Laman

Minggu, 12 Oktober 2014

Pembelajaran Tematik

BAB I
PEMBAHASAN
A.    Latar Belakang
Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar, kreatifitas pengajar dan metode pembelajaran yang digunakan sesuai berdasarkan konteksnya. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut, juga dengan metode yang relevan akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan kreatifitas guru akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar.
Mengingat pentingnya relevansi suatu metode dalam kegiatan belajar mengajar, dan demi menjaga keberlangsungan interaksi antara pengajar dan peserta didik, dalam makalah ini penulis mencoba untuk menguraikan tentang pembelajaran tematik agar bisa diaplikasikan dalam praktisnya sesuai dengan konteks, sehingga setidaknya kita bisa mengetahui metode tematik dalam pembelajaran, dan kita bisa menentukan mana tema belajar yang signifikan untuk suatu metode tematik yang berorientasi pada karakteristik peserta didik itu sendiri, agar proses belajar mengajar dapat berlangsung secara interaktif dan optimal.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian model pemelajaran tematik ?
2.      Apa Landasan pembelajaran tematik ?
3.      Apa saja karakteristik dan rambu-rambu pembelajaran tematik ?
4.      Apa saja prinsip dasar pembelajaran tematik ?
5.      Apa saja prinsip dan bagaimana langkah pemilihan tema ?
6.      Apa saja model-model pembelajaran tematik ?
7.      Apa saja kelebihan dan kekurangan model pembelajaran tematik ?

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Model Pembelajaran Tematik
Upaya untuk menigkatkan kualitas pendidikan terus dilakukan (restrukturisasi pendidikan),[1] baik dalam sektor kurikulum, pemerintah, hubungan dengan masyarakat atau lingkungan , bahkan kualitas guru juga terus ditingkatkan. Karena guru memiliki peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Terlebih guru juga dituntut untuk lebih kaya dalam menguasai metode pembelajaran. Diantara metode-metode tetsebut adalah metode pembelajaran tematik.[2]
Dalam mengawali pembahasan tentang pembelajaran tematik, di makalah ini terlebih dahulu akan disuguhkan tentang pengertian dari pokok pembahasan untuk menghindari kesalah pahaman dan juga untuk mempermudah fokus pendiskusian. Pembelajaran tematik juga biasa disebut dengan pembelajaran terpadu, karena konsep ini telah menggabungkan dari beberapa bidang studi atau mata pelajaran dalam satu tema dengan tujuan pembelajaran akan menjadi lebih menarik dan kaya pengetahuan.
Tema merupakan alat atau wadah untuk mengenalkan berbagai konsep kepada anak didik secara utuh. Dalam pembelajaran tema diberikan dengan maksud menyatukan isi kurikulum[3] dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa anak didik dan membuat pembelajaran lebih bermakna. Argumentasi yang dibangun dalam pembelajaran yang menggunakan tema, dimaksudkan agar anak didik mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas.[4] Pembelajaran tematik merupakan suatu strategi pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakana kepada siswa atau dengan bahasa yang singkat pembelajaran tematik ini merupakan pembelajaran yang memadukan beberapa mata pelajaran atau bidang studi dalam satu tema. Keterpaduan tersebut dapat dilihat dari aspek proses atau  waktu, kurikulum, dan aspek belajar mengajar. Jadi dari berbagai penjelasan di atas yang dimaksud dengan pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai pemerasatu materi dalam beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali tatap muka.
Model pembelajaran tematik adalah proses pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik, siswa akan memahami konsep-konsep yang akan mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkanya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Fokus perhatian dalam pembelajaran tematik terletak pada proses yang di tempuh siswa saat memahami isi pembelajaran sejalan dengan bentuk-bentuk keterampilan yang harus di kembangkannya. Dalam pelaksanaannya, pendekatan pembelajaran tematik ini bertolak dari suatu tema yang dipilih dan di kembangkan oleh guru bersama siswa dengan memerhatikan keterkaitannya dengan isi mata pelajaran.[5]
Menurut Joni, T.R (1996: 3), pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik.[6]
Pembelajaran terpadu merupakan suatu aplikasi salah satu setragi pembelajaran berdasarkan pendekatan kurikulum terpadu ( integratet curiculum) bertujuan untuk menciptakan atau membuat proses pembelajaran secara relevan dan bermakna bagi anak (Atkinson,1989:9).
Pembelajaran terpadu (tematik) pada dasarnya bertujuan agar kurikulum dan proses pembelajaran yang dilaksanakan dikelas dapat bermakna bagi siswa. Hal ini dimaksudkan agar bahan agar digunakan secara terpisah-pisah, tetapi merupakan suatu kesatuan bahan yang utuh dan cara belajar yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan siswa.[7]
Sehingga Penulis dapat menyimpulkan bahwa Model pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Fokus perhatian dalam pembelajaran tematik terletak pada proses yang ditempuh siswa saat berusaha memahami isi pembelajaran sejalan dengan bentuk-bentuk keterampilan yang harus dikembangkannya.
B.     Landasan Pembelajaran Tematik
Landasan filosofis dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu: (1) progresivisme, (2) konstruktivisme, (3) humanisme. Aliran Progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pembelajaran sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan kemampuan siswa. Aliran Konstruktivisme melihat pengalaman langsung siswa (direct experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi bentukan manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Sedangkan Aliran Humanisme melihat siswa dari segi keunikan atau kekhasannya, potensinya, dan motivasi yang dimilikinya.[8]
Landasan Psikologis dalam pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi atau materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi atau materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya.
Landasan Yuridis dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar. Landasan yuridis tersebut adalah UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (Pasal 9). UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan barhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya (Bab V Pasal 1-b).[9]
C.    Karakteristik dan Rambu-Rambu Pembelajaran Tematik.
Adapun karakteristik pembelajaran tematik yang menjadi pembeda dengan pembelajaran yang lain adalah sebagaimana berikut[10]:
1.      Berpusat pada peserta didik. Maksudnya, pembelajaran berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subyek belajar,sedangkan posisi guru lebih banyak memposisikan dirinya sebagai fasilitator.
2.      Memberikan pengalaman langsung pada peserta didik (direct experiences); dengan pengalaman langsung, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata sebagai dasar untuk memehami hal-hal yang lebih abstrak.
3.      Pemisahan antara mata pelajaran tidak begitu nyata dan jelas; maksudnya, focus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
4.      Menyajikan suatu konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan hal ini siswa diharapkan mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh serta untuk membantu permasalahan siswadalam kehidupan sehari-hari.
5.      Fleksibel atau luwes, dalam artian ini bahan ajar dalam satu mata pelajaran dapat dikaitkan dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan dapat dikaitkan dengan lingkungan tempat sekolah dan siswa berada.
6.      Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, sebab siswa diberikan kesempatan untuk mengoptimalakan potensinya sesuai dengan keinginannya.
7.      Menggunakan prinsip belajar sambil bermain, sehingga proses pembelajaran terasa lebih menyenangkan.
Selain terdapat karakteristik, dalam pembelajaran ini juga terdapat rambu-rambu yang harus diperhatikan.
1.      Tidak semua pelajaran harus dipadukan.
2.      Dimungkinkan terjadi penggabungan kopentensi dasar linats semester.
3.      Kopetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, tidak boleh dipaksakan untuk dipadukan, melainkan disajikan secara tersendiri.
4.      Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan dengan cara melalui tema lain atau secara tersendiri.
5.      Kegiatan pembelajran ditekankan pada kemmpuan membaca, menulis, berhitung, dan penanaman nilai-nilai moral.
6.      Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik siswa, lingkungan, dan daerah setempat.
Menurut Depdikbud (1996: 3), pembelajaran terpadu sebagai suatu proses  mempunyai beberapa karakteristik atau ciri yakni[11] :
1.      Holistik
Suatu gejala atau fenomena yang mejadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu diamati dan dikaji dari beberapa bidang kajian sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak.
2.      Bermakna
Pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek seperti yang dijelaskan di atas, memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar konsep-konsep yang berhubungan disebut skemata. Hal ini akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari. Sehingga siswa mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah yang muncul di dalam kehidupannya.
3.      Otentik
Pembelajaran terpadu memungkinkan siswa memahami secara langsung prinsip dan konsep yang ingin dipelajarinya melalui kegiatan belajar secara langsung. Mereka memahami dari hasil belajarnya sendiri, bukan sekedar pemberitahuan guru. Informasi dan pengetahuan yang diperoleh sifatnya menjadi lebih otentik.
4.      Aktif
Pembelajaran terpadu menekankan keaktifan siswa dalam pembelajaran, baik secara fisik, mental, intelektual, maupun emosional guna tercapainya hasil beljar yang optimal dengan mempertimbangkan hasrat, minat dan kemampuan siswa sehnga merka termotivasi untuk terus belajar.
D.    Prinsip Dasar Pembelajaran Tematik
Menurut Ujang Sukandi, dkk. (2001: 109), Pembelajaran terpadu memiliki satu tema aktual, dekat dengan dunia siswa, dan ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Tema ini menjadi pemersatu  materi yang beragam dari beberapa materi pelajaran.
Pengjaran terpadu perlu memilih materi beberapa matata pelajaran yang mungkin dan saling tekait. Dengan demikian, materi-materi yang dipilih dapat mengungkapkan tema secara bermakna.
Pengajaran terpadu tidak boleh bertentangan dengan tujuan dengan kurikulum yang berlaku, tetapi sebaliknya pembelajaran terpadu harus mendukung pencapaian tujuan pembelajaran yang termuat dalam kurikulum. Materi pembelajaran yang dapat dipadukan dalam satu tema perlu mempertimbangkan karakteristik siswa, seperti minat, kemampuan, kebutuhan dan pengetahuan awal.
Secara umum prinsip-prinsip pembelajaran terpadu dapat diklasifikasikan menjadi :
1.      Prinsip Penggalian Tema
a.       Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan untuk memadukan banyak mata pelajaran.
b.      Tema harus bermakana, maksudnya ialah tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya.
c.       Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak,
d.      Tema dikembangkan harus mewadahi sebagian besar minat anak.
e.       Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa otentik yang terjadi di dalam rentang waktu belajar.
f.       Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku serta harapan masyarakat (asas relevansi)
g.      Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan sumber beajar.
2.      Prinsip Pengelolaan Pembelajaran
a.       Guru hendaknya jangan menjadi single actor yang mendominasi pembicaraan dalam proses belajar mengajar.
b.      Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerja sama kelompok.
c.       Guru perlu mengakomodasikan terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terfikirkan dalam perencanaan.
3.      Prinsip Evaluasi
a.       Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri (self evaluation/self assessment) disamping bentuk evaluasi lainnya.
b.      Guru perlu mengajak para siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang akan dicapai.
4.      Prisip Reaksi
a.       Guru harus bereaksi terhadap aksi siswa dalam semua peristiwa serta tidak mengarahka aspek yang sempit melainkan ke suatu kesatuan yang utuh dan bermakna.[12]
E.     Prinsip dan Langkah Pemilihan Tema
“Tema”, sudah menjadi titik poin dalam pembelajaran tematik[13], karena tema memiliki fungsi untuk memadukan beberapa mata pelajaran. Maka dari itu dalam menentukan tema harus benar-benar dilakukan secara hati-hati agar tema tersebut mampu memadukan beberapa mata pelajaran maupun kompetensi dasar dengan memperhatikan prinsip dan langkah-langkah sebagai berikut[14]:
1.      Kedekatan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari tema yang terdekat dengan kehidupan anak didik, kemudian tema yang semakin jauh dari kehidupan.
2.      Kesederhanaan, tema hendaknya dipilih dari tema-tema yang sederhana, baru kemudian ke tema-tema yang lebih rumit.
3.      Kemenarikan tema dipilih mulai dari yang menarik minat anak didik, yang kemudian bisa dilanjutkan pada tema-tema yang kurang menarik.
4.      Keinsidentalan, hal ini memiliki pengertian bahwa peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitar tempat pembelajaran berlangsung hendaknya dimasukkan atau dikaitkan dalam pembelajaran meskipun peristiwa tersebut tidak sesuai dengan tema yang sedang diajarkan.
Langkah-langkah:
1.      Mengidentifikasi tema yang sesuai dengan hasil belajar dan indicator dalam kurikulum.
2.      Menata dan mengurutkan tema berdasarkan prinsip-prinsip pemilihan tema.
3.      Menjabarkan tema kedalam sub-sub tema dengan tujuan tema tidak terlalu luas.
4.      Memilih subtema yang sesuai.
F.     Model-Model Pembelajaran Tematik
1.      Pembelajaran terpadu model connected
Fogarty (dalam Prabowo, 2000), mengemukakan bahwa model terhubung (connected) merupakan model integrasi interbidang studi. Model ini secara nyata mengorganisasikan atau mengintegrasikan suatu konsep, keterampilan, atau kemampuan yang ditumbuhkembangkan dalam suatu pokok bahasan atau sub pokok bahasan yang dikaitkan dengan konsep, keterampilan atau kemampuan pada pokok bahasan atau sob pokok bahasan lain, dalam suatu bidang studi.
2.      Pembelajaran terpadu model Webbed
Pembelajaran terpadu model webbed adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan in pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu. Tema bisa ditetapkan dengan negosiasi antara guru dan siswa, tetapi dapat pula dengan cara diskusi sesama guru. Setelah tema tersebut disepakati, dikembangkan sub-sub temanya dengan memperhatikan kaitannya dengan bidang-bidang studi. Dari sub-sub tema ini dikembangkan aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa.
3.      Pembelajaran terpadu tipe Integrated
Model ini merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antar bidang studi. Model ini diusahakan dengan cara menggabungkan bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan keterampilan, konsep, dan sikap yang saling tumpang tindih di dalam beberapa bidang studi. Pada model ini tema yang berkaitan dengan tumpang tindih merupakan hal terakhir yang ingin dicari dan dipilih oleh guru dalam tahap perencanaan program. Pertama kali guru menyeleksi konsep-konsep, keterampilan dan sikap yang diajarkan dalam satu semester dari beberapa bidang studi, selanjutnya dipilih beberapa konsep, keterampilan, dan sikap yang memiliki keterhubungan yang erat dan tumpang tindih diantara berbagai bidang studi.
4.      Pembelajaran terpadu model Nested
Pembelajaran terpadu tipe nested (terserang) merupakan pengintegrasian kurikulum di dalam satu disiplin ilmu secara khusus meletakkan fokus pengintegrasian pada sejumlah keterampilan belajar yang ingin dilatihkan oleh seorang guru kepada siswanya dalam satu unit pembelajaran untuk ketercapaian materi pelajaran (content). Keterampilan –kketerampilan belajr itu meliputi keterampilan berfikir (thinking skill), keterampilan sosial (social skill) dan keterampilan mengorganisir (organizing skill) (Fogarty, 1991: 23).[15]
G.    Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Tematik
Dalam suatu model pembelajaran pasti akan terdapat suatu kekurangan, seideal apapun suatu model pembelajaran, pasti akan terdapat suatu kekurangan. Dimana terdapat ketidak sesuaian, ketidak sesuaian tersebut pasti terdapat dalam salah satu aspek-aspek tertentu.
Mengingat bahwa makalah ini menjelaskan tentang model pembelajaran tematik, maka dari itu penulis akan menguraikan kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran tematik.
Model pembelajaran tematik mempunyai beberapa kelebihan yakni:[16]
1.      Menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan peserta didik.
2.      Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
3.      Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna.
4.      Mengembangkan keterampilan berpikir peserta didiksesuai dengan persoalan yang dihadapi.
5.      Menumbuhkan keterampilan sosial melalui kerja sama.
6.      Memiliki sikap toleransi, komunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
7.      Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi dalam lingkungan peserta didik.
Selain kelebihan-kelebiha model pembelajaran tematik yang dipaparkan di atas, model pembelajaran tematik ini pun memiliki beberapa kelemahan. Yang menjadi kelemahan dalam model pembelajaran tematik tersebut adalah apabila dilakukan oleh guru tunggal. Misalnya seorang guru kelas kurang menguasai secara mendalam penjabaran tema sehingga dalam pembelajaran tematik akan merasa sulit untuk mengaitkan tema dengan materi pokok setiap mata pelajaran. Di samping itu, jika skenario pembelajaran tidak menggunakan metode yang inovatif maka pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tidak akan tercapai karena akan menjadi sebuah narasi yang kering tanpa makna.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dalam pembahasan diatas telah diuraikan beberapa pengertian model pembelajaran tematik secara umum, kemudian tentang karakteristik dari model pembelajaran tematik, dan yang terakhir adalah uraian tentang kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran tematik. Dari uraian diatas akhirnya disimpulkan bahwasanya model pembelajaran tematik ini katakanlah populer, lantaran materi dari tiap mata pelajaran dapat kita satukan, atau dengan kata lain, dapat dikait-kaitkan. Dengan begitu, proses penyampaian materi akan lebih mudah diserap karena materi yang diajarkan berikutnya, seolah sudah diajarkan sebelumnya dalam mata pelajaran lain yang dikaitkan dengan mata pelajaran berikutnya.
Model pembelajaran tematik ini juga kiranya lebih relevan diterapkan, sebab model pembelajaran tematik ini juga dapat membantu membangkitkan minat belajar siswa. Karena dalam pengemasan mata pelajaran menggunakan model pembelajaran tematik ini, mata pelajaran yang disaling kait-kaitkan dikemas dalam bentuk penyampaian materi yang didalamnya terdapat unsur bermain, sehingga siswa sekolah dasar akan lebih menyukainya.
B.     Saran
Kiranya model pembelajaran tematik ini lebih bermakna, bermakna disini berarti bahwa siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Berangkat dari pemahaman kebermaknaan model pembelajaran tematik, maka dari itu kiranya perlu seorang guru dan atau kita selaku mahasiswa yang menjadi calon-calon guru untuk memahami tentang model pembelajaran tematik, lantaran model pembelajaran tematik ini adalah merupakan model pembelajaran yang dapat dikatakan komprehensif, karena disamping memberikan wawasan pengetahuan kepada siswa, juga merangsang segi afektif siswa itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid, 2009, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, cet. VI.
Depdiknas. 2007, Materi Sosialisasi dan Pelatihan Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta.
Hasan Basri dan Beni Ahmad Saebani, 2010, Ilmu Pendidikan Islam Jilid II, Bandung: CV Pustaka Setia.
Kunandar, 2007, Guru Professional; Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Moh Uzer Usman, 2009, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT remaja Rosdakarya, cet. XXIII.
Oemar Hamalik, 2009, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT Bumi Aksara.
Rusman, 2011, Model-model pembelajaran:mengembangkan profesionalisme guru, Jakarta:  Rajagrafindo Persada.
Trianto, 2010, Model Pembelajaran Terpadu, Konsep, Strategi, dan Implementasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta: Bumi Aksara.
Tutut Sholihah, 2008, Strategi Pembelajaran Yang Efektif, Jakarta: UIN Jakarta Press.
Wirawan, Sarlito. 1978, Berkenaan dengan Aliran-Aliran dan Tokoh Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang.


 


[1] Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet. VI, hal. 3.
[2] Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT remaja Rosdakarya, 2009), cet. XXIII, hal. 9-11.
[3] Hasan Basri dan Beni Ahmad Saebani, Ilmu Pendidikan Islam Jilid II, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), hal. 177-178.
[4]Kunandar, Guru Professional; Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2007), hal. 311.
[5]Rusman, Model-model pembelajaran:mengembangkan profesionalisme guru, (Jakarta:  Rajagrafindo Persada,2011),hal. 254.
[6] Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, Konsep, Strategi, dan Implementasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hal. 56.
[7] Tutut Sholihah, Strategi Pembelajaran Yang Efektif, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2008), hal:50-51.
[8] Wirawan, Sarlito. Berkenaan dengan Aliran-Aliran dan Tokoh Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang, 1978). hal. 43-47
[9]Depdiknas. Materi Sosialisasi dan Pelatihan Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: 2007.
[10] Kunandar, 313-314.
[11] Trianto, hal. 61-63.
[12] Ibid, hal. 57-59.
[13] Oemar hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), cet. 9, hal. 228.
[14] Kunandar, hal. 315-316.
[15] Trianto, hal. 39-45.
[16] Kunandar, hal. 315.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar