Laman

Senin, 25 Januari 2016

DELAPAN KADO TERINDAH


DELAPAN KADO TERINDAH

Aneka kado ini tidak dijual di toko. Anda bisa  menghadiahkannya setiap saat, dan tak perlu membeli !  Meski begitu, delapan macam kado ini adalah hadiah  terindah dan tak ternilai bagi orang-orang yang Anda sayangi.
 
KEHADIRAN
Kehadiran orang yang dika
sihi rasanya adalah kado yang  tak ternilai harganya. Memang kita bisa juga hadir dihadapannya lewat surat,telepon, foto atau faks.  Namun dengan berada disampingnya. Anda dan dia dapat  berbagi perasaan, perhatian , dan kasih sayang secara  lebih utuh dan intensif. Dengan demikian, kualitas  kehadiran juga penting. Jadikan kehadiran Anda sebagai pembawa kebahagian.
NB.: pantes ya.. setiap kali hari raya keagamaan,  orang selalu berbondong-bondong mudik...

MENDENGAR
Sedikit orang yang mam
pu memberikan kado ini, sebab,  kebanyakan orang lebih suka didengarkan, ketimbang mendengarkan. Sudah lama  diketehui bahwa keharmonisan hubungan antar manusia  amat ditentukan oleh kesediaan saling mendengarkan.  Berikan kado ini untuknya. Dengan mencurahkan perhatian pada segala ucapannya, secara taklangsung  kita juga telah menumbuhkan kesabaran dan kerendahan  hati. Untuk bisa mendengar dengan baik, pastikan Anda dalam keadaan betul-betul relaks dan bisa menangkap utuh apa yang disampaikan. Tatap wajahnya. Tidak perlu  menyela, mengkritik, apalagi menghakimi. Biarkan ia menuntaskannya. Ini memudahkan Anda memberi tanggapan  yang tepat setelah itu. Tidak harus berupa diskusi atau penilaian. Sekedar ucapan terima kasihpun akan  terdengar manis baginya.

D I A M
Seperti kata-kata, didalam diam juga ada kekuatan. Diam bisa dipakai untuk menghukum, mengusir, atau membingungkan orang. Tapi lebih dari segalanya. Diam juga bisa menunjukkan kecintaan kita pada seseorang
karenamemberinya \" ruan
g\". Terlebih jika sehari-hari kita sudah terbiasa gemar menasihati, mengatur,mengkritik bahkan mengomeli.

KEBEBASAN
Mencintai seseorang
bukan berarti memberi kita hak penuh untuk memiliki atau mengatur kehidupan orang bersangkutan. Bisakah kita mengaku mencintai seseorang jika kita selalu mengekangnya ? Memberi kebebasan
adalah salah satu per
wujudan cinta. Makna kebebasan bukanlah, \"Kau bebas berbuat semaumu.\" Lebih dalam dari itu, memberi kebebasan adalah memberinya kepercayaan penuh untuk bertanggung jawab atas segala hal yang ia putuskan atau lakukan.
 
KEINDAHAN
Siapa yang tak baha
gia, jika orang yang disayangi tiba-tiba tampil lebih ganteng atau cantik ? (eh..)Tampil indah dan rupawan juga merupakan kado  lho. Bahkan tak salah jika Anda mengkadokannya tiap hari ! Selain keindahan penampilan pribadi, Anda pun bisa menghadiahkan keindahan suasana dirumah. Vas dan bunga segar cantik di ruang keluarga atau meja makan  yang tertata indah, misalnya.

TANGGAPAN POSITIF
Tanpa, sadar, sering kita memberikan penilaian negatif terhadap pikiran, sikap atau tindakan orang yang kita sayangi. Seolah-olah tidak ada yang benar dari dirinya dan kebenaran mutlak hanya pada kita. Kali ini, coba
hadiahkan tanggapan posi
tif. Nyatakan dengan jelas dan tulus. Cobalah ingat, berapa kali dalam seminggu terakhir anda mengucapkan terima kasih atas segala hal yang dilakukannya demi Anda. Ingat-ingat pula, pernahkah Anda memujinya. Kedua hal itu, ucapan terima kasih dan pujian (dan juga permintaan maaf ), adalah kado cinta yang sering terlupakan.

KESEDIAAN MENGALAH
Tidak semua masalah layak menjadi bahan pertengkaran. Apalagi sampai menjadi cekcok yang hebat. Semestinya Anda pertimbangkan, apa iya sebuah hubungan cinta dikorbankan jadi berantakan hanya gara-gara persoalan itu? Bila Anda memikirkan hal ini, berarti Anda siap memberikan kado \" kesediaan mengalah\". Okelah, Anda mungkin kesal atau marah karena dia telat datang memenuhi janji. Tapi kalau kejadiannya baru sekali itu, kenapa mesti jadi pemicu pertengkaran yang berlarut-larut ? Kesediaan untuk mengalah sudah dapat melunturkan sakit hati dan mengajak kita menyadari  bahwa tidak ada manusia yang sempurna didunia ini.

SENYUMAN
Percaya atau tidak, kekuatan senyuman amat luar biasa. Senyuman,terlebih yang diberikan dengan tulus, bisa menjadi pencair hubungan yang beku, pemberi semangat dalam keputus asaan. pencerah suasana muram, bahkan  obat penenang jiwa yang resah. Senyuman juga merupakan isyarat untuk membuka diri dengan dunia sekeliling kita. Kapan terakhir kali anda menghadiahkan senyuman manis pada orang yang dikasihi ?

Peranan Wanita Sebagai Isteri Idaman



Peranan Wanita Sebagai Isteri Idaman

Sungguh kaum wanita telah melewati suatu masa yang mana mereka ditempatkan pada posisi yang tidak layak, tidak proporsional dan sangat memilukan, tidak ada perlindungan bagi mereka, hak-hak mereka dihancurkan, kemauan mereka dirampas, jiwa mereka dibelenggu, bahkan saat itu mereka berada pada posisi yang amat rendah dan hina.
Pada zaman Romawi seorang suami bisa menetapkan hukuman mati kepada istrinya jika suaminya menghendaki, bangsa Romawi menganggap bahwa wanita adalah sama dengan harta dan perabot rumah tangga, sementara bangsa Yahudi menganggap wanita adalah najis atau kotor, dan yang lebih buruk lagi adalah sikap orang Nashrani yang mempertanyakan keberadaan wanita, apakah wanita itu manusia yang memiliki jiwa atau tidak?! Yang pada akhirnya perlakuan buruk ini mencapai puncaknya dengan menganggap wanita sebagai sumber keburukan, di mana wanita dikubur hidup-hidup, sebagaimana yang dilakukan oleh bangsa Arab Jahiliah.
Setelah melalui berbagai macam kebiadaban dan perlakuan pahit sepanjang masa, muncullah cahaya Islam yang menempatkan wanita pada posisi yang adil untuk melindungi kehormatan mereka. Islam memberikan hak-hak wanita secara sempurna tanpa dikurangi, juga meninggikan derajat wanita yang masa sebelumnya mereka dihinakan dan direndahkan sepanjang sejarah. Islam memproklamirkan bahwa wanita adalah manusia sempurna, memberikan hak-haknya secara wajar dan manusiawi serta menjaga mereka agar tidak dijadikan pelampiasan syahwat belaka yang diperlakukan seperti binatang. Islam menjadikan wanita sebagai unsur yang memegang peranan penting dalam membangun masyarakat yang beradab.
Untuk mencapai tujuan itu, Islam menjadikan kasih sayang antara suami dan isteri sebagai penjaga kelangsungan hidup berumah tangga. Kecintaan dan kasih sayang seorang wanita kepada suaminya merupakan bukti adanya karakter yang kuat dari sifat alamiah yang ada pada dirinya, sehingga hal itu akan menghindarkan dirinya dari berselingkuh atau mencari perhatian laki-laki lain.
Diantara kebahagian seorang suami adalah dikaruniainya isteri yang shalehah sebagaimana sabda Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam :
"Dan di antara kebahagiaan adalah wanita shalehah, jika engkau meman-dangnya maka engkau kagum kepadanya, dan jika engkau pergi darinya (tidak berada di sisinya) engkau akan merasa aman atas dirinya dan hartamu. Dan di antara kesengsaraan adalah wanita yang apabila engkau memandangnya engkau merasa enggan, lalu dia melontarkan kata-kata kotor kepadamu, dan jika engkau pergi darinya engkau tidak merasa aman atas dirinya dan hartamu." (HR. Ibnu Hibban dan lainnya dalam As-Silsilah ash-Shahihah hadits 282)
Dalam sabdanya yang lain:
"Dan isteri shalehah yang menolongmu atas persoalan dunia dan agamamu adalah sebaik-sebaik (harta) yang disimpan manusia." (HR. Baihaqi dalam Syu'abul Iman, Shahihul jami' 4285)
Oleh karena itu isteri shalehah adalah idaman bagi setiap suami shaleh di setiap waktu dan tempat. Isteri idaman dia adalah wanita mukminah, wanita shalehah yang jiwanya sebagai cerminan ilmu syar'i yang hanif, aqidahnya murni, akhlaknya agung, dan perangainya baik, untuk mendapatkannya harus diperhatikan hal-hal berikut:

Cara memilih isteri idaman
·         Memilih wanita karena harta, keturunan, kecantikan dan agamanya sebagaimana sabda Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam :
"Wanita itu dinikahi karena empat hal: Hartanya, keturunannya, kecantikan-nya dan agamanya. Maka hendaknya engkau utamakan wanita yang memiliki agama, (jika tidak) niscaya kedua tangan-mu akan berdebu (miskin merana)." (HR.Al-Bukhari, Fathul Bari 9/132)
Dengan memilih wanita yang berasal dari lingkungan yang baik dan karakter yang benar-benar shalehah maka akan menghasilkan ketenangan dalam hidup berumah tangga. Karena adat kebiasaan dan gaya hidup suatu kaum sangat berpengaruh terhadap kepribadiannya.
·         Diutamakan yang gadis sebagai-mana sabda Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam :
"(Nikahilah)gadis-gadis sesungguhnya mereka lebih banyak keturunannya, lebih manis tutur katanya dan lebih menerima dengan sedikit(qanaah). dan dalam riwayat lain "Lebih sedikit tipu dayanya". (HR.Ibnu Majah No.1816 dan dalam As Silsilah ash Shahihah , hadits No.623)
·         Diutamakan wanita yang subur atau tidak mandul, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam :
"Kawinilah wanita yang penuh cinta dan yang subur peranakannya. Sesung-guhnya aku bangga dengan banyaknya jumlah kalian di antara para nabi pada hari kiamat." (HR. Imam Ahmad 3/245 dari Anas, dikatakan dalam Irwaul Ghalil hadits ini shahih)

Aqidah isteri idaman
Seorang isteri idaman harus memahami arti pentingnya aqidah islamiyah yang shahihah, karena sah tidaknya suatu amal tergantung kepada benar dan tidaknya aqidah seseorang. Isteri idaman adalah sosok yang selalu bersemangat dalam menuntut ilmu agama sehingga dia dapat mengetahui ilmu-ilmu syar'i baik yang berhubungan dengan aqidah, akhlak maupun dalam hal muamalah sebagaimana semangatnya para shahabiyah dalam menuntut ilmu agama Islam, mereka bertanya kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam untuk menghilangkan kebodohan mereka dan beribadah kepada Allah di atas cahaya ilmu, sebagaimana riwayat dibawah ini:
Dari Abu Said Al Khudri dia berkata: Pernah suatu kali para wanita berkata kepada Rasulullah n: "Kaum laki-laki telah mengalahkan kami, maka jadikanlah satu hari untuk kami, Nabi pun menjanjikan satu hari dapat bertemu dengan mereka, kemudian Nabi memberi nasehat dan perintah kepada mereka. Salah satu ucapan beliau kepada mereka adalah: "Tidaklah seorang wanita di antara kalian yang ditinggal mati tiga anaknya, kecuali mereka sebagai penghalang baginya dari api nereka. Seorang wanita bertanya: "Bagaimana kalau hanya dua?" Beliau menjawab: "Juga dua." (HR. Al-Bukhari No 1010)
Seorang isteri yang aqidahnya benar akan tercermin dalam tingkah lakunya misalnya:
§  Dia hanya bersahabat dengan wanita yang baik.
§  Selalu bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Rabbnya.
§  Bisa menjadi contoh bagi wanita lainnya.

Akhlak Isteri Idaman
§  Berusaha berpegang teguh kepada akhlak-akhlak Islami yaitu: Ceria, pemalu, sabar, lembut tutur katanya dan selalu jujur.
§  Tidak banyak bicara, tidak suka merusak wanita lain, tidak suka ghibah (menggunjing) dan namimah (adu domba).
§  Selalu berusaha untuk menjaga hubungan baik dengan isteri suaminya yang lain (madunya) jika suaminya mempunyai isteri lebih dari satu.
§  Tidak menceritakan rahasia rumah tangga, diantaranya adalah hubungan suami isteri ataupun percekcokan dalam rumah tangga. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam : "Sesungguhnya di antara orang yang terburuk kedudukan-nya disisi Allah pada hari kiamat yaitu laki-laki yang mencumbui isterinya dan isteri mencumbui suaminya kemudian ia sebar luaskan rahasianya." (HR. Muslim 4/157)

Isteri idaman di rumah suaminya
§  Membantu suaminya dalam kebaikan. Merupakan kebaikan bagi seorang isteri bila mampu mendorong suaminya untuk berbuat baik, misalnya mendo-rong suaminya agar selalu ihsan dan berbakti kepada kedua orang tuanya, sebagaimana firman Allah: "Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah." (Al Ahqaf 15)
§  Membantunya dalam menjalin hubungan baik dengan saudara-saudaranya.
§  Membantunya dalam ketaatan.
§  Berdedikasi (semangat hidup) yang tinggi.
§  Ekonomis dan pandai mengatur rumah tangga.
§  Bagus didalam mendidik anak.
§  Penampilan:
-Di dalam rumah, seorang isteri yang shalehah harus selalu memperhatikan penampilannya di rumah suaminya lebih-lebih jika suaminya berada di sisinya maka Islam sangat menganjurkan untuk berhias dengan hal-hal yang mubah sehingga menyenangkan hati suaminya.
-Jika keluar rumah, seorang isteri yang sholehah harus memperhati-kan hal-hal berikut:
Harus minta izin suami.
Harus menutup aurat dan tidak menampakkan perhiasannya.
Tidak memakai wangi-wangian.
Tidak banyak keluar kecuali untuk tujuan syar'i atau keperluan yang sangat mendesak.

Maraji': Tarbiyatul Athfal fil Hadits Asy-Syarif, Khalid Ahmad Asy-Syanthot, Tarbiyatul Athfal fil Islam, Habsyi Fathullah Al-Hafnawiy(Ummu Ahmad)

Indahnya Cinta karena Allah



Indahnya Cinta karena Allah

Sesungguhnya dalam Islam, cinta dan keimanan adalah ibarat dua sisi mata uang. Antara yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Cinta tidak dapat digambarkan tanpa iman. Dan iman pun tidak dapat dibayangkan tanpa cinta. Dengan cinta dan keimanan inilah hati setiap mukmin yang satu dengan lainnya terikat kuat. Bila mukmin yang satu sakit, maka mukmin yang lain pun merasakan hal yang sama. Karenanya, tak berlebihan bila seorang ulama Mesir yang telah syahid, Al Ustadz Imam Hasan Al-Banna mengatakan bahwa dengan dua sayap inilah Islam diterbangkan setinggi-tingginya ke langit kemuliaan. Bagaimana tidak, jikalau dengan iman dan cinta, persatuan ummat akan terbentuk dan permasalah pun akan terpecahkan.
"Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka adalah penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh mengerjakan yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan sholat, menunaikan zakat, dan mereka ta’at kepada Allah dan Rosul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Alloh Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (Qs. At Taubah : 71).
Hal itu juga tidak lain karena orang mukmin itu laksana sebuah bangunan. Bagian yang satu akan mengokohkan bagian yang lain. Sebaliknya, jika bagian yang satu hancur, maka yang lain pun akan merasakan kehancurannya. Karena itu, hadits Rasulullah saw juga menegaskan: "Gambaran orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, saling mengasihi, dan saling berempat di antara sesama mereka adalah laksana satu tubuh, jika ada sebagian dari anggota tubuh yang sakit, maka seluruh anggota tubuh akan ikut merintih, merasakan demam, dan tak bisa tidur."
Sejarah Islam telah menggoreskan pena emasnya, betapa para generasi pendahulu kita mempunyai kehidupan yang sangat mulia dan jarang kita temui dalam kehidupan kita saat ini. Mereka selalu saling tolong menolong, sepenanggungan dalam suka dan duka, mempunyai rasa empati yang tinggi, dan selalu mengutamakan kepentingan saudara seimannya daripada kepentingannya sendiri (itsar).
Abu Bakar as Shiddiq, misalnya, beliau rela menginfaqkan seluruh hartanya demi kejayaan Islam. Ketika Rasulullah saw menanyakan pada beliau, "Harta apakah yang kamu tinggalkan untuk anak-anakmu?" Beliau menjawab, "Saya tinggalkan Allah dan Rasul-Nya untuk mereka." Karena kedermawanan dan keikhlasan Abu Bakar inilah, maka Rasulullah saw bersabda: "Tidak ada harta seorang pun yang memberikan manfaat kepadaku melebihi harta Abu bakar."
Kaum Anshor pun tak kalah tingginya memiliki sifat itsar. Dalam sebuah kisah disebutkan bahwa suatu hari kaum Anshor datang menemui Rasulullah saw mengutarakan pendapatnya, "Wahai Rosulullah bagilah menjadi dua tanah yang kami miliki untuk kami dan saudara kami muhajirin". Rasulullah menjawab, "Jangan lakukan itu, tapi cukupilah kebutuhan mereka dan bagilah hasil panen kepada mereka. Sesungguhnya tanah ini adalah milik kalian". Maka kaum Ansor berkata, "kami ridho atas keputusan engkau wahai Rasulullah."
Dalam kisah lain juga disebutkan bahwa suatu ketika Rasulullah saw menawarkan kepada para sahabat, siapakah di antara mereka yang bersedia menjamu tamu Rasulullah saw, maka salah seorang dari kaum Anshor berdiri dan menyatakan kesediaannya. Padahal, ketika ia pergi enemui keluarganya, teryata istrinya mengatakan bahwa mereka tidak mempunyai makanan, kecuali untuk anak-anaknya. Maka, orang Anshor ini mengatakan kepada istrinya, "Kalau begitu, bila anak-anak hendak makan malam, tidurkanlah mereka. Dan kemarilah kamu, matikan lampu, tidak apa-apa kita tidak makan pada malam ini."
Pagi-pagi sekali, ketika orang Anshor ini datang kepada Rasululloh saw, bersabdalah beliau, "Allah kagum atas perbuatan si fulan dan fulanah." Maka Alloh swt berfirman: "Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung." (Qs.Al Hasyr :9).
Akhlaq mulia kaum Anshor dalam mengutamakan kepentingan kaum muhajirin tidak hanya sampai di situ. Dalam hadits disebutkan bahwa kaum Anshor berkata kepada kaum Muhajirin agar mereka memilih salah satu dari dua istrinya yang mereka senangi. Kemudian kaum Anshor akan menceraikan istri tersebut lalu menikahkannya dengan istri yang telah diceraikannya itu.
Sifat itsar juga melahirkan refleks-refleks yang tidak dibuat-buat, tapi murni dari hati yang salim (bersih). dalam satu peperangan dikisahkan, seorang mukmin terkena pukulan pedang musuh di tengkuknya. Ia tidak berteriak atau mengaduh karena sakit, tapi ia langsung jatuh tersungkur dan pada akhirnya syahidnya menjemputkan . Tetapi yang menakjubkan ketika mukmin itu terpukul pedang tersebut, justru mukmin lain yang melihatnya lah yang mengaduh kesakitan dan merasakan perihnya ketajaman pedang menembus tubuhnya, seakan-akan pukulan itu mengenai dirinya. Dan ucapan yang terlontar dari mulut mukmin yang mengaduh tersebut adalah, "Saudaraku, engkau mendahuluiku menuju surga!" Ucapan itu merupakan refleksi kebahagiaan dari seorang mukmin melihat indahnya ‘masa depan’ yang akan dialami oleh mukmin lainnya.
Kisah lain yang tak kalah mengesankan indahnya ukhuwah adalah suatu ketika sepasukan dari kaum muslimin keluar untuk berperang. Posisi antara pasukan kaum muslimin dengan musuh terbatasi oleh sebuah sungai. Kedua pasukan tersebut saling berhadapan. Komandan pasukan muslim berkata, "Bagaimana pendapat kalian menghadapi musuh-musuh kalian, sementara mereka bisa memperoleh perbekalan dan air tanpa harus susah payah? Bagaimana pendapat kalian?" Salah seorang dari mereka kemudian menjawab, "Kita seberangi saja sungai ini, lalu kita perangi mereka di tempat mereka berada." Mereka pun akhirnya menceburkan diri bersama kuda-kuda mereka melintasi sungai agar dapat bertempur dengan musuh. Di depan mereka terlihat pasukan musuh sudah siap siaga untuk menghunuskan pedang mereka. Tiba-tiba, salah seorang di antara pasukan kaum muslimin ada yang berteriak, "Qab (Kantung air bejana yang terbuat dari kayu) –ku……… Qab-ku…jatuh ke air". Sang komandan pun berkata, "Carilah dulu Qab milik saudara kalian yang hilang". Mereka pun sibuk mencarinya. Sementara, pasukan musuh sedang menanti mereka dan kematian pun mengitari kepala mereka. Ketika komandan pasukan musuh itu melihat perilaku pasukan muslim, ia berkata, "Apa-apaan mereka itu?" Bawahannya menjawab, "Salah seorang dari mereka kehilangan Qab-nya, dan mereka pun sibuk mencarinya."
Komandan ini pun berkata, "Jika karena masalah Qab saja mereka sudah seperti itu, lalu bagaimana jika kalian membunuh salah seorang saja dari mereka? Pasukan.......! Berdamai sajalah dengan mareka sesuai dengan apa yang mereka inginkan!"
Subhanallah, demikianlah sejarah kaum salaf telah memperlihatkan kepada kita bahwa kumpulan manusia itu seluruhnya adalah laksana satu tubuh, melakukan aktivitas yang satu, serta merasakan perasaan yang sama, walau pun dalam kondisi yang teramat sulit. Dan Betapa 'pancaran ukhuwah' saja telah mampu mengalahkan musuh dan memenangkan kaum mukminin, sekaligus menaklukkan kota itu.
Itulah buah dari persaudaraan dan kesatuan yang diajarkan oleh Rasulullah saw. Kemesraan ukhuwah seperti itu tidaklah terbentuk begitu saja, sikap takaful (saling membantu) yang mereka lakukan terbentuk karena ada proses lain yang sebelumnya mereka jalin. Kemesraan ukhuwah tersebut mereka mulai melalui proses ta’aruf atau saling mengenal. Dari mulai fisik, karakter, kadar keseriusan taqarruf (kedekatan) pada Allah, kesenangannya, latar belakang keluarga, dan sebagainya.
Ta’aruf yang baik akan meminimalisir kekeringan dan keretakan hubungan sesama muslim. Ia juga dapat membuat hati menjadi lembut serta mampu melenyapkan bibit perpecahan. Bila wilayah ta’aruf telah terbentang, maka akan tumbuh sifat tafahum (saling memahami). Sikap tafahum akan menjaga kesegaran dalam berukhuwah. Karena, ketika keterpautan hati telah terjalin maka timbul sikap saling toleransi, dan saling kompromi pada hal-hal yang mubah (boleh) sehingga akan membuat hubungan satu sama lain menjadi lebih harmonis. Puncak tafahum adalah ketika seorang mukmin dengan mukmin lainnya dapat berbicara dan berpikir dengan pola yang sama.
Setelah dua proses itu berjalan barulah terbentuk sikap takaful yang darinya lahir sifat itsar, puncak amal ukhuwah Islamiyah.
Sungguh, kemesraan 'pancaran ukhuwah' yang telah dicontohkan oleh generasi dahulu adalah ukhuwah Islamiyah yang tak lapuk oleh waktu dan musim. Ia akan panjang usia dan kekal hingga hari akhirat kelak. Oleh karenanya, patutlah kita bercermin pada generasi awal Islam dan para salafussalih dalam berukhuwah. Dengan demikian, 'pancaran ukhuwah' yang demikian tingginya dimiliki oleh mereka, tidaklah sekedar menjadi kisah yang sering kita dengar dan kita baca, tetapi juga menjadi bagian dari hidup kita, Insya Allah.
"Di sekitar Arsy ada menara-menara dari cahaya. Di dalamnya ada orang-orang yang pakaiannya dari cahaya dan wajah-wajah mereka bercahaya. Mereka bukan para Nabi dan syuhada’, tetapi para Nabi dan Syuhada’ iri pada mereka. "Ketika ditanya oleh para sahabat, Rosulullah saw menjawab, "Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena Allah, saling bersahabat karena Allah, dan saling kunjung karena Allah". (HR. Tirmidzi). Wallahu’alam bishshowaab.

Sumber :
  1. Hadits Tsulatsa, Ceramah-ceramah Hasan Al-Banna, Intermedia, Februari 2000
  2. Majalah Tarbawi, Edisi 2 Th I, 20 Juli 1999 M / 7 Robi’ul Akhir 1420 H
  3. Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 4, Muhammad Nasib Ar-Rifa’I, Gema Insani, Jakarta 2000.