Laman

Rabu, 09 November 2016

TEOLOGI ISLAM

TEOLOGI ISLAM
Teologi secara etimologi berasal dari bahsa yunani yaitu theologia yang terdiri dari kata “Theos” artinya “Tuhan” dan “Logos” yang berarti “Ilmu”. Jadi teologi berarti “ilmu tentang Tuhan”. Teologi adalah ilmu yang membicarakan tentang Tuhan dan pertaliannya dengan manusia, baik berdasarkan kebenaran wahyu ataupun berdasarkan penyelidikan akal murni. Kata teologi yang bergandengan dengan islam merupakan ilmu yang membahas tentang fakta-fakta dan gejala-gejala agama dan hubungan-hubungan antara Tuhan dan Manusia. Islam dalam bahasan teologi Islam, adalah agama yang menuntut sikap ketundukan dengan penyerahan dan sikap pasrah, disertai sifat batin yang tulus, sehingga intisari yang terkandung dalam Islam ada dua yaitu; pertama berserah diri, menudukkan diri atau taat sepenuh hati; kedua masuk dalam al-Salam, yakni selamat sejahterah, damai hubungan yang harmonis.
Berdasar pada rumusan pengertian tentang “teologi” dan “Islam”, maka “Teologi Islam” adalah ilmu yang secara sistematis membicarakan tentang persoalan ketuhanan dan alam semesta menurut perspetif Islam yang harus diimani, dan hal-hal lain yang terkait dengan ajaran Islam yang harus diamalkan, guna mendapatkan keselamatan hidup (dunia dan akhirat). Teologi Islam berbicara tentang persoalan ketuhanan, maka dapat pula dipahami bahwa ia identik dengan Ilmu kalam terutama dalam dua aspek.
Pertama, berbicara tentang kepercayaan terhadap Tuhan dalam segala seginya, termasuk soal wujud-Nya, keesaannya, dan sifat-sifat-Nya.
Kedua, bertalian dengan alam semesta, yang berarti termasuk di dalamnya, persoalan terjadinya alam, keadilan dan kebijaksanaan Tuhan, serta selainnya. Ilmu yang membicarakan mengenai aspek-aspek yang disebutkan ini, disebut Teologi, dan karena pembicaraannya dalam perspektif Islam, maka disebutlah ia sebagai “Teologi Islam”.
Menurut Abdurrazak, Teologi islam adalah ilmu yang membahas aspek ketuhanan dan segala sesuatu yang terkait dengan-Nya secara rasional. Sedangkan menurut Muhammad Abduh : “ tauhid adalah ilmu yang membahas tentang wujud Allah, tentang sifat yang wajib tetap pada-Nya, sifat-sifat yang boleh disifatkan kepada-Nya, sifat-sifat yang sma sekali wajib di lenyapkan dari pada-Nya; juga membahas tentang Rasul-rasul Allah, meyakinkan keyakinan mereka, meyakinkan apa yang ada pada diri mereka, apa yang boleh di hubungkan kepada diri mereka dan apa yang terlarang menghubungkanya kepada diri mereka”. Kalau melihat definisi pertama dapat di pahami bahwa Muhammad Abduh lebih menekankan pada Ilmu Tauhid/Teologi yaitu pembahasan tentang Allah dengan segala sifat-Nya, Rasul dan segala sifat-Nya, sedang yang kedua menekankan pada metode pembahsan, yaitu dengan menggunakan dalil-dali yang meyakinkan.

A.    Dasar-dasar akidah islamiyah, latar belakang, ruang lingkup, dan urgrnsinya.
1.      Latar belakang Akidah Islamiyah/Teologi Islam.
·         Manusia menjadi khalifah dimua bumi cenderung ingin bebas dalam perbuatannya. Sehingga perlu ada nilai sikap, petunjuk perilaku dan ketentuan yang tepat dan benar, yang diyakini dalam kehidupannya, yang bisa membawa kepada eselamatan. (disinilah pentingnya Islam).
·         Manusia adalah makhluk fisik, psikis, sosial dan kultural, dimana persoalan psikis (kejiwaan, sikap, perilaku, pemahaman, keilmuan dan keyakinan), sangat menentukan kedudukan dan fungsi manusia dala, peran ehidupannya. Dalam kontek inilah manusia berkedudukan sebagai khalifah sekaligus manusia religius yang akan menentukan kehidupan.
·         Kedudukan manusia sebagai makhluk religius atau beragama, disamping makhluk biologis, pedagogis dan kultural, sejak ajali sudah punya pengakuan terhadap Khaliqnya/ Rabbnya, sebagaimana dinyatakan pengakuan sejak dalam alam arwah, Alastubirabbikum qolubala saitna (lalu siapa tuhan kamu, sesungguhnya Engkau tuhanku)
·         Manusia diyakini sebagai makhluk ciptaan Allah dan ketika dilahirkan sudah memiliki fitrha (pengakuan akan allah/syahadat, suci, potensi beragama, ad-diin dan hidayah) dan setiap orang memiliki tugas dan amanah untuk menjalankan hidupnya dengan baik dan benar berdasarkan sunatullah.
·         Setiap manusia memerlukan pandangan dan sikap keheranan hidup yang diyakini baik dan terbaik yang menjadi landasan untuk sikap keyakinan dan prilakunya yang diperjuangkan dalam kehidupannya. (sebagai keimanan dalam membuktikan kehidupannya yang akan dipertanggungjawabkan dihadapan pemberi kehidupan.
·         Setiap manusia mendambakan terwujudnya kenyamanan, keselamatan, kenikmatan, dan kebahagiaan yang benar dan hakiki dalam kehidupannya di dunia dan akhirat. Dimana manusia yang beragama punya keyakinan adanya hari kemudian setelah meninggal/ alam akhirat yang merupakan hari pembalasan dari seluruh perbuatan dan perjalanan hidupnya.
·         Setiap manusia ingin dan bertekad membuktikan kebenaran yang diyakininya dihadapan seluruh umat manusia/ umat lain yang menjadi dasar keyakinannya (syahida/bersaksi) yang dibuktikan dan diterapkan serta dipertanggungjawabkan dalam seluruh kehidupannya. (bagi muslim yaitu syahadat)
Sehingga menjadikan benak keimanannya, agama, syariatnya, ibadahnya, prilaku akhlaknya, dan benar amal shaleh dan karyanya.
2.      Ruang lingkup Kajian Teologi Islam
·         Kajian teologi isalam/ ilmu kalam pada umumnya bersumber dari perjalanan ajaran agama islam. Sumber Al-Qur’an dan As-Sunnah serta penerapannya pada zaman nabi, Khalifahurrasidin, para sahabat, tabi’in, dan tabi’it tabi’in serta pemikiran para ulama, mufasirin, muhadisin, mutawahidin, dan mufakihin sejak zaman dulu abad pertengahan dan zaman sekarang.
·         Ruang lingkup Teologi Islam sebagai sebuah disipliplin ilmu, mempunyai objek sendiri yang membedakannya dari bidang ilmu lainnya. Objek kajiannya yaitu ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan-Nya. Berkenaan dengan itu, maka teologi Islam membicarakan keyakinan kebenaran terhadap pengakuan eksistensi Tuhan beserta sifat-sifat-Nya dan segala sesuatu yang berhubungan dengan-Nya, bukan mencari kebenaran terhadap agama Islam.
Aspek poko dalam kajian ilmu teologi Islam adalah keyakinan akan eksistennsi Allah yang maha sempurna, maha kuasa dan memiliki sifat-sifat kesempurnaan lainnya. karena itu pula ruang lingkup pembahasan yang pokok adalah:
·         Hal-hal yang berhubungan dengan Allah SWT atau yang sering disebut dengan istilah Mabda. Dalam bagian ini termasuk Tuhan dan hubungan-Nya dengan alam semesta dan manusia.
·         Hal-hal yang berhubungan dengan utusan Allah, sebagai perantara antara manusia dan Allah atau disebut juga washilah meliputi : Malaikat, Nabi/ Rasul dan Kitab-kitab Suci.
·         Hal-hal yang berhubungan dengan sam’iyyat (sesuatu yang diperoleh melalui sumber yang meyakinkan, yakni al-Qur’an dan Hadits, misalnya tentang alam kubur, alam akhirat, arsy’, lauhil mahfud, dll)
3.      Urgensi Kajian Teologi Islam
·         Menjadikan orang berilmu dan memiliki ilmu yang dipandang benar dan tepat dalam menjadikan ilmu tauhid dan tauhid menjadi akidahnya sesuai ajaran Islam.
·         Diharapkan mampu menjadi muslim, mu’min dan mukhsin dalam penerapan agama yang dipandang benar dan terbaik dalam kehidupannya.
·         Disamping mampu menerapkan ketauhidan yang benar, juga diharapkan mampu menyampaikan, menjelaskan, kepada orang/komunitas yang menjadi tanggung jawabkeharusan dan yang dianjurkan, ditingkatkan keimanan, keislaman, keikhsanan dan ketakwaan.
·         Diharapkan terwujudnya pemahaman dan penerapan keamanan bagi seseorang, kelompok dan masyarakat yang benar-benar murni, lebih bersih, lebih utuh, dan dalam tanpa ada keserikatan didalamnya, sehingga terwujudnya manusia benar-benar beriman secara murni dan konsekuen dalam kehidupannya.
·         Teologi islam Sebagai Disiplin sebuah Ilmu merupakan salah satu dari tiga pondasi Islam yang pemahamannya harus ada pada setiap orang. Dengan mempelajari teologi islam, kita dapat memperkuat aqidah kita, dan mempererat serta menjaga ukhwah islamiyah dalam ber’itiqod.
4.      Nama-nama dalam teologi Islam
·         Ilmu Tauhid ( Ilmu Pengesaan Allah)
·         Ilmu Ushuldin (Ilmu Pokok Agama Islam)
·         Ilmu kalam (Ilmu kalam-kalam Allah/ firman Allah)
·         Ilmu Teologi Islam (Ilmu dasar pokok keesaan Idiologi kehidupan)
·         Ilmu akidatul islamiyah (ilmu akidah keyakinan dalam Islam)
·         Ilmu amannabillah ( Ilmu tentang beriman kepada Allah)
·         Ilmu Asshasul islamiyah ( Ilmu dasar pokok menjadikan keislaman yang benar)
·         Ilmu Kitabullah wa zikrillah (Ilmu tentang kitab Allah dan pengajaran Allah)
·         Ilmu Assahsul Syari’atullah (Ilmu dasar prinsip-prinsip Syari’at Islam)
·         Ilmu Assahsul Akhlakul karimah (Ilmu dasar akhlakul karimah)
·         Ilmu Asshasul amalushalihah (Ilmu dasar amal shalih)
·         Ilmu Tasawuf (Ilmu Menghaluskan batin), melalui syariat tarekat, hakikat kearah ma’rifat.
·         Ilmu Hakikat
·         Ilmu Ma’rifat.





B.     Sejarah Teologi Islam
1.      Allahlah sebagai  pencipta dari awal sampai akhir. Dijelaskan pada Q.S Ar-Ruum :30)
2.      Allah Menciptakan langita dan bumi, Ars, Makhluk-makhluknya, malaikat, jin dan manusia semuanya itu untuk mengabdi, beribadah, dan bertasbih padanya.
3.      Allah menciptakan manusia yang pertama adalah adam dan siti hawa dan dimana aketika penciptaan adam terjadi percakapan malaikat denganAllah tentang penciptaan dan kedudukan manusia.
4.      Adam dan Siti Hawa digelincirkan oleh iblis sehingga turun kedunia yang melahirkan keturunan dimana satu sama lain bisa terjadi persatuan dan perselisihan.
5.      Adam adalah manusia pertama dan sekaligus menjadi Nabi pertama yang meyakini dan beriman kepada Allah dalam ilmu tauhid/ mengesakan Allah dan sama dengan sekarang disebut Dinul Islam yang berintikan Ilmu Tauhid. (La Tusyrikbillah (jangan mensyerikat bagi Allah)) Q.S As-Shaff :6.
6.      Nabi Adam dan keturunannya terus memelihara dinutauhid yang diteruskan oleh para nabi selanjutnya (Adam, Idris, nuh, Hud, Shaleh, Ibrahi dan seterusnya samapi pada nabi Muhammad SAW)
7.      Dari 25 para nabi dan rasul dikenal nabi ulul azmi yakni Nuh, Isa, Musa, ibrahim, dan Nabi Muhammad SAW)
8.      Semua para nabi dan rasul dalam menyampaikan risalah kerasulannya (jelas dalam Al-Qur’an) semuanya mengajak beriman kepada Allah SWT, mengesakan Allah, tidak mensyerikatkannya, menyembah Allah, beribadah Kepada Allah, berpegang teguh, meminta dan bertawakal kepada Allah SWT.
9.      Sedikit Sejarah Munculnya Teologi –teologi islam, Sebenarnya ikhtilaf telah ada di masa sahabat, hal ini terjadi antara lain karena perbedaan pemahaman di antara mereka dan perbedaan nash (sunnah) yang sampai kepada mereka, selain itu juga karena pengetahuan mereka dalam masalah hadis tidak sama dan juga karena perbedaan pandangan tentang dasar penetapan hukum dan berlainan tempat. Sebgaimana di ketahui, bahwa ketika agama Islam telah tersebar meluas ke berbagai penjuru, banyak sahabat Nabi yang telah pindah tempat dan berpencar – pencar ke negara yang baru tersebut. Dengan demikian, kesempatan untuk bertukar pikiran atau bermusyawarah memecahkan sesuatu masalah sukar dilaksanakan sejalan dengan pendapat diatas, Qasim Abdul Aziz Khomis menjelaskan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan ikhtilaf di kalangan sahabat ada tiga yakni :
·         Perbedaan para sahabat dalam memahami nash-nash Al-Qur’an
·         Perbedaan para sahabat di sebabkan perbedaan riwayat
·         Perbedaan para sahabat di sebabkan karena ra’yu.
C.    Pembinaan Aqidah pada Masa Rasulullah di Mekah.
1.      Sejarah para nabi selalu menyampaikan dinnutauhid.
2.      Dinnutauhid telah diyakini sebagai dinnul haq bisa menyelamatkan dan membahagiakan.
3.      Para nabi dan rasul semua membina dinnutauhid dalam rangka memurnikan keimanan kepada Allah SWT.
4.      Adanya penyimpangan akidah umat dan dinnutauhid, merupakan tantangan yang harus diperbaiki oleh para nabi.
5.      Adanya Allah sebagai Rabb khalik dan malik yang nyata(Malikul hakkulmubin) telah diyakini dengan benar para nabi beserta umatnya, adanya tempat peribadatan dalam berbagai bentuk beribadah termasuk tawaf, telah dilakukan dirumah Allah (Baitullah) sebagai bangunan untuk beribadah para nabi dan rasul beserta orang-orang beriman.
6.      Adanya berbagai penyimpangan dari agama tauhid dalam berbagai kitabnya sehingga dilahirkan Nabi Muhammad SAW menjadi saksi membenarkan, mensucikan, mengajarkan, memperkuat dan meninggikan kalimat Allah SWT.
7.      Kelahiran nabi muhammad telah diberitakan oleh kitab sebelumnya yang akan memperbaiki, meneruskan, menyempurnakan, dinutauhid/dinulislam menjadi rahmat lilalamin.

D.    Pembinaan Dinnul Islam pada masa Rasulullah di Mekah
1.      Adanya pemberitaan kelahiran rasulullah telah diketahui dan ditunggu sebagian ahli kitab (orang hanif)
2.      Kelahiran nabi Muhammad dari bangsa arab dan suku kuraisy disekitar baitullah yang memiliki keberkatan dalam rangka beribadah kepada Allah SWT.
3.      Rasulullah sejak kecil dinamai Muhammad (Ahmad) kemudian diasuh dan dibina menjadi anak yang dipercaya (Al-Amin) dan menerima wahyu pertama surah Al-Alaq ayat 1-5 di gua Hira, kemudian Surah Al-Mudatsir ayat 1-7.
4.      Banyak ayat makiyah yang turun di mekah pada umumnya adalah bermakana membersihkan keyakinan, ketauhidan, keimanan, menjauhkan kemusyrikan, beribadah yang benar pada Allah. Alhakkul Mubin (surah Al-Kafirun dan Al-Ikhlas)
5.      Rasulullah menyampaikan dakwah islamiyahnya berawal dari keluarga dekat kemudian keluarga lainnya, sahabat, dan masyarakat pada umumnya.
6.      Nabi Muhammad dalam menyampaikan kerasulannya lebih beriman kepada Allah telah mendapat tantangan dan permusuhan dimana jawabannya diturunkan wahyu dalam Al-Qur’an.

E.     Pembinaan akidah masa Rasulullah dan Sahabat di Madinah
1.      Berbagai wahyu yang diturunkan Allah di Mekah selalu menjadi risalah Rasulullah menyampaikan ajarannya.
2.      Berbagai wahyu yang diturunkan di Mekah umumnya menekankan kesadaran bertuhan kepada Allah (tauhid), meletakkan keimanan yang benar, memurnikan akidah, meletakkan peribadatan kepada Allah SWT.
3.      Adanya peristiwa penting terutama mengenai wahyu pertama kedua dan seterusnya, keharusan beribadah di depan ka’bah, peristiwa isra’mi’raj, penyebaran ajaran Islam dan peristiwa hijrah menjadi bagian penting dalam penanaman akidah Islam.
4.      Sesuai dengan kondisi dan keadaan bahwa Rasulullah harus hijrah ke madinah, membina dan menata masyarakat baru, dalam mewujudkan manusia dan masyarakat yang beriman, beribadah dan berakhlak.
5.      Berbagai nilai dari nilai hijrah itu sendiri terutama masyarakat yang beriman kepada Allah. Memahami dan menjalankan syari’at Alllah, beribadah kepada Allah dan menjunjung tinggi nilai-nilai akhlakul karimah dalam kehidupan.
6.      Diantara langkah pentng dalam membentuk dan menegakkan masyarakat yang beriman di madinah terdiri dari :
·         Mendirikan masjid sebagai tempat ibadah, berkumpul, musyawarah dan mendalami Agama.
·         Mempersaudarakan kaum Anshar dan Muhajirin agar tercipta ikatan silaturahmi saling membela, membantu dan tolong menolong dalam mewujudkan persatuan umat.
·         Meletakkan dasar-dasar pokok kehidupa masyarakat melalui perjanjian bersama yang disebut “Piagam Madinah” yang pada intinya pengakuan beragama otoritas beribadah, menjaga kesatuan, menegakkan keadilan dan kebaikan sebagai sumber prinsip dasar bersama.
7.      Dengan langkah mendirikan masjid, kaum Muhajirin dan Anshar meletakkan dasar kesepakatan bersama (Piagam Madinah) Rasulullah menyampaikan bahwa keislamannya untuk menetapakan keyakinan, beribadah, akhlak masyarakat yang lebih haq (benar) berdasarkan Al-Qur’an baik yang turun di mekah maupun di madinah.

F.     Landasan Al-Qur’an dalam mewujudkan kemurnian Akidah Islamiyah
1.      Sejak zaman nabi Adam as. Mengenai akidah islamiyah dalam agama tauhidselalu ditekankan agar dimurnikan atauu disucikan dalam keimanan tanpa ada serikat didalamnya. Hal ini banyak terdapat dalam Q.S Al-Baqarah, Q.S Lukman, Q.S, dll.
2.      Para nabi-nabi berikutnya terutama nabi Ibrahim sangat terkenal memperjuangkan akidah islamiyah. Dibuktikan adanya dalam tahiyat akhir, bukti nyatanya pada adanya mekah, dan kurban, dan pada Q.S Albaqarah ayat 260 (Ibrahim adalah Abi dari Islamiyah)
3.      Nabi-nabi selanjutnya terutama ulul azmi (pemimpin yang besar/mulia) yakni nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan Nabi Muhammad SAW (NIMIM) merupakan pemimpin utama yang memperjuangkan akidah Islamiyah.
4.      Dalam Al-Qur’anulkarim yang menyempurnakan kitab sebelumnya (Suhuf, Taurat, Zabur, Inkil) sangat banyak ayat-ayat yang memerintahkan kemurnian akidah tanpa mensyerikatkannya. (Ar-ruum :30 dan Al-Baqarah :273-286)
5.      Dalam Al-Qur’an sangat banyak ayat-ayat yang mmenunjuukkan keesaan Allah SWT, nama-nama Allah (mengenakan diriNya) kepada makhlukNya, mengenalkan sifatNya,kekuasaan Allah bagi semesta alam.

G.    Hubungan Ilmu kalam, filsafat, dan tasawuf dalam rangka ilmu kalam/ teologi Islam
Hubungan Ilmu kalam, filsafat dan tasawwuf ketiganya berusaha mencari kebenaran (al-haq) dengan metode berbeda jika tasawuf memperoleh kebenaran sejati melalui mata hati, ilmu kalam ingin mengetahui kebenaran ajaran agama melalui penalaran ratio lalu dirujukkan kepada nash, dan fisafat menghasilkan kebenaran spekulatif tentang segala yang ada. Pada intinya ketiganya mendalami pencarian segala yang bersifat ghaib/rahasia yang dianggap sebagai kebenaran terjauh dimana tidak semua orang dapat menjangkaunya.
Ada Beberapa keterkaitan antara Ilmu teologi Islam, filsafat, dan tasawuf  dalam  objek kajian. Objek kajian ilmu kalam adalah ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan-Nya. Objek kajian filsafat adalah masalah ketuhanan disamping masalah alam, manusia, dan segala sesuatu yang ada. Sedangkan objek kajian tasawuf adalah Tuhan, yakni upaya-upaya pendekatan terhadap-Nya. Jadi dilihat dari objeknya ketiga ilmu itu membahas tentang ketuhanan. Menurut argument filsafat, ilmu kalam dibangun di atas dasar logika. Oleh karena itu, hasil kajiannya bersifat spekulatif (dugaan yang tak bisa dibuktikan secara empiris, riset dan eksperimental). Kerelatifan logika menyebabkan beragamnya kebenaran yang dihasilkan. Baik ilmu kalam, filsafat, maupun tasawuf berususan dengan hal yang sama, yaitu kebenaran.
Dan  Perbedaan antara ketiga ilmu tersebut terletak pada aspek metodologinya. Ilmu kalam, sebagai ilmu yang menggunakan logika (aqliyah landasan pemahaman yang cenderung menggunakan metode berfikir filosofis) dan argumentasi naqliyah yang berfungsi untuk mempertahankan keyakinan ajaran agama. Pada dasarnya ilmu ini menggunakan metode dialektika (jadilah) /dialog keagamaan.Sementara filsafat adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk memperoleh kebenaran rasional. Filsafat menghampiri kebenaran dengan cara menuangkan akal budi secara radikal (mengakar) dan integral (menyeluruh) serta universal (mendalam) dan terikat logika.Adapun ilmu tasawuf adalah ilmu yang lebih menekankan rasa daripada rasio. Ilmu tasawuf bersifat sangat subjektif, yakni sangat berkaitan dengan pengalaman seseorang. Sebagian pakar mengatakan bahwa metode ilmu tasawuf adalah intuisi, atau ilham, atau inspirasi yang datang dari Tuhan. Kebenaran yang dihasilkan ilmu tasawuf dikenal dengan istilah kebenaran hudhuri, yaitu suatu kebenaran yang objeknya datang dari subjek sendiri.

H.    Kajian tauhid tentang dzat, asma, sifat dan Af’al Allah
1.      Memahami adanya Allah
·         Adanya dzat Allah SWT, dalam Al-Qur’an persoalan dzat Allah tidak sibenarkan, tidak bisa dikaji oleh manusia dan manusia diperbolehkan memikirkan berbagai ciptaan Allah dengan pemikiran kita wajib meyakini adanya Allah beserta dzatNya.
·         Memahami dan meyakini keesaan Allah dalam istilah tauhid (Tuhidullah)
Meyakini Allah adalah maha Esa, esa dalam segala-galanya, esa dalam dzatNya, maha esa dalam sifat-sifatNya, maha esa dalam wujudNya, maha esa dalam menerima ibadah . Ia maha esa dalam memberikan hukum. Sehingga pengetahuan tentang keesaan Allah ini sering disebut ilmu tauhid (Al-Baqarah :163)
2.      Memahami asma-asma Allah
·         Asma Allah ini sering disebut asma’ul khusna.
·         Asma Allah tidak terbatas tetapi pada umumnya ada 99. Pada hadis juga dijelaskan ada nama Allah yang 99.
·         Asma Allah mencerminkan : sifat-sifat Allah, Nama Allah, dan Af’al Allah.
·         Asma Allah adalah nama Allah yang sesungguhnya didalamnya mencerminkan sifat dan Af’al Allah.
·         Asma Allah itu banyak dan hampir tidak bisa dihitung (ayat qauliyah dan ayat qauniyah), namun yang sering diperkenalkan ada 99 nama yaitu asma’ul khusna, angka inipun memiliki nilai majas/kiasan.
·         Dari asma-asma Allah inilah pada umumnya disusun metodologi pemahaman akidah tauhid/akidah islam dalam memahami keesaan atas dzat, asma dan sifat serta af’al Allah.
·         Asma-asma Allah inilah juga yang melahirkan adanya yang diistilahkan tauhidul dzat, asma, sifat dalam rangka memahami akidah Islam.
·         Semua asma-asma Allah (terutama 99) termuat dalam Al-Qur’an dengan berbagai bentuk sifat dan keterangan.
3.      Memahami sifat-sifat Allah
·         Sifat-sifat Allah adalah suatu bentuk sifat yang banyak diperkenalkan Allah dari Asma-asmanya dan kalimat kalamullah.
·         Dalam memahami sifat-sifat Allah terdapat metodologi dari para ahli tauhid dalam memahami sifat-sifat Allah yakni sifat 20, dimana diperkenalkan sifat yang wajib 20 mustahil 20 dan jais 1 sifat.
4.      Memahami af’al Allah
·         Rabbul alamin (rabb) : Pencipta, pemelihara
·         Illahi – Al malik : sesembah/ raja.
·         Fa’alullimayuriid : melakukan apa yang dikehendaki.
·         Innahualakullisyaiinkodiir.
·         Al-mu’tadiir : yang menentukan. Sehngga percaya pada qada dan qadr.
·         Innamaa’amruhuidzaa’aradasyaian anyakulalahukunfayakuun.
·         Khalaqa : Menciptakan yang belum ada menjadi ada
·         Ja’ala : menciptakan yang suudah ada menjadi lebih sempurna pada fungsinya.



I.       Aliran-aliran (faham) teologi Islam
Pemahaman aliran atau aham dalam teologi islam yang berkembang sejak dulu adalah :
1.      Paham Jabariyah, meyakini bahwa segalanya adalah kehendak Allah, penyerahan diri dan perbuatan dalam kekuasaan Allah sehingga manusia seolah tidak punya kekuasaan lagi. (Berserah diri segalanya pada Allah)
Nama Jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung arti memaksa. Paham Jabariyah disebut fatalism atau predestination, yaitu paham yang menyatakan bahwa perbuatan manusia ditentukan sejak semula oleh qada dan qadar Tuhan. Dengan demikian posisi manusia dalam paham ini tidak memilki kebebasan dan inisiatif sendiri, tetapi terikat pada kehendak mutlak Tuhan. Aliran Jabariyah ini selanjutnya mengembangkan pahamnya sejalan dengan perkembangan masyarakat pada masa itu.  Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa Jabariyah ini mengajarkan paham bahwa manusia dalam melakukan perbuatannya berada dalam keadaan terpaksa. Manusia dianggap tidak mempunyai kebebasan dan kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan perbuatannya, tetapi terikat pada kehendak mutlak Tuhan.
Dalam sejarah tercatat, bahwa orang yang pertama kali mengemukakan paham Jabariyah di kalangan umat Islam adalah Al-Ja’ad Ibn Dirham. Pandangan-pandangan Mad ini kemudian disebarluaskan oleh para pengikutnya.
2.      Paham Qadariyah, yakni paham atau keyakinan yang lebih dan sangat mengutamakan akan peran manusia yang menentukan kekuasaannnya atau kehidupannya. (Manusia memiliki hak selain Allah).
Qadariyah berakar pada qadara yang dapat berarti memutuskan dan memiliki kekuatan atau kemampuan. Sedangkan sebagai aliran dalam ilmu Kalam, qadariyah adalah nama yang dipakai untuk suatu aliran yang memberikan penekanan terhadap kebebasan dan kekuatan manusia dalam menghasilkan perbuatan-perbuatannya. Dalam paham Qadariyah manusia dipandang mempunyai gudrat atau kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk kepada qadar atau qada Tuhan. Aliran Qadariyah sangat menekankan posisi manusia yang amat menentukan dalam gerak laku dan perbuatannya.
3.      Paham Mu’tazilah, yakni paham atau keyakinan yang lebih mengedepankan akan peran manusia dalam berbagai kehidupannya. Dipaham ini berfikir sealanya manusia. Sehingga manusia memiliki banyak kebebasan untuk berbuat. ( Manusia sudah segala-galanya)
Aliran ini muncul sebagai reaksi atas pertentangan antar aliran Khawarij dan aliran Murji’ah mengenai persoalan orang mukmin yang berdosa besar. Menghadapi dua pendapat ini, Wasil bin Ata yang ketika itu menjadi murid Hasan al-Basri, seorang ulama terkenal di Basra, mendahuli gurunya dalam mengeluarkan pendapat. Wasil mengatakan bahwa orang mukmin yang berdosa besar menempati posisi antara mukmin dan kafir. Tegasnya, orang itu bukan mukmin dan bukan kafir.
Aliran Mu’tazilah merupakan golongan yang membawa persoalan-persoalan teologi yang lebih mandalam dan bersifat filosofis. Dalam pembahasannya mereka banyak memakai akal sehingga mendapat nama “kaum rasionalis Islam”.
Setelah menyatakan pendapat itu, Wasil bi Ata meninggalkan perguruan Hasan al-Basri, lalu membentuk kelompok sendiri. Kelompok ini dikenal dengan Muktazillah. Pada awal perkembangannya aliran ini tidak mendapat simpati umat Islam karena ajaran Muktazillah sulit dipahami oleh beberapa kelompok masyarakat. Hal itu disebabkan ajarannya bersifat rasional dan filosofis. Alas an lain adalah aliran Muktaszillah dinilai tidak berpegang teguh pada sunnah Rasulullah SAW dan para sahabat. Aliran baru ini memperoleh dukungan pada masa pemerintahan Khalifah al-Makmun, penguasa Bani Abbasiyah.
Aliran Muktazillah mempunyai lima dokterin yang dikenal dengan al-usul al- khamsah. Berikut ini kelima doktrin aliran Muktazillah.
a.      At-Taauhid (Tauhid)
Ajaran pertama aliran ini berarti meyakini sepenuhnya bahwa hanya Allah SWT. Konsep tauhid menurut mereka adalah paling murni sehingga mereka senang disebut pembela tauhid (ahl al-Tauhid).
b.      Ad-Adl
Menurut aliaran Muktazillah pemahaman keadilan Tuhan mempunyai pengertian bahwa Tuhan wajib berlaku adil dan mustahil Dia berbuat zalim kepada hamba-Nya. Mereka berpendapat bahwa tuhan wajib berbuat yang terbaik bagi manusia. Misalnya, tidak memberi beban terlalu berat, mengirimkan nabi dan rasul, serta memberi daya manusia agar dapat mewujudkan keinginannya.
c.       Al-Wa’d wa al-Wa’id (Janji dan Ancaman).
Menurut Muktazillah, Tuhan wajib menepati janji-Nya memasukkan orang mukmin ke dalam sorga. Begitu juga menempati ancaman-Nya mencampakkan orang kafir serta orang yang berdosa besar ke dalam neraka.
d.      Al-Manzilah bain al-Manzilatain (posisi di Antara Dua Posisi).
Pemahaman ini merupakan ajaran dasar pertama yang lahir di kalangan Muktazillah. Pemahaman ini yang menyatakan posisi orang Islam  yang berbuat dosa besar. Orang jika melakukan dosa besar, ia tidak lagi sebagai orang mukmin, tetapi ia juga tidak kafir. Kedudukannya sebagai orang fasik. Jika meninggal sebelum bertobat, ia dimasukkan ke neraka selama-lamanya. Akan tetapi, sikasanya lebih ringan daripada orang kafir.
e.       Amar Ma’ruf Nahi Munkar (Perintah Mengerjakan Kebajikan dan Melarang Kemungkaran).
Dalam prinsip Muktazillah, setiap muslim wajib menegakkan yang ma’ruf dan menjauhi yang mungkar. Bahkan dalam sejarah, mereka pernah memaksakan ajarannya kepada kelompok lain. Orang yang menentang akan dihukum.
4.      Paham ahli sunnah wal jama’ah, yakni paham atau aliran yang mengedepankan Al-Qur’an dan Assunah, dimana aperan manusia harus lebih seimbang dan proporsional. (sudah seimbang antara manusia dan Allah).
Istilah Ahl al-sunnah wa-jama’ah awalnya merupakan nama bagi aliran asy’ariah dan maturidiah yang timbul karena reaksi terhadap paham mu’tazilah yang pertama kali disebarkan oleh Wasil bin Ato’ pada tahun 100 H/718 M dan mencapai puncaknya pada masa kholifah ‘abasiyah,yaitu al-Ma’mun (813-833 M),al-Mu’tasim (833-842 M) dan al-Wasiq(842-847 M).Pengaruh ini semakin kuat ketika paham muktazilah dijadikan sebagai mazhab resmi yang dianut Negara pada masa al-Ma’mun.
Imam al-Asy’ari dan abu mansur al-Maturidi adalah dua sosok yang memiliki tempat tersendiri dikalangan kaum sunni karena melalui dua ulama’ kharismatik itulah Ahlussunnah Waljamaah lahir sebagai faham ideologi keagamaan.Paham ini lahir sebagai reaksi terhadap perkembangan pemikiran kelompok muktazilah yang begitu “liar”,dimana doktrin kutuhanan dan keimanannya semakin menimbulkan kegoncangan spiritual idiologis yang dahsyat.
Paham Ahlussunnah Waljamah yang diajarkan oleh Imam Al-Asy’ari dan Abu Mansur al-maturidi pada dasarnya merupakan koreksi terhadap berkembangnya berbagai doktrin ke-tuhanan dan keimanan (visi akidah) yang dipandang menyimpang dari ajaran nabi dan para sahabatnya.Kaitannya dengan pandangan Jabariyah yang fatalistic tentang nasib serta pandangan Qodariyah yang berpaham tentang kemauan manusia untuk menentukan perbuatannya,seoerti dalam tetapan ideologis kaum Si’ah dan dan Mu’tazilah,kaum sunni (baca:Ahlussunnah Waljamaah) membuat garis batas yang jelas terhadap kedua kelompok tersebut. Secara epistimologi Ahlussunnah Waljamaah bisa diartikan sebagai “para penganut tradisi nabi Muhammad dan Ijma’ ulama”.
Adapun secara terminology,Ahlussunnah Waljamaah berarti ajaran islam yang murni sebagai mana yang diajarkan dan diamalkan oleh Rasulullah SAW,bersama para sahabatnya.Pengertian ini mengacu pada hadits nabi yang terkenal:”Hal mana nabi memprekdisikan bahwa suatu saat kelak ummat islam akan terpecah dalam 73 golongan,semua celaka kecuali satu firqah,yaitu mereka berpegang teguh pada pegangan beliau dan pegangan para sahabat-sahabatnya.”Dalam hadits lain yang senada,golongan yang selamat ini di sebut sebagai Ahlussunnah Waljamaah.

Latar belakang munculnya aliran-aliran tersebut adalah :
1.      Pemahaman terhadap ayat-ayat Al-Qur’an
2.      Pemahaman terhadap kedudukan orang-orang.
3.      Pemahaman terhadap sifat-sifat manusianya.

J.      Sikap manusia dalam menghadapi dan menerima Al-Qur’an dan dinnul Islam dalam pandangan akidah islam.
1.      Muslim      # Kafir
2.      Mu’min     # Musyrik
3.      Abidin       # Munafik
4.      Mukhsin    # Murtadin
5.      Muttaqin   # Fasikin
6.                        # Dhalimin
Dapat dijelaskan muslim yang awal yang beriman disebut Mu’min, muslim yang diterapkan dan dipraktekkan disebut abidin dan seterusnya.

K.    Prinsip dasar dan aspek-aspek iman, islam dan ikhsan dalam rangka akidah, akhlak, ibadah, syari’at dan muamalah.
1.      Konsepnya adalah : Islam- akidah- syari’at dan Akhlak.
Kemudian dapat dikembangkan : berawal dari Allah- Ilmu- Akidah- Ibadah- Syari’at-Akhlak- semua perbuatan manusia.
2.      Konsep Islam itu sendiri terbagi atas :
·         Akidah
·         Syrai’at
·         Ibadah
·         Akhlak
·         Muamalah
·         Amal shalih
·         Iqtisidiyah.

L.     Aktualisasi Tauhid (teologi Islam) dalam pengembangan kehidupan Manusia.
1.      Manusia sangat membutuhkan ilmu pengetahuan yang menjadi :
·         Pengetahuannya – Ilmu- cara berfikir - kebenaran
·         Ilmu yang dimiliki
·         Manusia dalam berfikir
·         Pandangan dalam bersikap
·         Sikap dalam rangka komitmen
·         Komitmen dalam kebenaran
·         Kebenaran menjadi keyakinan
·         Keyakinan- komitmen- perbuatan.
2.      Segenap ilmu dan cara berfikir umumnya merujuk pada pandangan- sikap- kebenaran.
·         Teori kebenaran : Etimologi, epistimologi, aksiologi.
·         Pengetahuan kebenaran
·         Sumber kebenaran
·         Esensi suatu kebenaran
·         Rumusan, tesis, aksion, dalil kebenaran
·         Konseptualisasi kebenaran
·         Fungsionalisasi kebenaran
·         Aksialisasi kebenaran
3.      Landasan Kalamullah sebagai sumber, dasar, pedoman, aplikasi suatu kebenaran (Al-Qur’an)
·         Akidah (keimanan) manusia yang benar
·         Syari’at (Ilmu syari’at) manusia yang benar
·         Ibadah (ilmu Ibadah) manusia yang benar
·         Akhlak (ilmu akhlak) yang benar
·         Amal shaleh (ilmu amal shaleh) yang benar
·         Pendidikan dan pengajaran bagi keseluruhan, seperti al-qoshos, cerita, berita, contohnya pada Al-Qur’an

·         Bimbingan dan tuntunan berbagai aspek kehidupan.