berbeda lagi dengan seorang pakar hukum ia akan melihat bahwa
kegiatan mencangkul itu legal atau tidak (Nitisemito, 83: 247).
Dalam perkembangannya ada tiga aliran dalam manajemen yaitu:
5.
Aliran klasik yang terbagi dalam
manajemen ilmiah dan teori organisasi klasik.
6.
Aliran hubungan manusiawi, disebut
sebagai aliran neoklasik atau pasca klasik.
7.
Aliran manajemen modern.
Penjelasan dari beberapa aliran
diatas adalah sebagai berikut:
1.
Teori Manajemen Klasik
Ada dua tokoh manajemen yang
mengawali munculnya manajemen, yaitu :
a.
Robert Owen (1771 1858)
Dimulai pada
awal tahun 1800-an sebagai Manajer Pabrik Pemintalan Kapas di New Lanark,
Skotlandia. Robert Owen mencurahkan perhatiannya pada penggunaan faktor
produksi mesin dan faktor produksi tenaga kerja. Dari hasil pengamatannya
disimpulkan bahwa, bilamana terhadap mesin diadakan suatu perawatan yang baik
akan memberikan keuntungan kepada perusahaan, demikian pula halnya pada tenaga
kerja, apabila tenaga kerja dipelihara dan dirawat (dalam arti adanya perhatian
baik kompensasi, kesehatan, tunjangan dan lain sebagainya) oleh pimpinan
perusahaan akan memberikan keuntungan kepada perusahaan. Selanjutnya dikatakan
bahwa kuantitas dan kualitas hasil pekerjaan dipengaruhi oleh situasi ekstern
dan intern dari pekerjaan.
Robert Owen
adalah orang yang menentang praktek-praktek memperkerjakan anak-anak usia 5
atau 6 tahun dan standar kerja 13 jam per hari. Tersentuh dengan kondisi kerja
yang amat menyedihkan itu, beliau mengajukan adanya perbaikan temadap kondisi
kerja ini. Pada tahun-tahun awal revolusi industri, ketika para pekerja
dianggap instrumen yang tidak berdaya, Owen melihat rneningkatkan kondisi kerja
di pabrik, rnenaikkan usia minimum kerja bagi anak-anak, mengurangi jam kerja
karyawan, menyediakan makanan bagi karyawan pabrik, mendirikan toko-toko untuk
menjual keperluan hidup karyawan dengan harga yang layak, dan berusaha
memperbaiki lingkungan hidup tempat karyawan tinggal, dengan membangun
rumah-rumah dan membuat jalan, sehingga lingkungan hidup dan pabrik rnenjadi
menarik. Sebab itu, beliau disebut "Bapak Personal Manajemen Modem".
Selain itu, Owen lebih banyak memperhatikan pekerja, karena menurutnya,
investasi yang penting bagi manajer adalah sumber daya manusia. Selain mengenai
perbaikan kondisi kerja, beliau juga rnembuat prosedur untuk meningkatkan
produktivitas, seperti prosedur penilaian kerja dan bersaing juga secara
terbuka.
b.
Charles Babbage (1792 1871)
Charles
Babbage adalah seorang Profesor Matematika dari Inggris yang menaruh perhatian
dan minat pada bidang manajemen. Dia dipercaya bahwa aplikasi prinsip-prinsip
ilmiah pada proses kerja akan menaikkan produktivitas dari tenaga kerja
menurunkan biaya, karena pekerjaan-pekerjaan dilakukan secara efektif dan
efisien. Dia menganjurkan agar para manajer bertukar pengalaman dan dalam
penerapan prinsip-prinsip manajemen. Pembagian kerja (devision of labour), mempunyai
beberapa keunggulan, yaitu :
1)
Waktu yang diperlukan untuk belajar
dari pengalaman-pengalaman yang baru.
2)
Banyaknya waktu yang terbuang bila
seseorang berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain akan menghambat
kemajuan dan ketrampilan pekerja, untuk itu diperlukan spesialisasi dalam
pekerjaannya.
3)
Kecakapan dan keahlian seseorang
bertambah karena seorang pekerja bekerja terus menerus dalam tugasnya.
4)
Adanya perhatian pada pekerjaannya
sehingga dapat meresapi alat-alatnya karena perhatiannya pada itu-itu saja.
Kontribusi lain dari Charles Babbage yaitu mengembangkan kerja sama yang saling menguntungkan antara para pekerja dengan pemilik perusahaan, juga membuat skema perencanaan pembagian keuntungan.
Kontribusi lain dari Charles Babbage yaitu mengembangkan kerja sama yang saling menguntungkan antara para pekerja dengan pemilik perusahaan, juga membuat skema perencanaan pembagian keuntungan.
2.
Teori Manajemen Ilmiah
Tokoh-tokoh
dari teori manajemen ilmiah antara lain Frederick Winslow Taylor, Frank dan
Lilian Gilbreth, Henry L. Gantt dan Harrington Emerson.
a.
Frederick Winslow Taylor
Pertama kali
manajemen ilmiah atau manajemen yang menggunakan ilmu pengetahuan dibahas, pada
sekitar tahun 1900an. Taylor adalah manajer dan penasihat perusahaan dan
merupakan salah seorang tokoh terbesar manajemen. Taylor dikenal sebagai bapak
manajemen ilmiah (scientifick management).
Hasil
penelitian dan analisanya ditetapkan beberapa prinsip yang menggantikan prinsip
lama yaitu sistem coba-coba atau yang lebih dikenal dengan nama sistem trial
and error.
Hakekat
pertama daripada manajemen ilmiah yaitu A great mental revolution, karena hal
ini menyangkut manajer dan karyawan. Hakekat yang ke dua yaitu penerapan ilmu pengetahuan
untuk menghilangkan sistem coba-coba dalam setiap unsur pekerjaan.
Taylor
mengemukakan empat prinsip Scientific Management, yaitu :
1)
Menghilangkan sistem coba-coba dan
menerapkan metode-metode ilmu pengetahuan disetiap unsur-unsur kegiatan.
2)
Memilih pekerjaan terbaik untuk
setiap tugas tertentu, selanjutnya memberikan latihan dan pendidikan kepada
pekerja.
3)
setiap petugas harus menerapkan
hasil-hasil ilmu pengetahuan di dalam menjalankan tugasnya.
4)
harus dijalin kerja sama yang baik antara
pimpinan dengan pekerja.
Hal yang
menarik dari pendapat Taylor salah satunya adalah mengenai posisi manajer.
Dimana manajer adalah pelayan bagi bahwahannya yang bertentangan dengan
pendapat sebelumnya yang mengatakan bahwa bawahan adalah pelayan manajer. Oleh
Taylor ini dinamakan studi gerak dan waktu (Time and a motion study).
b.
Henry Laurance Gantt (1861 1919)
Henry
merupakan asisten dari Taylor, dia berdiri sendiri sebagai seorang konsultan,
dimana titik perhatiannya pada unsur manusia dalam menaikkan produktivitas kerjanya.
Sumbangan Henay L. Grant yang terkenal adalah sistem bonus harian dan
bonus ekstra untuk para mandor. Beliau juga memperkenalkan system
"Charting" yang terkenal dengan "Gant Chart".
Metodenya
yang terkenal adalah rnetode grafis dalam menggambarkan rencana-rencana dan
memungkinkan adanya pengendalian manajerial yang lebih baik. Dengan rnenekankan
pentingnya waktu maupun biaya dalam merencanakan dan rnengendalikan pekerjaan.
Hal ini yang menghasilkan terciptanya "Gantt Chart" yang terkenal
tersebut. Teknik ini pelopor teknikteknik modern seperti PERT (Program Evaluation
and Review Techique).
Adapun
gagasan yang dicetuskannya yaitu :
1)
Kerja sama yang saling menguntungkan
antara manajer dan tenaga kerja untuk mencapai tujuan bersama.
2)
Mengadakan seleksi ilmiah terhadap tenaga
kerja.
3)
Pembayar upah pegawai dengan
menggunakan sistem bonus.
4)
Penggunaan instruksi kerja yang
terperinci.
3.
Teori Organisasi Klasik
Tokoh-tokoh
teori organisasi klasik antara lain yaitu Henry Fayol, James D. Mooney, Mary
Parker Follett dan Chaster I. Bernard.
a.
Henry Fayol (1841-1925)
Fayol adalah
seorang industrialis Perancis. Fayol mengatakan bahwa teori dan teknik
administrasi merupakan dasar pengelolaan organisasi yang kompleks, ini
diungkapkan dalam bukunya yang berjudul Administration Industrielle et General
atau Gneral and Industrial Management yang ditulis pada tahun 1908 oleh
Constance Storrs.
Fayol
membagi manajemen menjadi lima unsur yaitu perencanaan, pengorganisasian,
pemberian perintah, pengkoordinasian dan pengawasan, fungsi ini dikenal sebagai
fungsionalisme.
Fayol. Selanjutnya membagi enam kegiatan manajemen, yaitu 1. Teknik Produksi dan Manufakturing Produk, 2. Komersial, 3. Keuangan, 4. Keamanan, 5. Akuntansi dan 6. Manajerial.
Fayol. Selanjutnya membagi enam kegiatan manajemen, yaitu 1. Teknik Produksi dan Manufakturing Produk, 2. Komersial, 3. Keuangan, 4. Keamanan, 5. Akuntansi dan 6. Manajerial.
Henry Fayol
mengemukakan 14 prinsip manajemen, yaitu :
1)
Devision of Work, Adanya
spesialisasi dalam pekerjaan
2)
Uathority and Responsibility,
Wewenang yaitu hak untuk memberi perintah dan kekuasaan untuk meminta dipatuhi.
3)
Dicipline, Melakukan apa yang sudah
menjadi persetujuan bersama.
4)
Unity of Command, Setiap bawahan
hanya menerima instruksi dari seorang atasan saja untuk menghilangkan
kebingungan dan saling lempar tanggung jawab.
5)
Unity of Direction, One head and one
plan or a group or activities having the same objective. Seluruh kegiatan dalam
organisasi yang mempunyai tujuan sama harus diarahkan oleh seorang manajer.
6)
Subordination of Individual Interest
to Generale Interest, Kepentingan seseorang tidak boleh di atas kepentingan
bersama atau organisasi.
7)
Renumeration, Gaji bagi pegawai
merupakan harga servis atau layanan yang diberikan, kompensasi.
8)
Centralization, Standarisasi dan
desentralisasi merupakan pembagian kekuasaan.
9)
Sealar Chain (garis wewenang), Jalan
yang harus diikuti oleh semua komunikasi yang bermula dari dan kembali ke
kuasaan terakhir.
10) Order,
Disini berlaku setiap tempat untuk setiap orang dan setiap orang pada tempatnya
berdasarkan pada kemampuan.
11) Equity,
Persamaan perlakuan dalam organisasi.
12) Stability of
Tonure of Personel, Seorang pegawai memerlukan penyesuaian untuk mengerjakan
pekerjaan barunya agar dapat berhasil dengan baik.
13) Initiative,
Bawahan diberi kekuasaan dan kebebasan di dalam mengeluarkan pendapatnya,
menjalankan dan menyelesaikan rencananya.
14) Esprit the
Corps, Persatuan adalah keleluasaan, pelaksanaan operasi organisasi perlu
memiliki kebanggaan, keharmonisan dan kesetiaan dari para anggotanya yang
tercermin dalam semangat korps.
b.
Mary Parker Follett (1868 1933)
Follett
menjembatani antara teori klasik dan hubungan manusiawi, dimana pemikiran
Follett pada teori kalsik tapi memperkenalkan unsur-unsur hubungan manusiawi.
Dia menerapkan psikologi dalam perusahaan, industri dan pemerintahan. Konflik
yang terjadi dalam perusahaan dapat dibuat konstruktif dengan menggunakan
proses integrasi.
Adapun
kritik terhadap pendekatan teori organisasi klasik, antara lain:
1)
Merangsang berfikir yang
mengutamakan konformitas dan formalitas.
2)
Merupakan rutinitas yang membosankan
3)
Ide-ide inovatif tidak sampai kepada
pengambil keputusan karena panjangnya jalur komunikasi
4)
Tidak memperhitungkan organisasi
nonformal yang seringkali berpengaruh terhadap organisasi formal
5)
Dijalankan secara berlebihan
6)
Terlalu banyak aturan yang
berbelit-belit
7)
Kecenderungan menjadi orwelian yaitu
keinginan birokrasi mencampuri (turut melaksanakan, bukan mengendalikan urusan.
4.
Aliran Hubungan Manusiawi (Neo
Klasik)
Pendekatan
ini muncul untuk merevisi teori manajemen klasik yang ternyata tidak sepenuhnya
menghasilkan efisiensi produksi dan keharmonisan kerja. Para ahli selanjutnya
melengkapi teori manajemen klasik dengan menerapkan sosiologi dan psikologi
dalam manajemen.
Munsterberg(1863-1916),
profesor psikologi Jerman yang mendapat sebutan Bapak Psikologi Industri,
menyarankan agar penggunaan teknik-teknik manajemen menggunakan hasil
eksperimen psikologi. Sebagai contoh, berbagai metode psikologi dapat digunakan
untuk memilih kharakteristik tertentu yang cocok dengan kebutuhan suatu
jabatan. Ia juga menyarankan agar faktor sosial dan budaya turut
dipertimbangkan dalam suatu organisasi. Kontribusi utama dari Munsterberg untuk
manajemen adalah aaplikasi psikologi industri dalam manajemen.
Penelitian
Hawthorne yang dilakukan oleh Mayo (1880-1949) menghasilkan bahwa hubungan
manusiawi merupakan istilah umum yang sering dipakai untuk menggambarkan cara
interaksi manajer dengan bawahannya secara manusiawi. Asumsinya, jika manajer
personalia memotivasi pekerja dengan baik maka hubungan manusiawi dalam
organisasipun menjadi baik. Apabila moral dan efisiensi menurun, maka hubungan
manusiawi dalam organisasipun menurun. Ahli lain yang termasuk dalam pendekatan
ini adalah Lewin, Roger, Morino, dan lainnya.
Keterbatasan
dari teori hubungan manusiawi ini adalah bahwasanya konsep makhluk sosial
tidaklah menggambarkan secara lengkap individu-individu di tempat kerjanya.
Perbaikan kondisi kerja dan kepuasan kerja tidak menghasilkan perubahan
produktivitas yang mencolok. Lingkungan sosial di tempat kerja bukanlah
satu-satunya tempat pekerja saling berinteraksi dengan unit lain di luar tempat
kerja. Kelompok yang diteliti mengubah perilakunya karena merasa kelompoknya
menjadi objek dan subjek penelitian.
5.
Pendekatan Teori Perilaku
Teori
perilaku merupakan pengembangan dari pendekatan hubungan manusiawi. Pendekatan
ini memandang bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh sistem sosialnya.
Perilaku dapat dipahami melalui tiga pendekatan, yaitu:
a.
Rasional
Model
rasional memusatkan perhatiannya pada anggota organisasi yang diasumsikan
bersifat rasional dan mempunyai berbagai kepentingan, kebutuhan, motif dan
tujuan. Pendukung model ini antara lain, Down dan Simon
b.
Sosiologis
Model ini
lebih memusatkan perhatiannya kepada pengetahuan antropologi, sosiologi dan
psikologi. Pendukung model ini antara lain Bern
c.
Pengembangan hubungan manusia
Model
pengembangan hubungan manusia lebih memusatkan perhatiannya kepada tujuan yang
ingin dicapai dan pengembangan berbagai sistem motivasi menurut jenis motivasi
agar dapat meningkatkan produktivitas kerja. Pendukung model ini antara lain,
Mc Gregor, Maslow, dan Bennis.
Keterbatasan
dari pendekatan perilaku ini adalah bahwa beberapa ahli manajemen termasuk ahli
perilaku percaya bahwa bidang perilaku tidak sepenuhnya nyata karena berkenaan
dengan manusia yang bersifat unik. Model, teori dan istilah perilaku oleh ahli
perilaku sangat kompleks dan abstrak untuk dipraktekkan para manajer.
Dikarenakan perilaku manusia sangat unik, maka ahli-ahli perilaku sering
berbeda dalam menyimpulkan penelitian, dan rekomendasinya pun sulit bagi
manajer untuk memilih dan melaksanakannya.
6.
Aliran Kuantitatif
Pendekatan
kuantitatif ditandai dengan berkembangnya tim penelitian operasi dalam
pemecahan masalah-masalah industri. Pendekatan ini didasari oleh kesuksesan tim
penelitian operasi Inggris pada PD II. Teknik-teknik penelitian operasi ini
semakin berkembang sejalan dengan kemajuan komputer, transportasi dan
komunikasi. Teknik-teknik penelitian operasi selanjutnya disebut sebagai
pendekatan manajemen ilmiah.
Pendekatan manajemen ilmiah dipakai dalam banyak kegiatan seperti penganggaran modal, manajemen produksi, penjadwalan, pengembangan strategi produk, pengembangan SDM dan perencanaan program. Penggunaan riset operasi dalam manajemen ini selanjutnya dikenal sebagai aliran manajemen science.
Pendekatan manajemen ilmiah dipakai dalam banyak kegiatan seperti penganggaran modal, manajemen produksi, penjadwalan, pengembangan strategi produk, pengembangan SDM dan perencanaan program. Penggunaan riset operasi dalam manajemen ini selanjutnya dikenal sebagai aliran manajemen science.
Langkah-langkah
pendekatan manajemen science yaitu :
a.
Perumusan masalah dengan jelas dan
terperinci
b.
Penyusunan model matematika dalam
pengambilan keputusan
c.
Penyelesaian model
d.
Pengujian model atas hasil
penggunaan model
e.
Penetapan pengawasan atas hasil
f.
Pelaksanaan hasil dalam kegiatan
implementasi
D. Kriteria Manajemen Pendidikan Islam Yang Efektif
Kunci kesuksesan sebuah lembaga pendidikan terletak pada manajemennya.
Manajemen lembaga Pendidikan dianggap berhasil manakala mutu pendidikan itu
diakui dan bisa bersaing dengan pendidikan di dalam maupun di luar negeri,
demikian juga dengan pendidikan Islam. Menurut Malik Fadjar bahwa manajemen
pendidikan Islam seharusnya menerapkan manajemen berbasis sekolah (School Based
Managemet) pendapat ini tidak ada bedanya dengan manajemen TQM yakni melalui
kedua manajemen ini masyarakat sekolah memiliki kemandirian dalam merencanakan,
mengelola dan mengatur rumah tangga sekolahnya sendiri.
Menurut Abudin Nata (2003: 237), untuk mewujudkan sekolah atau organisasi
pengelola keagamaan yang efektif dapat ditempuh langkah-langkah sebagai
berikut; Pertama, organisasi tersebut harus memiliki visi, misi dan tujuan yang
jelas dan diarahkan pada upaya mewujudkan cita-cita Islam. Kedua, organisasi
tersebut harus dipimpin oleh orang yang memiliki visi, capability, loby dan
morality. Visi berkaitan dengan gagasan cita-cita dan imajinasi yang terus
mengalir. Sedangkan capability berkaitan dengan kesanggupan untuk mewujudkan
cita-cita dan visi tersebut. Sementara loby terkait dengan kemampuan
berkomunikasi dan menjalin hubungan dengan berbagai pihak yang memungkinkan
dapat diakses untuk mencapai tujuan. Selanjutnya morality berkaitan dengan
akhlak yang mulia seperti keikhlasan dalam bekerja, jujur, amanah dan lain
sebagainya. Ketiga, organisasi tersebut harus memiliki sumber ekonomi yang
dihasilkan melalui berbagai usaha. Keempat, organisasi tersebut harus mampu
membaca peluang yang memungkinkan dapat dilakukan berbagai kegiatan yang
dibutuhkan oleh jama’ah. Kelima, organisasi tersebut harus didukung oleh sarana
dan prasarana pendukung yang baik. Keenam, organisasi tersebut harus memperoleh
legitimasi dari masyarakat dengan cara menciptakan berbagai kegiatan yang
dibutuhkan oleh masyarakat.
Untuk mengembangkan manajemen suatu lembaga pendidikan yang berkualitas
subtansi manajemen pengembangan lembaga pendidikan Islam yang harus
diperhatikan, antara lain:
1.
Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran
Kurikulum
dan pembelajaran merupakan salah satu elemen yang terdapat dalam pendidikan.
Keduanya saling mendukung satu sama lainnya. Di dalam Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang system Pendidikan Islam Nasional dinyatakan bahwa “kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.
Dalam
kurikulum terdapat prinsip kolektivitas tim, yang mana ini menuntut kerjasama
satu sama lainnya. Selain itu, kurikulum pula tempat mengejewatahkan nilai, ide
dan pembelajaran serta kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Dari kurikulum inilah
akan diketahui arah pendidikan serta hasil pendidikan yang hendak dicapai dari
aktivitas pendidikan.
Sedangkan
pembelajaran menjadi tiang dalam kurikulum. Pembelajaran yang diterapkan dalam
lembaga pendidikan itu sangat berpengaruh bagi psikis siswa. Dalam teori ilmu
pendidikan modern ataupun ilmu pendidikan Islam berbagai macam model
pembelajaran pilihan yang harus diterapkan oleh pendidik. Seperti model
pembelajaran kooperatif, kuantum, pembelajaran dengan membacakan kisah-kisah,
tematik dan lain sebagainya. Kesemuanya itu bermuara pada satu tujuan yakni
bagaimana membuat murid itu senang, nyaman dan menikmati pembelajaran yang
disajikan. Dengan begitu dalam pembelajran semakin mudah dimengerti dengan
materi yang diajarkan.
2.
Manajemen Personalia
Dalam
lembaga pendidikan, personalia (sumber daya manusia) terlebih kepala
sekolah/madrah memiliki peran vital. Sebagai puncak pimpinan tertinggi dan
penanggung jawab pelaksanaan otonomi pendidikan di tingkat sekolah/madrasah, ia
memiliki peran sentral dalam pengelolaan personalia. Beberapa prinsip dasar
manajemen personalia, yang dijadikan pedoman kepala sekolah/madrasah adalah:
a. Dalam
mengembangkan sekolah/madrasah, sumber daya manusia adalah komponen paling
berharga
b. Sumber daya
manusia akan berperan secara optimal, jika dikelola dengan baik, sehingga
mendukung tercapainya tujuan institusi.
c. Kultur dan
suasana organisai/sekolah, serta perilaku manajerialnya sangat berpengaruh pada
pencapaian tujuan pengembangan sekolah atau madrasah.
d. Manajemen
personalia di sekolah/madrasah pada prinsipnya mengupayakan agar setiap warga
(guru, staf administrasi, peserta didik, serta orang tua, dan stakeholders)
dapat bekerja sama dan saling mendukung untuk mencapai tujuan sekolah/madrasah.
(Hasbullah. 2006: 113).
3.
Manajemen Peserta didik
Suryosubroto
memberi batasan defenisi manajemen peserta didik, sebagai berikut: Manajemen
peserta didik menunjuk pada pekerjaan-pekerjaan atau kegiatan-kegiatan pencatan
murid, semenjak dari proses penerimaan sampai saat murid meninggalkan
sekolah/madrasah, karena sudah tamat mengiktui pendidikan pada sekolah/madrasah
itu. (Suryosubroto. 2004: 74).
Dari
penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa manajemen peserta didik adalah upaya
penataan peserta didik. Mulai dari mereka masuk hingga lulus. Manajemen peserta
didik termasuk salah satu bagian dari manajemen pendidikan secara keseluruhan.
Manajemen peserta didik menempati posisi yang sangat penting, karena yang
sentral di sekolah adalah peserta didik. Semua kegiatan yang ada di sekolah
adalah peserta didik. Semua kegiatan yang ada di sekolah, diarahkan agar
peserta didik mendapat layanan pendidikan yang baik dan tercipta suasana
belajar yang kondusif.
4.
Manajemen Administrasi
Sekolah/Madrasah
Secara
etimologis, kata “administrasi”, berasal dari bahasa latin yang terdiri dari
kata “ad” dan “ministrare”. Kata “ad” mempunyai persamaan makna dengan kata
“to” dalam bahasa Inggrisnya yang berarti ke atau kepada. Kata “ministrare”
memiliki arti sama dengan “to serve” atau “to conduct” yang berarti melayani,
membantu atau mengarahkan.
Secara terminologis adalah suatu kegiatan atau proses, terutama mengenai cara-cara (alat-alat) sarana untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Administrasi dalam perspektif manajemen, dipandang mempunyai peran penting sebagai “prevoyange” atau kemampuan melihat masa depan. Hal ini berarti administrasi dinilai mampu melihat keadaan masa yang akan datang dan mempunyai kesiapan untuk menghadapinya.
Secara terminologis adalah suatu kegiatan atau proses, terutama mengenai cara-cara (alat-alat) sarana untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Administrasi dalam perspektif manajemen, dipandang mempunyai peran penting sebagai “prevoyange” atau kemampuan melihat masa depan. Hal ini berarti administrasi dinilai mampu melihat keadaan masa yang akan datang dan mempunyai kesiapan untuk menghadapinya.
Hakikat
manajemen adalah rangkaian tindakan yang bermaksud untuk mencapai hubungan
kerjasama yang rasional dalam suatu sistem administrasi. Inti keberhasilan
suatu manajemen adalah kerjasama dan komunikasi. Dalam manajemen administrasi
terdapat yang Tata Usaha, adapun pekerjaan mereka ke dalam tiga kelompok,
antara lain; pembukuan, surat-menyurat dan sarana dan prasarana.
5.
Manajemen Sarana dan Prasarana
Manajemen
sarana prasarana adalah suatu kegiatan bagaimana mengatur dan mengelola sarana
dan prasarana pendidikan secara efesien dan efektif dalam rangka pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Tim Pakar Manajemen Universitas Negeri
Malang, manajemen sarana prasarana pendidikan adalah proses kerjasama
pendayagunaan semua sarana dan prasarana pendidikan secara efektif dan efesien.
Manajemen
sarana dan prasarana pendidikan pada dasarnya bertujuan: 1) meciptakan
sekolah/madrasah yang rapi, bersih, indah sehingga menyenangkan bagi masyarakat
sekolah/madrasah, 2) tersedianya sarana dan prasarana pendidikan yang memadai,
baik secara kualitatif maupun kualitatif dan relevan dengan kepentingan
pendidikan
6.
Manjemen Keuangan
Manajemen
keuangan atau pembiayaan merupakan serangkaian kegiatana perencanaan,
melaksanakan dan mengevaluasi serta mempertanggungjawabkan pengelolaan dana
secara transparan kepada masyarakat dan pemerintah.
Dalam
manajemen pendidikan, masalah dana merupakan potensi yang sangat menentukan dan
tidak bisa dipisahkan dari kajian manajemen pendidikan. Adapun biaya adalah
keseluruhan dana baik secara langsung maupun tidak langsung yang diperoleh dari
berbagai sumber.
7.
Manajemen Hubungan Masyrakat
Berfungsi
sebagai pencitraan sekolah atau lembaga pendidikan. Humas itu sendiri merupakan
fungsi manajemen yang diadakan untuk menilai dan menyimpulkan sikap-sikap
publik, menyesuaikan kebijakan dan prosedur instansi atau organisasi untuk
mendapatkan pengertian dan dukungan dari masyarakat.[9]
[1]http://www.majalahpendidikan.com/2011/10/fungsi-perencanaan-dalam-manajemen.html, (Diakses, 5
November 2015).
[3] http://ferigramesa.blogspot.co.id/2011/12/konsep-manajemen-pendidika-islam.html,
(Diakses, 5 November 2015).
[5] http://ferigramesa.blogspot.co.id/2011/12/konsep-manajemen-pendidika-islam.html,
(Diakses, 5 November 2015).
[7] http://muhmasruri-burhan-unnes.blogspot.co.id/2014/01/pengertian-ruang-lingkup-dan-fungsi.htm,
(Diakses, 5 November 2015).
[8]
http://ferigramesa.blogspot.co.id/2011/12/konsep-manajemen-pendidika-islam.html,
(Diakses, 5 November 2015).
[9] Ibid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar