TEOLOGI
ISLAM
Teologi
secara etimologi berasal dari bahsa yunani yaitu theologia yang terdiri dari
kata “Theos” artinya “Tuhan” dan “Logos” yang berarti “Ilmu”. Jadi teologi
berarti “ilmu tentang Tuhan”. Teologi adalah ilmu yang membicarakan tentang
Tuhan dan pertaliannya dengan manusia, baik berdasarkan kebenaran wahyu ataupun
berdasarkan penyelidikan akal murni. Kata teologi yang bergandengan dengan
islam merupakan ilmu yang membahas tentang fakta-fakta dan gejala-gejala agama
dan hubungan-hubungan antara Tuhan dan Manusia. Islam dalam bahasan teologi
Islam, adalah agama yang menuntut sikap ketundukan dengan penyerahan dan sikap
pasrah, disertai sifat batin yang tulus, sehingga intisari yang terkandung
dalam Islam ada dua yaitu; pertama berserah diri, menudukkan diri atau taat
sepenuh hati; kedua masuk dalam al-Salam, yakni selamat sejahterah, damai
hubungan yang harmonis.
Berdasar
pada rumusan pengertian tentang “teologi” dan “Islam”, maka “Teologi Islam”
adalah ilmu yang secara sistematis membicarakan tentang persoalan ketuhanan dan
alam semesta menurut perspetif Islam yang harus diimani, dan hal-hal lain yang
terkait dengan ajaran Islam yang harus diamalkan, guna mendapatkan keselamatan
hidup (dunia dan akhirat). Teologi Islam berbicara tentang persoalan ketuhanan,
maka dapat pula dipahami bahwa ia identik dengan Ilmu kalam terutama dalam dua
aspek.
Pertama,
berbicara tentang kepercayaan terhadap Tuhan dalam segala seginya, termasuk
soal wujud-Nya, keesaannya, dan sifat-sifat-Nya.
Kedua,
bertalian dengan alam semesta, yang berarti termasuk di dalamnya, persoalan
terjadinya alam, keadilan dan kebijaksanaan Tuhan, serta selainnya. Ilmu yang
membicarakan mengenai aspek-aspek yang disebutkan ini, disebut Teologi, dan
karena pembicaraannya dalam perspektif Islam, maka disebutlah ia sebagai
“Teologi Islam”.
Menurut
Abdurrazak, Teologi islam adalah ilmu yang membahas aspek ketuhanan dan segala
sesuatu yang terkait dengan-Nya secara rasional. Sedangkan menurut Muhammad
Abduh : “ tauhid adalah ilmu yang membahas tentang wujud Allah, tentang sifat
yang wajib tetap pada-Nya, sifat-sifat yang boleh disifatkan kepada-Nya,
sifat-sifat yang sma sekali wajib di lenyapkan dari pada-Nya; juga membahas
tentang Rasul-rasul Allah, meyakinkan keyakinan mereka, meyakinkan apa yang ada
pada diri mereka, apa yang boleh di hubungkan kepada diri mereka dan apa yang
terlarang menghubungkanya kepada diri mereka”. Kalau melihat definisi pertama
dapat di pahami bahwa Muhammad Abduh lebih menekankan pada Ilmu Tauhid/Teologi
yaitu pembahasan tentang Allah dengan segala sifat-Nya, Rasul dan segala
sifat-Nya, sedang yang kedua menekankan pada metode pembahsan, yaitu dengan
menggunakan dalil-dali yang meyakinkan.
A.
Dasar-dasar
akidah islamiyah, latar belakang, ruang lingkup, dan urgrnsinya.
1. Latar
belakang Akidah Islamiyah/Teologi Islam.
·
Manusia menjadi
khalifah dimua bumi cenderung ingin bebas dalam perbuatannya. Sehingga perlu
ada nilai sikap, petunjuk perilaku dan ketentuan yang tepat dan benar, yang
diyakini dalam kehidupannya, yang bisa membawa kepada eselamatan. (disinilah
pentingnya Islam).
·
Manusia adalah
makhluk fisik, psikis, sosial dan kultural, dimana persoalan psikis (kejiwaan,
sikap, perilaku, pemahaman, keilmuan dan keyakinan), sangat menentukan
kedudukan dan fungsi manusia dala, peran ehidupannya. Dalam kontek inilah
manusia berkedudukan sebagai khalifah sekaligus manusia religius yang akan
menentukan kehidupan.
·
Kedudukan
manusia sebagai makhluk religius atau beragama, disamping makhluk biologis,
pedagogis dan kultural, sejak ajali sudah punya pengakuan terhadap Khaliqnya/
Rabbnya, sebagaimana dinyatakan pengakuan sejak dalam alam arwah,
Alastubirabbikum qolubala saitna (lalu
siapa tuhan kamu, sesungguhnya Engkau tuhanku)
·
Manusia diyakini
sebagai makhluk ciptaan Allah dan ketika dilahirkan sudah memiliki fitrha
(pengakuan akan allah/syahadat, suci, potensi beragama, ad-diin dan hidayah)
dan setiap orang memiliki tugas dan amanah untuk menjalankan hidupnya dengan
baik dan benar berdasarkan sunatullah.
·
Setiap manusia
memerlukan pandangan dan sikap keheranan hidup yang diyakini baik dan terbaik
yang menjadi landasan untuk sikap keyakinan dan prilakunya yang diperjuangkan
dalam kehidupannya. (sebagai keimanan dalam membuktikan kehidupannya yang akan
dipertanggungjawabkan dihadapan pemberi kehidupan.
·
Setiap manusia
mendambakan terwujudnya kenyamanan, keselamatan, kenikmatan, dan kebahagiaan
yang benar dan hakiki dalam kehidupannya di dunia dan akhirat. Dimana manusia
yang beragama punya keyakinan adanya hari kemudian setelah meninggal/ alam akhirat
yang merupakan hari pembalasan dari seluruh perbuatan dan perjalanan hidupnya.
·
Setiap manusia
ingin dan bertekad membuktikan kebenaran yang diyakininya dihadapan seluruh
umat manusia/ umat lain yang menjadi dasar keyakinannya (syahida/bersaksi) yang
dibuktikan dan diterapkan serta dipertanggungjawabkan dalam seluruh
kehidupannya. (bagi muslim yaitu syahadat)
Sehingga menjadikan benak keimanannya, agama,
syariatnya, ibadahnya, prilaku akhlaknya, dan benar amal shaleh dan karyanya.
2. Ruang
lingkup Kajian Teologi Islam
·
Kajian teologi
isalam/ ilmu kalam pada umumnya bersumber dari perjalanan ajaran agama islam.
Sumber Al-Qur’an dan As-Sunnah serta penerapannya pada zaman nabi,
Khalifahurrasidin, para sahabat, tabi’in, dan tabi’it tabi’in serta pemikiran
para ulama, mufasirin, muhadisin, mutawahidin, dan mufakihin sejak zaman dulu
abad pertengahan dan zaman sekarang.
·
Ruang lingkup Teologi Islam sebagai
sebuah disipliplin ilmu, mempunyai objek sendiri yang membedakannya dari bidang
ilmu lainnya. Objek kajiannya yaitu ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan
dengan-Nya. Berkenaan dengan itu, maka teologi Islam membicarakan keyakinan
kebenaran terhadap pengakuan eksistensi Tuhan beserta sifat-sifat-Nya dan
segala sesuatu yang berhubungan dengan-Nya, bukan mencari kebenaran terhadap
agama Islam.
Aspek poko dalam kajian ilmu teologi Islam adalah keyakinan akan
eksistennsi Allah yang maha sempurna, maha kuasa dan memiliki sifat-sifat
kesempurnaan lainnya. karena itu pula ruang lingkup pembahasan yang pokok
adalah:
·
Hal-hal yang berhubungan dengan
Allah SWT atau yang sering disebut dengan istilah Mabda. Dalam bagian ini
termasuk Tuhan dan hubungan-Nya dengan alam semesta dan manusia.
·
Hal-hal yang berhubungan dengan
utusan Allah, sebagai perantara antara manusia dan Allah atau disebut juga
washilah meliputi : Malaikat, Nabi/ Rasul dan Kitab-kitab Suci.
·
Hal-hal yang berhubungan dengan
sam’iyyat (sesuatu yang diperoleh melalui sumber yang meyakinkan, yakni
al-Qur’an dan Hadits, misalnya tentang alam kubur, alam akhirat, arsy’, lauhil
mahfud, dll)
3. Urgensi
Kajian Teologi Islam
·
Menjadikan orang
berilmu dan memiliki ilmu yang dipandang benar dan tepat dalam menjadikan ilmu
tauhid dan tauhid menjadi akidahnya sesuai ajaran Islam.
·
Diharapkan mampu
menjadi muslim, mu’min dan mukhsin dalam penerapan agama yang dipandang benar
dan terbaik dalam kehidupannya.
·
Disamping mampu
menerapkan ketauhidan yang benar, juga diharapkan mampu menyampaikan,
menjelaskan, kepada orang/komunitas yang menjadi tanggung jawabkeharusan dan
yang dianjurkan, ditingkatkan keimanan, keislaman, keikhsanan dan ketakwaan.
·
Diharapkan
terwujudnya pemahaman dan penerapan keamanan bagi seseorang, kelompok dan
masyarakat yang benar-benar murni, lebih bersih, lebih utuh, dan dalam tanpa
ada keserikatan didalamnya, sehingga terwujudnya manusia benar-benar beriman
secara murni dan konsekuen dalam kehidupannya.
·
Teologi islam Sebagai Disiplin
sebuah Ilmu merupakan salah satu dari tiga pondasi Islam yang pemahamannya
harus ada pada setiap orang. Dengan mempelajari teologi islam, kita dapat
memperkuat aqidah kita, dan mempererat serta menjaga ukhwah islamiyah dalam
ber’itiqod.
4. Nama-nama
dalam teologi Islam
·
Ilmu Tauhid (
Ilmu Pengesaan Allah)
·
Ilmu Ushuldin
(Ilmu Pokok Agama Islam)
·
Ilmu kalam (Ilmu
kalam-kalam Allah/ firman Allah)
·
Ilmu Teologi
Islam (Ilmu dasar pokok keesaan Idiologi kehidupan)
·
Ilmu akidatul
islamiyah (ilmu akidah keyakinan dalam Islam)
·
Ilmu
amannabillah ( Ilmu tentang beriman kepada Allah)
·
Ilmu Asshasul
islamiyah ( Ilmu dasar pokok menjadikan keislaman yang benar)
·
Ilmu Kitabullah
wa zikrillah (Ilmu tentang kitab Allah dan pengajaran Allah)
·
Ilmu Assahsul
Syari’atullah (Ilmu dasar prinsip-prinsip Syari’at Islam)
·
Ilmu Assahsul
Akhlakul karimah (Ilmu dasar akhlakul karimah)
·
Ilmu Asshasul
amalushalihah (Ilmu dasar amal shalih)
·
Ilmu Tasawuf
(Ilmu Menghaluskan batin), melalui syariat tarekat, hakikat kearah ma’rifat.
·
Ilmu Hakikat
·
Ilmu Ma’rifat.
B. Sejarah Teologi
Islam
1. Allahlah
sebagai pencipta dari awal sampai akhir.
Dijelaskan pada Q.S Ar-Ruum :30)
2. Allah
Menciptakan langita dan bumi, Ars, Makhluk-makhluknya, malaikat, jin dan manusia
semuanya itu untuk mengabdi, beribadah, dan bertasbih padanya.
3. Allah
menciptakan manusia yang pertama adalah adam dan siti hawa dan dimana aketika
penciptaan adam terjadi percakapan malaikat denganAllah tentang penciptaan dan
kedudukan manusia.
4. Adam
dan Siti Hawa digelincirkan oleh iblis sehingga turun kedunia yang melahirkan
keturunan dimana satu sama lain bisa terjadi persatuan dan perselisihan.
5. Adam
adalah manusia pertama dan sekaligus menjadi Nabi pertama yang meyakini dan
beriman kepada Allah dalam ilmu tauhid/ mengesakan Allah dan sama dengan
sekarang disebut Dinul Islam yang berintikan Ilmu Tauhid. (La Tusyrikbillah
(jangan mensyerikat bagi Allah)) Q.S As-Shaff :6.
6. Nabi
Adam dan keturunannya terus memelihara dinutauhid yang diteruskan oleh para nabi
selanjutnya (Adam, Idris, nuh, Hud, Shaleh, Ibrahi dan seterusnya samapi pada
nabi Muhammad SAW)
7. Dari
25 para nabi dan rasul dikenal nabi ulul azmi yakni Nuh, Isa, Musa, ibrahim,
dan Nabi Muhammad SAW)
8. Semua
para nabi dan rasul dalam menyampaikan risalah kerasulannya (jelas dalam
Al-Qur’an) semuanya mengajak beriman kepada Allah SWT, mengesakan Allah, tidak
mensyerikatkannya, menyembah Allah, beribadah Kepada Allah, berpegang teguh,
meminta dan bertawakal kepada Allah SWT.
9. Sedikit
Sejarah Munculnya Teologi –teologi islam, Sebenarnya ikhtilaf telah ada di masa
sahabat, hal ini terjadi antara lain karena perbedaan pemahaman di antara
mereka dan perbedaan nash (sunnah) yang sampai kepada mereka, selain itu juga
karena pengetahuan mereka dalam masalah hadis tidak sama dan juga karena
perbedaan pandangan tentang dasar penetapan hukum dan berlainan tempat.
Sebgaimana di ketahui, bahwa ketika agama Islam telah tersebar meluas ke
berbagai penjuru, banyak sahabat Nabi yang telah pindah tempat dan berpencar – pencar
ke negara yang baru tersebut. Dengan demikian, kesempatan untuk bertukar
pikiran atau bermusyawarah memecahkan sesuatu masalah sukar dilaksanakan
sejalan dengan pendapat diatas, Qasim Abdul Aziz Khomis menjelaskan bahwa
faktor-faktor yang menyebabkan ikhtilaf di kalangan sahabat ada tiga yakni :
·
Perbedaan para sahabat dalam
memahami nash-nash Al-Qur’an
·
Perbedaan para sahabat di sebabkan
perbedaan riwayat
·
Perbedaan para sahabat di sebabkan
karena ra’yu.
C.
Pembinaan
Aqidah pada Masa Rasulullah di Mekah.
1. Sejarah
para nabi selalu menyampaikan dinnutauhid.
2. Dinnutauhid
telah diyakini sebagai dinnul haq bisa menyelamatkan dan membahagiakan.
3. Para
nabi dan rasul semua membina dinnutauhid dalam rangka memurnikan keimanan
kepada Allah SWT.
4. Adanya
penyimpangan akidah umat dan dinnutauhid, merupakan tantangan yang harus
diperbaiki oleh para nabi.
5. Adanya
Allah sebagai Rabb khalik dan malik yang nyata(Malikul hakkulmubin) telah
diyakini dengan benar para nabi beserta umatnya, adanya tempat peribadatan
dalam berbagai bentuk beribadah termasuk tawaf, telah dilakukan dirumah Allah
(Baitullah) sebagai bangunan untuk beribadah para nabi dan rasul beserta
orang-orang beriman.
6. Adanya
berbagai penyimpangan dari agama tauhid dalam berbagai kitabnya sehingga
dilahirkan Nabi Muhammad SAW menjadi saksi membenarkan, mensucikan,
mengajarkan, memperkuat dan meninggikan kalimat Allah SWT.
7. Kelahiran
nabi muhammad telah diberitakan oleh kitab sebelumnya yang akan memperbaiki,
meneruskan, menyempurnakan, dinutauhid/dinulislam menjadi rahmat lilalamin.
D. Pembinaan Dinnul
Islam pada masa Rasulullah di Mekah
1. Adanya
pemberitaan kelahiran rasulullah telah diketahui dan ditunggu sebagian ahli
kitab (orang hanif)
2. Kelahiran
nabi Muhammad dari bangsa arab dan suku kuraisy disekitar baitullah yang memiliki
keberkatan dalam rangka beribadah kepada Allah SWT.
3. Rasulullah
sejak kecil dinamai Muhammad (Ahmad) kemudian diasuh dan dibina menjadi anak
yang dipercaya (Al-Amin) dan menerima wahyu pertama surah Al-Alaq ayat 1-5 di
gua Hira, kemudian Surah Al-Mudatsir ayat 1-7.
4. Banyak
ayat makiyah yang turun di mekah pada umumnya adalah bermakana membersihkan
keyakinan, ketauhidan, keimanan, menjauhkan kemusyrikan, beribadah yang benar
pada Allah. Alhakkul Mubin (surah Al-Kafirun dan Al-Ikhlas)
5. Rasulullah
menyampaikan dakwah islamiyahnya berawal dari keluarga dekat kemudian keluarga
lainnya, sahabat, dan masyarakat pada umumnya.
6. Nabi
Muhammad dalam menyampaikan kerasulannya lebih beriman kepada Allah telah
mendapat tantangan dan permusuhan dimana jawabannya diturunkan wahyu dalam
Al-Qur’an.
E.
Pembinaan
akidah masa Rasulullah dan Sahabat di Madinah
1. Berbagai
wahyu yang diturunkan Allah di Mekah selalu menjadi risalah Rasulullah
menyampaikan ajarannya.
2. Berbagai
wahyu yang diturunkan di Mekah umumnya menekankan kesadaran bertuhan kepada
Allah (tauhid), meletakkan keimanan yang benar, memurnikan akidah, meletakkan
peribadatan kepada Allah SWT.
3. Adanya
peristiwa penting terutama mengenai wahyu pertama kedua dan seterusnya,
keharusan beribadah di depan ka’bah, peristiwa isra’mi’raj, penyebaran ajaran
Islam dan peristiwa hijrah menjadi bagian penting dalam penanaman akidah Islam.
4. Sesuai
dengan kondisi dan keadaan bahwa Rasulullah harus hijrah ke madinah, membina
dan menata masyarakat baru, dalam mewujudkan manusia dan masyarakat yang
beriman, beribadah dan berakhlak.
5. Berbagai
nilai dari nilai hijrah itu sendiri terutama masyarakat yang beriman kepada
Allah. Memahami dan menjalankan syari’at Alllah, beribadah kepada Allah dan
menjunjung tinggi nilai-nilai akhlakul karimah dalam kehidupan.
6. Diantara
langkah pentng dalam membentuk dan menegakkan masyarakat yang beriman di
madinah terdiri dari :
·
Mendirikan
masjid sebagai tempat ibadah, berkumpul, musyawarah dan mendalami Agama.
·
Mempersaudarakan
kaum Anshar dan Muhajirin agar tercipta ikatan silaturahmi saling membela,
membantu dan tolong menolong dalam mewujudkan persatuan umat.
·
Meletakkan
dasar-dasar pokok kehidupa masyarakat melalui perjanjian bersama yang disebut
“Piagam Madinah” yang pada intinya pengakuan beragama otoritas beribadah,
menjaga kesatuan, menegakkan keadilan dan kebaikan sebagai sumber prinsip dasar
bersama.
7. Dengan
langkah mendirikan masjid, kaum Muhajirin dan Anshar meletakkan dasar
kesepakatan bersama (Piagam Madinah) Rasulullah menyampaikan bahwa keislamannya
untuk menetapakan keyakinan, beribadah, akhlak masyarakat yang lebih haq
(benar) berdasarkan Al-Qur’an baik yang turun di mekah maupun di madinah.
F. Landasan
Al-Qur’an dalam mewujudkan kemurnian Akidah Islamiyah
1. Sejak
zaman nabi Adam as. Mengenai akidah islamiyah dalam agama tauhidselalu
ditekankan agar dimurnikan atauu disucikan dalam keimanan tanpa ada serikat
didalamnya. Hal ini banyak terdapat dalam Q.S Al-Baqarah, Q.S Lukman, Q.S, dll.
2. Para
nabi-nabi berikutnya terutama nabi Ibrahim sangat terkenal memperjuangkan
akidah islamiyah. Dibuktikan adanya dalam tahiyat akhir, bukti nyatanya pada
adanya mekah, dan kurban, dan pada Q.S Albaqarah ayat 260 (Ibrahim adalah Abi
dari Islamiyah)
3. Nabi-nabi
selanjutnya terutama ulul azmi (pemimpin yang besar/mulia) yakni nabi Nuh,
Ibrahim, Musa, Isa dan Nabi Muhammad SAW (NIMIM) merupakan pemimpin utama yang
memperjuangkan akidah Islamiyah.
4. Dalam
Al-Qur’anulkarim yang menyempurnakan kitab sebelumnya (Suhuf, Taurat, Zabur,
Inkil) sangat banyak ayat-ayat yang memerintahkan kemurnian akidah tanpa
mensyerikatkannya. (Ar-ruum :30 dan Al-Baqarah :273-286)
5. Dalam
Al-Qur’an sangat banyak ayat-ayat yang mmenunjuukkan keesaan Allah SWT,
nama-nama Allah (mengenakan diriNya) kepada makhlukNya, mengenalkan
sifatNya,kekuasaan Allah bagi semesta alam.
G. Hubungan Ilmu
kalam, filsafat, dan tasawuf dalam rangka ilmu kalam/ teologi Islam
Hubungan
Ilmu kalam, filsafat dan tasawwuf ketiganya berusaha mencari kebenaran (al-haq)
dengan metode berbeda jika tasawuf memperoleh kebenaran sejati melalui mata
hati, ilmu kalam ingin mengetahui kebenaran ajaran agama melalui penalaran
ratio lalu dirujukkan kepada nash, dan fisafat menghasilkan kebenaran
spekulatif tentang segala yang ada. Pada intinya ketiganya mendalami pencarian
segala yang bersifat ghaib/rahasia yang dianggap sebagai kebenaran terjauh
dimana tidak semua orang dapat menjangkaunya.
Ada Beberapa
keterkaitan antara Ilmu teologi Islam, filsafat, dan tasawuf dalam
objek kajian. Objek kajian ilmu kalam adalah ketuhanan dan segala sesuatu yang
berkaitan dengan-Nya. Objek kajian filsafat adalah masalah ketuhanan disamping
masalah alam, manusia, dan segala sesuatu yang ada. Sedangkan objek kajian
tasawuf adalah Tuhan, yakni upaya-upaya pendekatan terhadap-Nya. Jadi dilihat
dari objeknya ketiga ilmu itu membahas tentang ketuhanan. Menurut argument
filsafat, ilmu kalam dibangun di atas dasar logika. Oleh karena itu, hasil
kajiannya bersifat spekulatif (dugaan yang tak bisa dibuktikan secara empiris,
riset dan eksperimental). Kerelatifan logika menyebabkan beragamnya kebenaran
yang dihasilkan. Baik ilmu kalam, filsafat, maupun tasawuf berususan dengan hal
yang sama, yaitu kebenaran.
Dan
Perbedaan antara ketiga ilmu tersebut terletak pada aspek metodologinya. Ilmu
kalam, sebagai ilmu yang menggunakan logika (aqliyah landasan pemahaman yang
cenderung menggunakan metode berfikir filosofis) dan argumentasi naqliyah yang
berfungsi untuk mempertahankan keyakinan ajaran agama. Pada dasarnya ilmu ini
menggunakan metode dialektika (jadilah) /dialog keagamaan.Sementara filsafat
adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk memperoleh kebenaran rasional. Filsafat
menghampiri kebenaran dengan cara menuangkan akal budi secara radikal
(mengakar) dan integral (menyeluruh) serta universal (mendalam) dan terikat
logika.Adapun ilmu tasawuf adalah ilmu yang lebih menekankan rasa daripada
rasio. Ilmu tasawuf bersifat sangat subjektif, yakni sangat berkaitan dengan
pengalaman seseorang. Sebagian pakar mengatakan bahwa metode ilmu tasawuf
adalah intuisi, atau ilham, atau inspirasi yang datang dari Tuhan. Kebenaran
yang dihasilkan ilmu tasawuf dikenal dengan istilah kebenaran hudhuri, yaitu
suatu kebenaran yang objeknya datang dari subjek sendiri.
H. Kajian tauhid
tentang dzat, asma, sifat dan Af’al Allah
1. Memahami
adanya Allah
·
Adanya dzat
Allah SWT, dalam Al-Qur’an persoalan dzat Allah tidak sibenarkan, tidak bisa
dikaji oleh manusia dan manusia diperbolehkan memikirkan berbagai ciptaan Allah
dengan pemikiran kita wajib meyakini adanya Allah beserta dzatNya.
·
Memahami dan
meyakini keesaan Allah dalam istilah tauhid (Tuhidullah)
Meyakini Allah adalah maha Esa, esa dalam
segala-galanya, esa dalam dzatNya, maha esa dalam sifat-sifatNya, maha esa
dalam wujudNya, maha esa dalam menerima ibadah . Ia maha esa dalam memberikan
hukum. Sehingga pengetahuan tentang keesaan Allah ini sering disebut ilmu
tauhid (Al-Baqarah :163)
2. Memahami
asma-asma Allah
·
Asma Allah ini
sering disebut asma’ul khusna.
·
Asma Allah tidak
terbatas tetapi pada umumnya ada 99. Pada hadis juga dijelaskan ada nama Allah yang
99.
·
Asma Allah
mencerminkan : sifat-sifat Allah, Nama Allah, dan Af’al Allah.
·
Asma Allah
adalah nama Allah yang sesungguhnya didalamnya mencerminkan sifat dan Af’al
Allah.
·
Asma Allah itu
banyak dan hampir tidak bisa dihitung (ayat qauliyah dan ayat qauniyah), namun
yang sering diperkenalkan ada 99 nama yaitu asma’ul khusna, angka inipun
memiliki nilai majas/kiasan.
·
Dari asma-asma
Allah inilah pada umumnya disusun metodologi pemahaman akidah tauhid/akidah
islam dalam memahami keesaan atas dzat, asma dan sifat serta af’al Allah.
·
Asma-asma Allah
inilah juga yang melahirkan adanya yang diistilahkan tauhidul dzat, asma, sifat
dalam rangka memahami akidah Islam.
·
Semua asma-asma
Allah (terutama 99) termuat dalam Al-Qur’an dengan berbagai bentuk sifat dan
keterangan.
3. Memahami
sifat-sifat Allah
·
Sifat-sifat
Allah adalah suatu bentuk sifat yang banyak diperkenalkan Allah dari
Asma-asmanya dan kalimat kalamullah.
·
Dalam memahami
sifat-sifat Allah terdapat metodologi dari para ahli tauhid dalam memahami
sifat-sifat Allah yakni sifat 20, dimana diperkenalkan sifat yang wajib 20
mustahil 20 dan jais 1 sifat.
4. Memahami
af’al Allah
·
Rabbul alamin
(rabb) : Pencipta, pemelihara
·
Illahi – Al
malik : sesembah/ raja.
·
Fa’alullimayuriid
: melakukan apa yang dikehendaki.
·
Innahualakullisyaiinkodiir.
·
Al-mu’tadiir :
yang menentukan. Sehngga percaya pada qada dan qadr.
·
Innamaa’amruhuidzaa’aradasyaian
anyakulalahukunfayakuun.
·
Khalaqa :
Menciptakan yang belum ada menjadi ada
·
Ja’ala :
menciptakan yang suudah ada menjadi lebih sempurna pada fungsinya.
I. Aliran-aliran
(faham) teologi Islam
Pemahaman aliran atau
aham dalam teologi islam yang berkembang sejak dulu adalah :
1. Paham
Jabariyah, meyakini bahwa segalanya adalah kehendak Allah, penyerahan diri dan
perbuatan dalam kekuasaan Allah sehingga manusia seolah tidak punya kekuasaan
lagi. (Berserah diri segalanya pada Allah)
Nama Jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung arti memaksa. Paham
Jabariyah disebut fatalism atau predestination, yaitu paham yang menyatakan
bahwa perbuatan manusia ditentukan sejak semula oleh qada dan qadar Tuhan.
Dengan demikian posisi manusia dalam paham ini tidak memilki kebebasan dan
inisiatif sendiri, tetapi terikat pada kehendak mutlak Tuhan. Aliran Jabariyah
ini selanjutnya mengembangkan pahamnya sejalan dengan perkembangan masyarakat
pada masa itu. Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa Jabariyah ini
mengajarkan paham bahwa manusia dalam melakukan perbuatannya berada dalam
keadaan terpaksa. Manusia dianggap tidak mempunyai kebebasan dan kemerdekaan
dalam menentukan kehendak dan perbuatannya, tetapi terikat pada kehendak mutlak
Tuhan.
Dalam sejarah tercatat, bahwa orang yang pertama kali mengemukakan paham
Jabariyah di kalangan umat Islam adalah Al-Ja’ad Ibn Dirham.
Pandangan-pandangan Mad ini kemudian disebarluaskan oleh para pengikutnya.
2. Paham
Qadariyah, yakni paham atau keyakinan yang lebih dan sangat mengutamakan akan
peran manusia yang menentukan kekuasaannnya atau kehidupannya. (Manusia
memiliki hak selain Allah).
Qadariyah berakar pada qadara yang dapat berarti memutuskan dan memiliki
kekuatan atau kemampuan. Sedangkan sebagai aliran dalam ilmu Kalam, qadariyah
adalah nama yang dipakai untuk suatu aliran yang memberikan penekanan terhadap
kebebasan dan kekuatan manusia dalam menghasilkan perbuatan-perbuatannya. Dalam
paham Qadariyah manusia dipandang mempunyai gudrat atau kekuatan untuk
melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian bahwa manusia
terpaksa tunduk kepada qadar atau qada Tuhan. Aliran Qadariyah sangat
menekankan posisi manusia yang amat menentukan dalam gerak laku dan
perbuatannya.
3. Paham
Mu’tazilah, yakni paham atau keyakinan yang lebih mengedepankan akan peran
manusia dalam berbagai kehidupannya. Dipaham ini berfikir sealanya manusia.
Sehingga manusia memiliki banyak kebebasan untuk berbuat. ( Manusia sudah
segala-galanya)
Aliran ini muncul sebagai reaksi
atas pertentangan antar aliran Khawarij dan aliran Murji’ah mengenai persoalan
orang mukmin yang berdosa besar. Menghadapi dua pendapat ini, Wasil bin Ata
yang ketika itu menjadi murid Hasan al-Basri, seorang ulama terkenal
di Basra, mendahuli gurunya dalam mengeluarkan pendapat. Wasil mengatakan
bahwa orang mukmin yang berdosa besar menempati posisi antara mukmin dan kafir.
Tegasnya, orang itu bukan mukmin dan bukan kafir.
Aliran Mu’tazilah merupakan golongan
yang membawa persoalan-persoalan teologi yang lebih mandalam dan bersifat
filosofis. Dalam pembahasannya mereka banyak memakai akal sehingga mendapat
nama “kaum rasionalis Islam”.
Setelah menyatakan pendapat itu,
Wasil bi Ata meninggalkan perguruan Hasan al-Basri, lalu membentuk kelompok
sendiri. Kelompok ini dikenal dengan Muktazillah. Pada awal perkembangannya
aliran ini tidak mendapat simpati umat Islam karena ajaran Muktazillah sulit
dipahami oleh beberapa kelompok masyarakat. Hal itu disebabkan ajarannya
bersifat rasional dan filosofis. Alas an lain adalah aliran Muktaszillah
dinilai tidak berpegang teguh pada sunnah Rasulullah SAW dan para sahabat.
Aliran baru ini memperoleh dukungan pada masa pemerintahan Khalifah al-Makmun,
penguasa Bani Abbasiyah.
Aliran Muktazillah
mempunyai lima dokterin yang dikenal dengan al-usul al- khamsah.
Berikut ini kelima doktrin aliran Muktazillah.
a. At-Taauhid
(Tauhid)
Ajaran pertama aliran ini berarti meyakini sepenuhnya bahwa
hanya Allah SWT. Konsep tauhid menurut mereka adalah paling murni sehingga
mereka senang disebut pembela tauhid (ahl al-Tauhid).
b. Ad-Adl
Menurut aliaran Muktazillah pemahaman keadilan Tuhan
mempunyai pengertian bahwa Tuhan wajib berlaku adil dan mustahil Dia berbuat
zalim kepada hamba-Nya. Mereka berpendapat bahwa tuhan wajib berbuat yang
terbaik bagi manusia. Misalnya, tidak memberi beban terlalu berat, mengirimkan
nabi dan rasul, serta memberi daya manusia agar dapat mewujudkan keinginannya.
c. Al-Wa’d
wa al-Wa’id (Janji dan Ancaman).
Menurut Muktazillah, Tuhan wajib menepati janji-Nya
memasukkan orang mukmin ke dalam sorga. Begitu juga menempati ancaman-Nya
mencampakkan orang kafir serta orang yang berdosa besar ke dalam neraka.
d. Al-Manzilah
bain al-Manzilatain (posisi di Antara Dua Posisi).
Pemahaman ini merupakan ajaran dasar pertama yang
lahir di kalangan Muktazillah. Pemahaman ini yang menyatakan posisi orang
Islam yang berbuat dosa besar. Orang jika melakukan dosa besar, ia tidak
lagi sebagai orang mukmin, tetapi ia juga tidak kafir. Kedudukannya sebagai
orang fasik. Jika meninggal sebelum bertobat, ia dimasukkan ke neraka
selama-lamanya. Akan tetapi, sikasanya lebih ringan daripada orang kafir.
e. Amar
Ma’ruf Nahi Munkar (Perintah Mengerjakan Kebajikan dan Melarang Kemungkaran).
Dalam prinsip Muktazillah, setiap muslim wajib
menegakkan yang ma’ruf dan menjauhi yang mungkar. Bahkan dalam sejarah, mereka
pernah memaksakan ajarannya kepada kelompok lain. Orang yang menentang akan
dihukum.
4. Paham
ahli sunnah wal jama’ah, yakni paham atau aliran yang mengedepankan Al-Qur’an
dan Assunah, dimana aperan manusia harus lebih seimbang dan proporsional.
(sudah seimbang antara manusia dan Allah).
Istilah Ahl al-sunnah wa-jama’ah
awalnya merupakan nama bagi aliran asy’ariah dan maturidiah yang timbul karena
reaksi terhadap paham mu’tazilah yang pertama kali disebarkan oleh Wasil bin
Ato’ pada tahun 100 H/718 M dan mencapai puncaknya pada masa kholifah
‘abasiyah,yaitu al-Ma’mun (813-833 M),al-Mu’tasim (833-842 M) dan
al-Wasiq(842-847 M).Pengaruh ini semakin kuat ketika paham muktazilah dijadikan
sebagai mazhab resmi yang dianut Negara pada masa al-Ma’mun.
Imam al-Asy’ari dan abu mansur
al-Maturidi adalah dua sosok yang memiliki tempat tersendiri dikalangan kaum
sunni karena melalui dua ulama’ kharismatik itulah Ahlussunnah Waljamaah lahir
sebagai faham ideologi keagamaan.Paham ini lahir sebagai reaksi terhadap
perkembangan pemikiran kelompok muktazilah yang begitu “liar”,dimana doktrin kutuhanan
dan keimanannya semakin menimbulkan kegoncangan spiritual idiologis yang
dahsyat.
Paham Ahlussunnah Waljamah yang
diajarkan oleh Imam Al-Asy’ari dan Abu Mansur al-maturidi pada dasarnya
merupakan koreksi terhadap berkembangnya berbagai doktrin ke-tuhanan dan
keimanan (visi akidah) yang dipandang menyimpang dari ajaran nabi dan para
sahabatnya.Kaitannya dengan pandangan Jabariyah yang fatalistic tentang nasib
serta pandangan Qodariyah yang berpaham tentang kemauan manusia untuk
menentukan perbuatannya,seoerti dalam tetapan ideologis kaum Si’ah dan dan
Mu’tazilah,kaum sunni (baca:Ahlussunnah Waljamaah) membuat garis batas yang
jelas terhadap kedua kelompok tersebut. Secara epistimologi Ahlussunnah
Waljamaah bisa diartikan sebagai “para penganut tradisi nabi Muhammad dan Ijma’
ulama”.
Adapun secara
terminology,Ahlussunnah Waljamaah berarti ajaran islam yang murni sebagai mana
yang diajarkan dan diamalkan oleh Rasulullah SAW,bersama para
sahabatnya.Pengertian ini mengacu pada hadits nabi yang terkenal:”Hal mana nabi
memprekdisikan bahwa suatu saat kelak ummat islam akan terpecah dalam 73
golongan,semua celaka kecuali satu firqah,yaitu mereka berpegang teguh pada
pegangan beliau dan pegangan para sahabat-sahabatnya.”Dalam hadits lain yang
senada,golongan yang selamat ini di sebut sebagai Ahlussunnah Waljamaah.
Latar
belakang munculnya aliran-aliran tersebut adalah :
1. Pemahaman
terhadap ayat-ayat Al-Qur’an
2. Pemahaman
terhadap kedudukan orang-orang.
3. Pemahaman
terhadap sifat-sifat manusianya.
J.
Sikap
manusia dalam menghadapi dan menerima Al-Qur’an dan dinnul Islam dalam
pandangan akidah islam.
1. Muslim
# Kafir
2. Mu’min
# Musyrik
3. Abidin
# Munafik
4. Mukhsin
# Murtadin
5. Muttaqin
# Fasikin
6. #
Dhalimin
Dapat
dijelaskan muslim yang awal yang beriman disebut Mu’min, muslim yang diterapkan
dan dipraktekkan disebut abidin dan seterusnya.
K.
Prinsip
dasar dan aspek-aspek iman, islam dan ikhsan dalam rangka akidah, akhlak,
ibadah, syari’at dan muamalah.
1. Konsepnya
adalah : Islam- akidah- syari’at dan Akhlak.
Kemudian dapat dikembangkan : berawal dari Allah-
Ilmu- Akidah- Ibadah- Syari’at-Akhlak- semua perbuatan manusia.
2. Konsep
Islam itu sendiri terbagi atas :
·
Akidah
·
Syrai’at
·
Ibadah
·
Akhlak
·
Muamalah
·
Amal shalih
·
Iqtisidiyah.
L. Aktualisasi
Tauhid (teologi Islam) dalam pengembangan kehidupan Manusia.
1. Manusia
sangat membutuhkan ilmu pengetahuan yang menjadi :
·
Pengetahuannya –
Ilmu- cara berfikir - kebenaran
·
Ilmu yang
dimiliki
·
Manusia dalam
berfikir
·
Pandangan dalam
bersikap
·
Sikap dalam
rangka komitmen
·
Komitmen dalam
kebenaran
·
Kebenaran
menjadi keyakinan
·
Keyakinan-
komitmen- perbuatan.
2. Segenap
ilmu dan cara berfikir umumnya merujuk pada pandangan- sikap- kebenaran.
·
Teori kebenaran
: Etimologi, epistimologi, aksiologi.
·
Pengetahuan
kebenaran
·
Sumber kebenaran
·
Esensi suatu
kebenaran
·
Rumusan, tesis,
aksion, dalil kebenaran
·
Konseptualisasi
kebenaran
·
Fungsionalisasi
kebenaran
·
Aksialisasi
kebenaran
3. Landasan
Kalamullah sebagai sumber, dasar, pedoman, aplikasi suatu kebenaran (Al-Qur’an)
·
Akidah
(keimanan) manusia yang benar
·
Syari’at (Ilmu syari’at)
manusia yang benar
·
Ibadah (ilmu
Ibadah) manusia yang benar
·
Akhlak (ilmu
akhlak) yang benar
·
Amal shaleh
(ilmu amal shaleh) yang benar
·
Pendidikan dan
pengajaran bagi keseluruhan, seperti al-qoshos, cerita, berita, contohnya pada
Al-Qur’an
·
Bimbingan dan
tuntunan berbagai aspek kehidupan.