Laman

Jumat, 30 September 2016

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM



MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

A.    Konsep Manajemen Pendidikan Islam
1.      Pengertian Manajemen
Dari segi bahasa manajemen berasal dari bahasa Inggris yang merupakan terjemahan langsung dari kata management yang berarti pengelolaan, ketata laksanaan, atau tata pimpinan. Sementara dalam kamus Inggris Indonesia karangan John M. Echols dan Hasan Shadily  management berasal dari akar kata to manage yang berarti mengurus, mengatur, melaksanakan, mengelola, dan memperlakukan.[1]
Sedangkan Sondang P Siagian  mengartikan manajemen sebagai kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka mencapai tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain.[2]
Istilah manajemen, terjemahannya dalam bahasa Indonesia hingga saat ini belum ada keseragaman. Banyak penulis yang telah berusaha untuk memberikan definisi atau batasan-batasan tentang pengertian manajemen (nitisemito, 1983:13). Berikut ini akan kami kutipkan beberapa definisi tentang manajemen dari beberapa penulis:
a.       Menurut Koontz dan O’Donnell dalam bukunya
Principle of Management antara lain mengatakan sebagai berikut : “management” is getting done through the efforts of other people.”
b.      GR. Terry dalam bukunya Principles of Management (1972) menyebutkan bahwa manajemen merupakan suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya lainnya.
c.       Menurut Sukanto Reksohadiprojo M. Com, dalam bukunya “Dasar-Dasar Management” yang dikutip oleh Nitisemito mengatakan “Suatu usaha merencanakan, mengorganisir, mengarahkan, mengkordinir serta mengawasi kegiatan dalam suatu organisasi agar tercapai tujuan organisasi secara efisien dan efektif.
Dari pemaparan beberapa definisi di atas pada dasarnya memiliki titik kesamaan yang sama, sehingga dapat disimpulkan menjadi beberapa hal yang oleh Marno dan Triyo Supriyatno di simpulkan sebagai berikut :
a.       Manajemen merupakan suatu usaha atau tindakan ke arah pencapaian tujuan melalui sebuah proses.
b.      Manajemen merupakan system kerja sama dengan pembagian peran yang jelas.
c.       Manajemen melibatkan secara optimal konstribusi orang-orang, dana, fisik dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien. (Marno, 2008 : 1-2)
Selanjutnya, bila kita mempelajari literatur manajemen, maka akan ditemukan bahwa istilah manajemen mengandung tiga pengertian yaitu:
a.       Manajemen sebagai suatu proses.
b.      Manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen,
c.       Manajemen sebagai suatu seni (Art) dan sebagai suatu ilmu pengetahuan (Science)
Menurut pengertian yang pertama, yakni manajemen sebagai suatu proses, mengandung makna bahwa diperlukan pengetahuan tentang fungsi-fungsi manajemen dan hubungan antar fungsi-fungsi manajemen.
Fungsi-funsi manajemen (akan dibahas selanjutnya) sangat banyak dan berbeda-beda antara satu penulis dengan penulis lain. Namun, pada intinya tidak akan lepas dari istilah yang sudah masyhur di dunia manajemen yaitu POAC-D yang merupakan kepanjangan dari: Planing, Organizing, Actuating, Controlling, and Directing.
Hubungan antara fungsi-fungsi manajemen yang satu dengan yang lain adalah saling bertautan. Dengan kata lain antara fungsi manajemen yang satu dengan yang lain adalah saling pengaruh-mempengaruhi. Meskipun demikian fungsi perencanaan merupakan landasan dari fungsi-sungsi manajemen yang lain.
Menurut pengertian yang kedua, manajemen adalah kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen. Jadi dengan kata lain, segenap orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen dalam suatu badan tertentu disebut manajemen.
Menurut pengertian yang ketiga, manajemen adalah seni (Art) atau suatu ilmu pnegetahuan. Manajemen dianggap sebagai ilmu dan seni dikarenakan prinsip-prinsipnya saat ini memang sudah dapat dipelajari, tetapi dalam penerapannya hasilnya masih sangat dipengaruhi pada bakat-bakat perseorangan (Nitisemito, 1989: 16). Seni adalah suatu pengetahuan bagaimana mencapai hasil yang diinginkan atau dalam kata lain seni adalah kecakapan yang diperoleh dari pengalaman, pengamatan dan pelajaran serta kemampuan untuk menggunakan pengetahuan manajemen.
Mengapa di dalam manajemen diperlukan bakat-bakat tertentu? Hal ini disebabkan karena pekerjaan memimpin agar lebih berhasil memerlukan kewibawaan, kemampuan untuk mengambil keputusan cepat, human relation dan sebagainya, padahal sebagaimana kita tahu hal-hal tadi sampai saat ini kesemuanya itu terletak pada diri seseorang tersebut yang merupakan bakat yang “agak” sulit untuk dipelajari.[3]
2.      Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah segala upaya, latihan dan sebagainya untuk menumbuh kembangkan segala potensi yang ada dalam diri manusia baik secara mental, moral dan fisik untuk menghasilkan manusia yang dewasa dan bertanggung jawab sebagai makhluk yang berbudi luhur.
Pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan peribadi manusia dari aspek-aspek rohaniah dan jasmaniah juga harus berlangsung secara bertahap. Oleh karena suatu kematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi perkembangan/pertumbuhan, baru dapat tercapai bilamana berlangsung melalui peroses demi peroses kearah tujuah akhir perkembangan atau pertumbuhannya.[4]
Dalam studi pendidikan, sebutan “ pendidikan Islam” pada umumnya dipahami sebagai suatu ciri khas, yaitu jenis pendidikan yang berlatar belakang keagamaan. Dapat juga di ilustrasikan bahwa pendidikan yang mampu membentuk “manusia yang unggul secara intelektual, kaya dalam amal, dan anggung dalam moral”. Menurut cita-citanya pendidikan Islam meperoyeksi diri untuk memperoleh “insan kamil”, yaitu manusia yang sempurna dalam segala hal, sekalipun di yakini baru hanya Nabi Muhammad SAW yang telah mencapai kualitasnya. Lapangan pendidikan Islam diidentik dengan ruang lingkup pendidikan Islam yaitu bukan sekedar peroses pengajaran (face to face), tapi mencakup segala usaha penanaman (internalisasi) nilai-nilai Islam kedalam diri subyek didik.
3.      Manajemen Pendidikan Islam
Istilah ini (Manajemen Pendidikan Islam) menimbulkan beberapa pandangan yang menurut Marno dan Triyo Supriyatno dalam Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam ada tiga asumsi yang terbentuk karena istilah Manajemen Pendidikan Islam yaitu: pertama, pendidikan Islam yang dalam proses penyelenggaraannya memakai prinsip-prinsip, konsep-konsep, dan teori-teori manajemen yang berkembang dalam dunia bisnis. Kedua, pendidikan Islam yang dalam proses penyelenggaraannya menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep manajemen yang digali dari sumber dan khazanah keislaman. Ketiga, pendidikan Islam yang dalam proses penyelenggaraannya memakai prinsip-prinsip, konsep-konsep, dan teori-teori manajemen yang berkembang dalam dunia bisnis dengan menjadikan Islam sebagai nilai yang memandu dalam proses penyelenggaraannya (Marno, 2008:3).
Dari ketiga asumsi diatas Marno dan Triyo Supriyatno memberikan kesimpulan bahwa manajemen pendidikan Islam didefinisikan sebagai sebentuk kerjasama untuk melaksanakan fungsi-fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penyusunan personalia atau kepegawaian (staffing), pengarahan dan kepemimpinan (leading), dan pengawasan (controlling) terhadap usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya manusia, financial, fisik, dan lainnya dengan menjadikan Islam sebagai landasan dan pemandu dalam praktek operasionalnya untuk mencapai tujuan organisasi (pendidikan Islam) dalam berbagai jenis dan bentuknya yang intinya berusaha membantu seseorang atau sekelompok siswa dala menanamkan ajaran dan/atau menumbuhkembangkan nilai-nilai Islam (Marno, 2008:5)[5]
Dengan demikian manajemen pendidikan Islam adalah proses pemanfaatan semua sumber daya yang dimiliki (ummat Islam, lembaga pendidikan atau lainnya) baik perangkat keras maupun lunak. Pemanfaatan tersebut dilakukan melalui kerjasama dengan orang lain secara efektif, efisien, dan produktif untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan baik di dunia maupun di akhirat.[6]

B.     Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan Islam
Dalam membicarakan ruang lingkup Manajemen Pendidikan ini akan dilihat dar 4 sudut pandang, yaitu dari sudut wilayah kerja, obyek garapan, fungsi atau urutan kegiatan dan pelaksana.
1.      Ruang Lingkup Menurut Wilayah Kerja
a.       Manajemen Pendidikan Seluruh Negara, yaitu manajemen pendidikan untuk urusan nasional. Yang ditangani dalam lingkup ini bukan hanya pelaksanaan pendidikan di sekolah saja tetapi juga pendidikan di luar sekolah, pendiidkan pekkkkmuda, penyelenggaraan latihan, penelitian, pengembangan masalah-masalah pendidikan serta meliputi pula kebudayaan dan kesenian
b.      Manajemen Pendidikan Satu Propinsi, yaitu manajemen pendidikan yang meliputi wailayah kerja satu propinsi yang pelaksanaannya dibantu lebih lanjut oleh petugas manajemen pendidikan di kabupaten dan kecamatan
c.       Manajemen Pendidikan satu kabupaten/kota, yaitu manajemen pendidikan yang meliputi wilayah kerja satu kabupaten/kota, meliputi semua urusan pendidikan memuat jenjang dan jenis
d.      Manajemen Pendidikan Satu Unit Kerja. Pengertian dalam manajemen unit ini lebih menitik beratkan pada suatu unit kerja yang langsung menangani pekerjaab mendidik, misalnya; Sekolah, Pusat Latihan, Pusat Pendidikan, dan kursus-kursus. Dengan demikian, maka ciri dari unit ini adalah adanya (1) pemberi pelajaran, (2) bahan yang diajarkan, (3) penerima pelajaran, ditambah semua sarana penunjangnya.
e.       Manajemen Kelas, sebagai suatu kesatuan kegiatan terkecil dalam usaha pendidikan yang justru merupakan ”dapur inti” dari seluruh jenis manajemen pendidikan. Dalam manajemen kelas inilah kemudia terdapat istilah ”pengelolaan kelas” baik yang bersifat instruksional maupun manajerial.
2.      Ruang Lingkup Menurut Objek Garapan, yaitu:
Semua jenis kegiatan manajemen yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam kegiatan mendidik di sekolah.
a.       Manajemen siswa
b.      Manajemen personil sekolah (baik tenaga kependidikan maupun tenaga manajemen.
c.       Manajemen kurikulum
d.      Manajemen sarana atau material
e.       Manajemen tatalaksana pendidikan atau ketatausahaan sekolah
f.       Manajemen pembiayaan atau manajemen anggaran
g.      Manajemen lembaga-lembaga pendidikan dan organisasi pendidikan
h.      Manajemen hubungan masyarakat atau komunikasi pendidikan.

Penjelasan lebih lanjut Ruang Lingkup MP Menurut Objek Garapan adalah sebagai berikut:
a.       Manajemen Peserta Didik (siswa) adalah seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja serta pembinaan secara kontinu terhadap seluruh peserta didik (dalam lembaga pendidikan yang bersangkutan) agar dapat mengikuti proses belajar mengajar (PBM) secara efektif dan efisien, demi tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Secara kronologis operasional, rentangan kegiatannya mulai dari penerimaan peserta didik baru sampai mereka meninggalkan sekolah (eksit), karena telah tamat, meninggal dunia, putus sekolah atau karena sebab-sebab lain sehingga ia tidak terdaftar lagi sebagai peserta didik sekolah.
b.      Manajemen Personel merupakan seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diuahakaan secara sengaja dan bersungguh-sungguh serta pembinaan secara kontinu para pegawai di sekolah, sehinggga mereka dapat memabntu/menunjang kegiaatan-kegiatan sekolah (khususnya PBM) secara efektif dan eisien demi tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Para personel harus dikelola dengan baik agar mereka senantiasa aktif dan bergairaah dalam menjalankan tugasnya sehari-hari.
c.       Manajemen kurikulum merupakan seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh serta pembinaan secara komntinu terhadap situasi belajar mengajar secara efektif dan efisien demi membantu tercapainya tujuan pendidikan yang etalah ditetapkan. Secara operasional kegiatan manajemen  kurikulum meiputi 3 pokok kegiatan, yakni kegiatan yang behubungan dengan guru, peserta didik, dan seluruh civitas Akademika (warga sekolah).
d.      Manajemen Sarana dan prasarana pendidikan merupakan seluruh proseskegiatan yang direncanakan dn diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh serta pembinaan secara kontinu tehadap benda-benda pendidikan, agar senantiasa siap paki (ready or usea0 dalam PBM sehingga PBM semakin efektif dan efisein guna membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
e.       Manajemen biaya perndidikan merupakan seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan dilaksnakan/diusahakan secar sengaja dan besungguh-sungguh, serta pembinaan scar kontinu terhadap beya operasional sekolah/pendidikan, sehingga kegiatan operasional pendidikan smakin efektif dan efisien, demi membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Kegiatannya meliputi pengumpulan/penerimaan dana yang sah (dana utun, SPP, sumbangan BP3, donasi, dan usaha-usaha halal lainnya), penggunaan dana, dan pertanggungjawaban dana kepada pihak-pihak terkaityang berwenang.
f.       Manajemen Tata laksana/Tata usaha sekolah/pendidikan merupakan seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh, serta membina kegiatan-kegiatan yang bersifat tulis-menulis (clerical work) dis ekolah, agar PBM semakin efektif dan efisien untuk membantu tercapainya tujuan epndidikan yang tealah ditetapkan. Manajemen tata laksana merupakan serangakian kegiatan mencatat, menyimpan, menggandakan, menghimpun, mengolah, dan mengirim benda-benda trertulis serta warkat yang pada hakikatnya menunjang seluruh garapan manajemen sekolah.
g.      Manajemen Organisasi Pendidikan merupakan seluruh proseskegitan yang direncanakan dan dilaksanakan/diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh serta pembinaan secara kontinu terhadap pembagian kerja dan tata kerja sekolah, sehingga kegiatan operasional pendidikan semakin efektif dan efisien demi membantu tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
h.      Manajemen Hubungan Masyarakat merupakan seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh serta pembinaan secara kontinu untuk mendapatkan simapati dari masyarakat pada umumnya serta publiknya pada khususnya, sehingga kegiatan operasional sekolah/pendidikan secara efektif dan efisien, demi membantu tercapainya tujuah pendidikan yang telah ditetapkan.
3.      Menurut Fungsi atau urutan kegiatan
a) merencanakan, b) mengorganisasikan, c) mengarahkan, d) mengkoordinasikan, mengkomunikasikan, dan mengawasi atau mengevaluasi.  Apabila diambil kata-kata intinya, maka dapat dipakai untuk mempermudah mengingat-ingat yaitu regarah kormus, yaitu:
re             = rencana
ga             = organisasi
rah           = pengarahanan
kor            = koordinasi
mu            = komunikasi
si               = mengawasi atau mengevaluasi
4.      Menurut Pelaksana
Kepala sekolah, staf tata usaha, guru dan orang-orang yang bekerja di kantor-kantor pendidikan dan pusat-pusat latihan atau kursus. Pelaksana manajemen di pusat-pusat latihan mempunyai peranan dan tugas seperti pelaksana di sekolah. Tetapi pelaksanaan manajemen di kantor-kantor pendidikan agak berbeda dengan manajemen di sekolah. Pelaksana manajemen di kantor-kantor pendidikan merupakan pelayanan tidak langsung terhadap kegiatan belajar mengajar. Kegiatannya adalah mengurus kurkulum, sarana, personil, siswa, biaya dll kegiatan yang bersifat memperlancar pekerjaan guru dan siswa yang terlibat langsung dalam kegiatan mendidik.[7]




C.    Teori-Teori Manajemen[8]
Perkembangan teori manajemen sampai pada saat ini telah berkembang dengan pesat. Tapi sampai detik ini pula belum ada suatu teori yang bersifat umum ataupun berupa kumpulan-kumpulan hukum bagi manajemen yang dapat diterapkan dalam berbagai situasi dan kondisi. Suatu yang sama tapi karena dilihat dari kaca mata yang berbeda, akan dapat menimbulkan pendapat yang berbeda. Nitisemito dalam bukunya manajemen suatu dasar dan pengantar menggambarkan perbedaan cara pandang tersebut dengan petani yang sedang mencangkul sawah, apabila yang memandang adalah seorang ekonom maka ia beranggapan bahwa kegiatan mencangkul adalah kegiatan yang produktif, seorang dokter akan beranggapan mencangkul adalah kegiatan yang menyehatkan namun bila dilakukan secara berlebihan akan menyebabkan sakit berbeda lagi dengan seorang pakar hukum ia akan melihat bahwa kegiatan mencangkul itu legal atau tidak (Nitisemito, 83: 247).
Dalam perkembangannya ada tiga aliran dalam manajemen yaitu:
5.      Aliran klasik yang terbagi dalam manajemen ilmiah dan teori organisasi klasik.
6.      Aliran hubungan manusiawi, disebut sebagai aliran neoklasik atau pasca klasik.
7.      Aliran manajemen modern.
Penjelasan dari beberapa aliran diatas adalah sebagai berikut:
1.      Teori Manajemen Klasik
Ada dua tokoh manajemen yang mengawali munculnya manajemen, yaitu :
a.       Robert Owen (1771 1858)
Dimulai pada awal tahun 1800-an sebagai Manajer Pabrik Pemintalan Kapas di New Lanark, Skotlandia. Robert Owen mencurahkan perhatiannya pada penggunaan faktor produksi mesin dan faktor produksi tenaga kerja. Dari hasil pengamatannya disimpulkan bahwa, bilamana terhadap mesin diadakan suatu perawatan yang baik akan memberikan keuntungan kepada perusahaan, demikian pula halnya pada tenaga kerja, apabila tenaga kerja dipelihara dan dirawat (dalam arti adanya perhatian baik kompensasi, kesehatan, tunjangan dan lain sebagainya) oleh pimpinan perusahaan akan memberikan keuntungan kepada perusahaan. Selanjutnya dikatakan bahwa kuantitas dan kualitas hasil pekerjaan dipengaruhi oleh situasi ekstern dan intern dari pekerjaan.
Robert Owen adalah orang yang menentang praktek-praktek memperkerjakan anak-anak usia 5 atau 6 tahun dan standar kerja 13 jam per hari. Tersentuh dengan kondisi kerja yang amat menyedihkan itu, beliau mengajukan adanya perbaikan temadap kondisi kerja ini. Pada tahun-tahun awal revolusi industri, ketika para pekerja dianggap instrumen yang tidak berdaya, Owen melihat rneningkatkan kondisi kerja di pabrik, rnenaikkan usia minimum kerja bagi anak-anak, mengurangi jam kerja karyawan, menyediakan makanan bagi karyawan pabrik, mendirikan toko-toko untuk menjual keperluan hidup karyawan dengan harga yang layak, dan berusaha memperbaiki lingkungan hidup tempat karyawan tinggal, dengan membangun rumah-rumah dan membuat jalan, sehingga lingkungan hidup dan pabrik rnenjadi menarik. Sebab itu, beliau disebut "Bapak Personal Manajemen Modem". Selain itu, Owen lebih banyak memperhatikan pekerja, karena menurutnya, investasi yang penting bagi manajer adalah sumber daya manusia. Selain mengenai perbaikan kondisi kerja, beliau juga rnembuat prosedur untuk meningkatkan produktivitas, seperti prosedur penilaian kerja dan bersaing juga secara terbuka.
b.      Charles Babbage (1792 1871)
Charles Babbage adalah seorang Profesor Matematika dari Inggris yang menaruh perhatian dan minat pada bidang manajemen. Dia dipercaya bahwa aplikasi prinsip-prinsip ilmiah pada proses kerja akan menaikkan produktivitas dari tenaga kerja menurunkan biaya, karena pekerjaan-pekerjaan dilakukan secara efektif dan efisien. Dia menganjurkan agar para manajer bertukar pengalaman dan dalam penerapan prinsip-prinsip manajemen. Pembagian kerja (devision of labour), mempunyai beberapa keunggulan, yaitu :
1)      Waktu yang diperlukan untuk belajar dari pengalaman-pengalaman yang baru.
2)      Banyaknya waktu yang terbuang bila seseorang berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain akan menghambat kemajuan dan ketrampilan pekerja, untuk itu diperlukan spesialisasi dalam pekerjaannya.
3)      Kecakapan dan keahlian seseorang bertambah karena seorang pekerja bekerja terus menerus dalam tugasnya.
4)      Adanya perhatian pada pekerjaannya sehingga dapat meresapi alat-alatnya karena perhatiannya pada itu-itu saja.
Kontribusi lain dari Charles Babbage yaitu mengembangkan kerja sama yang saling menguntungkan antara para pekerja dengan pemilik perusahaan, juga membuat skema perencanaan pembagian keuntungan.
2.      Teori Manajemen Ilmiah
Tokoh-tokoh dari teori manajemen ilmiah antara lain Frederick Winslow Taylor, Frank dan Lilian Gilbreth, Henry L. Gantt dan Harrington Emerson.
a.       Frederick Winslow Taylor
Pertama kali manajemen ilmiah atau manajemen yang menggunakan ilmu pengetahuan dibahas, pada sekitar tahun 1900an. Taylor adalah manajer dan penasihat perusahaan dan merupakan salah seorang tokoh terbesar manajemen. Taylor dikenal sebagai bapak manajemen ilmiah (scientifick management).
Hasil penelitian dan analisanya ditetapkan beberapa prinsip yang menggantikan prinsip lama yaitu sistem coba-coba atau yang lebih dikenal dengan nama sistem trial and error.
Hakekat pertama daripada manajemen ilmiah yaitu A great mental revolution, karena hal ini menyangkut manajer dan karyawan. Hakekat yang ke dua yaitu penerapan ilmu pengetahuan untuk menghilangkan sistem coba-coba dalam setiap unsur pekerjaan.
Taylor mengemukakan empat prinsip Scientific Management, yaitu :
1)      Menghilangkan sistem coba-coba dan menerapkan metode-metode ilmu pengetahuan disetiap unsur-unsur kegiatan.
2)      Memilih pekerjaan terbaik untuk setiap tugas tertentu, selanjutnya memberikan latihan dan pendidikan kepada pekerja.
3)      setiap petugas harus menerapkan hasil-hasil ilmu pengetahuan di dalam menjalankan tugasnya.
4)      harus dijalin kerja sama yang baik antara pimpinan dengan pekerja.
Hal yang menarik dari pendapat Taylor salah satunya adalah mengenai posisi manajer. Dimana manajer adalah pelayan bagi bahwahannya yang bertentangan dengan pendapat sebelumnya yang mengatakan bahwa bawahan adalah pelayan manajer. Oleh Taylor ini dinamakan studi gerak dan waktu (Time and a motion study).
b.      Henry Laurance Gantt (1861 1919)
Henry merupakan asisten dari Taylor, dia berdiri sendiri sebagai seorang konsultan, dimana titik perhatiannya pada unsur manusia dalam menaikkan produktivitas kerjanya.  Sumbangan Henay L. Grant yang terkenal adalah sistem bonus harian dan bonus ekstra untuk para mandor. Beliau juga memperkenalkan system "Charting" yang terkenal dengan "Gant Chart".
Metodenya yang terkenal adalah rnetode grafis dalam menggambarkan rencana-rencana dan memungkinkan adanya pengendalian manajerial yang lebih baik. Dengan rnenekankan pentingnya waktu maupun biaya dalam merencanakan dan rnengendalikan pekerjaan. Hal ini yang menghasilkan terciptanya "Gantt Chart" yang terkenal tersebut. Teknik ini pelopor teknikteknik modern seperti PERT (Program Evaluation and Review Techique).
Adapun gagasan yang dicetuskannya yaitu :
1)      Kerja sama yang saling menguntungkan antara manajer dan tenaga kerja untuk mencapai tujuan bersama.
2)      Mengadakan seleksi ilmiah terhadap tenaga kerja.
3)      Pembayar upah pegawai dengan menggunakan sistem bonus.
4)      Penggunaan instruksi kerja yang terperinci.

3.      Teori Organisasi Klasik
Tokoh-tokoh teori organisasi klasik antara lain yaitu Henry Fayol, James D. Mooney, Mary Parker Follett dan Chaster I. Bernard.
a.       Henry Fayol (1841-1925)
Fayol adalah seorang industrialis Perancis. Fayol mengatakan bahwa teori dan teknik administrasi merupakan dasar pengelolaan organisasi yang kompleks, ini diungkapkan dalam bukunya yang berjudul Administration Industrielle et General atau Gneral and Industrial Management yang ditulis pada tahun 1908 oleh Constance Storrs.
Fayol membagi manajemen menjadi lima unsur yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemberian perintah, pengkoordinasian dan pengawasan, fungsi ini dikenal sebagai fungsionalisme.
Fayol. Selanjutnya membagi enam kegiatan manajemen, yaitu 1. Teknik Produksi dan Manufakturing Produk, 2. Komersial, 3. Keuangan, 4. Keamanan, 5. Akuntansi dan 6. Manajerial.
Henry Fayol mengemukakan 14 prinsip manajemen, yaitu :
1)      Devision of Work, Adanya spesialisasi dalam pekerjaan
2)      Uathority and Responsibility, Wewenang yaitu hak untuk memberi perintah dan kekuasaan untuk meminta dipatuhi.
3)      Dicipline, Melakukan apa yang sudah menjadi persetujuan bersama.
4)      Unity of Command, Setiap bawahan hanya menerima instruksi dari seorang atasan saja untuk menghilangkan kebingungan dan saling lempar tanggung jawab.
5)      Unity of Direction, One head and one plan or a group or activities having the same objective. Seluruh kegiatan dalam organisasi yang mempunyai tujuan sama harus diarahkan oleh seorang manajer.
6)      Subordination of Individual Interest to Generale Interest, Kepentingan seseorang tidak boleh di atas kepentingan bersama atau organisasi.
7)      Renumeration, Gaji bagi pegawai merupakan harga servis atau layanan yang diberikan, kompensasi.
8)      Centralization, Standarisasi dan desentralisasi merupakan pembagian kekuasaan.
9)      Sealar Chain (garis wewenang), Jalan yang harus diikuti oleh semua komunikasi yang bermula dari dan kembali ke kuasaan terakhir.
10)  Order, Disini berlaku setiap tempat untuk setiap orang dan setiap orang pada tempatnya berdasarkan pada kemampuan.
11)  Equity, Persamaan perlakuan dalam organisasi.
12)  Stability of Tonure of Personel, Seorang pegawai memerlukan penyesuaian untuk mengerjakan pekerjaan barunya agar dapat berhasil dengan baik.
13)  Initiative, Bawahan diberi kekuasaan dan kebebasan di dalam mengeluarkan pendapatnya, menjalankan dan menyelesaikan rencananya.
14)  Esprit the Corps, Persatuan adalah keleluasaan, pelaksanaan operasi organisasi perlu memiliki kebanggaan, keharmonisan dan kesetiaan dari para anggotanya yang tercermin dalam semangat korps.
b.      Mary Parker Follett (1868 1933)
Follett menjembatani antara teori klasik dan hubungan manusiawi, dimana pemikiran Follett pada teori kalsik tapi memperkenalkan unsur-unsur hubungan manusiawi. Dia menerapkan psikologi dalam perusahaan, industri dan pemerintahan. Konflik yang terjadi dalam perusahaan dapat dibuat konstruktif dengan menggunakan proses integrasi.
Adapun kritik terhadap pendekatan teori organisasi klasik, antara lain:
1)      Merangsang berfikir yang mengutamakan konformitas dan formalitas.
2)      Merupakan rutinitas yang membosankan
3)      Ide-ide inovatif tidak sampai kepada pengambil keputusan karena panjangnya jalur komunikasi
4)      Tidak memperhitungkan organisasi nonformal yang seringkali berpengaruh terhadap organisasi formal
5)      Dijalankan secara berlebihan
6)      Terlalu banyak aturan yang berbelit-belit
7)      Kecenderungan menjadi orwelian yaitu keinginan birokrasi mencampuri (turut melaksanakan, bukan mengendalikan urusan.
4.      Aliran Hubungan Manusiawi (Neo Klasik)
Pendekatan ini muncul untuk merevisi teori manajemen klasik yang ternyata tidak sepenuhnya menghasilkan efisiensi produksi dan keharmonisan kerja. Para ahli selanjutnya melengkapi teori manajemen klasik dengan menerapkan sosiologi dan psikologi dalam manajemen.
Munsterberg(1863-1916), profesor psikologi Jerman yang mendapat sebutan Bapak Psikologi Industri, menyarankan agar penggunaan teknik-teknik manajemen menggunakan hasil eksperimen psikologi. Sebagai contoh, berbagai metode psikologi dapat digunakan untuk memilih kharakteristik tertentu yang cocok dengan kebutuhan suatu jabatan. Ia juga menyarankan agar faktor sosial dan budaya turut dipertimbangkan dalam suatu organisasi. Kontribusi utama dari Munsterberg untuk manajemen adalah aaplikasi psikologi industri dalam manajemen.
Penelitian Hawthorne yang dilakukan oleh Mayo (1880-1949) menghasilkan bahwa hubungan manusiawi merupakan istilah umum yang sering dipakai untuk menggambarkan cara interaksi manajer dengan bawahannya secara manusiawi. Asumsinya, jika manajer personalia memotivasi pekerja dengan baik maka hubungan manusiawi dalam organisasipun menjadi baik. Apabila moral dan efisiensi menurun, maka hubungan manusiawi dalam organisasipun menurun. Ahli lain yang termasuk dalam pendekatan ini adalah Lewin, Roger, Morino, dan lainnya.
Keterbatasan dari teori hubungan manusiawi ini adalah bahwasanya konsep makhluk sosial tidaklah menggambarkan secara lengkap individu-individu di tempat kerjanya. Perbaikan kondisi kerja dan kepuasan kerja tidak menghasilkan perubahan produktivitas yang mencolok. Lingkungan sosial di tempat kerja bukanlah satu-satunya tempat pekerja saling berinteraksi dengan unit lain di luar tempat kerja. Kelompok yang diteliti mengubah perilakunya karena merasa kelompoknya menjadi objek dan subjek penelitian.
5.      Pendekatan Teori Perilaku
Teori perilaku merupakan pengembangan dari pendekatan hubungan manusiawi. Pendekatan ini memandang bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh sistem sosialnya. Perilaku dapat dipahami melalui tiga pendekatan, yaitu:
a.       Rasional
Model rasional memusatkan perhatiannya pada anggota organisasi yang diasumsikan bersifat rasional dan mempunyai berbagai kepentingan, kebutuhan, motif dan tujuan. Pendukung model ini antara lain, Down dan Simon
b.      Sosiologis
Model ini lebih memusatkan perhatiannya kepada pengetahuan antropologi, sosiologi dan psikologi. Pendukung model ini antara lain Bern
c.       Pengembangan hubungan manusia
Model pengembangan hubungan manusia lebih memusatkan perhatiannya kepada tujuan yang ingin dicapai dan pengembangan berbagai sistem motivasi menurut jenis motivasi agar dapat meningkatkan produktivitas kerja. Pendukung model ini antara lain, Mc Gregor, Maslow, dan Bennis.
Keterbatasan dari pendekatan perilaku ini adalah bahwa beberapa ahli manajemen termasuk ahli perilaku percaya bahwa bidang perilaku tidak sepenuhnya nyata karena berkenaan dengan manusia yang bersifat unik. Model, teori dan istilah perilaku oleh ahli perilaku sangat kompleks dan abstrak untuk dipraktekkan para manajer. Dikarenakan perilaku manusia sangat unik, maka ahli-ahli perilaku sering berbeda dalam menyimpulkan penelitian, dan rekomendasinya pun sulit bagi manajer untuk memilih dan melaksanakannya.
6.      Aliran Kuantitatif
Pendekatan kuantitatif ditandai dengan berkembangnya tim penelitian operasi dalam pemecahan masalah-masalah industri. Pendekatan ini didasari oleh kesuksesan tim penelitian operasi Inggris pada PD II. Teknik-teknik penelitian operasi ini semakin berkembang sejalan dengan kemajuan komputer, transportasi dan komunikasi. Teknik-teknik penelitian operasi selanjutnya disebut sebagai pendekatan manajemen ilmiah.
Pendekatan manajemen ilmiah dipakai dalam banyak kegiatan seperti penganggaran modal, manajemen produksi, penjadwalan, pengembangan strategi produk, pengembangan SDM dan perencanaan program. Penggunaan riset operasi dalam manajemen ini selanjutnya dikenal sebagai aliran manajemen science.
Langkah-langkah pendekatan manajemen science yaitu :
a.       Perumusan masalah dengan jelas dan terperinci
b.      Penyusunan model matematika dalam pengambilan keputusan
c.       Penyelesaian model
d.      Pengujian model atas hasil penggunaan model
e.       Penetapan pengawasan atas hasil
f.       Pelaksanaan hasil dalam kegiatan implementasi

D.    Kriteria Manajemen Pendidikan Islam Yang Efektif
Kunci kesuksesan sebuah lembaga pendidikan terletak pada manajemennya. Manajemen lembaga Pendidikan dianggap berhasil manakala mutu pendidikan itu diakui dan bisa bersaing dengan pendidikan di dalam maupun di luar negeri, demikian juga dengan pendidikan Islam. Menurut Malik Fadjar bahwa manajemen pendidikan Islam seharusnya menerapkan manajemen berbasis sekolah (School Based Managemet) pendapat ini tidak ada bedanya dengan manajemen TQM yakni melalui kedua manajemen ini masyarakat sekolah memiliki kemandirian dalam merencanakan, mengelola dan mengatur rumah tangga sekolahnya sendiri.
Menurut Abudin Nata (2003: 237), untuk mewujudkan sekolah atau organisasi pengelola keagamaan yang efektif dapat ditempuh langkah-langkah sebagai berikut; Pertama, organisasi tersebut harus memiliki visi, misi dan tujuan yang jelas dan diarahkan pada upaya mewujudkan cita-cita Islam. Kedua, organisasi tersebut harus dipimpin oleh orang yang memiliki visi, capability, loby dan morality. Visi berkaitan dengan gagasan cita-cita dan imajinasi yang terus mengalir. Sedangkan capability berkaitan dengan kesanggupan untuk mewujudkan cita-cita dan visi tersebut. Sementara loby terkait dengan kemampuan berkomunikasi dan menjalin hubungan dengan berbagai pihak yang memungkinkan dapat diakses untuk mencapai tujuan. Selanjutnya morality berkaitan dengan akhlak yang mulia seperti keikhlasan dalam bekerja, jujur, amanah dan lain sebagainya. Ketiga, organisasi tersebut harus memiliki sumber ekonomi yang dihasilkan melalui berbagai usaha. Keempat, organisasi tersebut harus mampu membaca peluang yang memungkinkan dapat dilakukan berbagai kegiatan yang dibutuhkan oleh jama’ah. Kelima, organisasi tersebut harus didukung oleh sarana dan prasarana pendukung yang baik. Keenam, organisasi tersebut harus memperoleh legitimasi dari masyarakat dengan cara menciptakan berbagai kegiatan yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Untuk mengembangkan manajemen suatu lembaga pendidikan yang berkualitas subtansi manajemen pengembangan lembaga pendidikan Islam yang harus diperhatikan, antara lain:
1.      Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran
Kurikulum dan pembelajaran merupakan salah satu elemen yang terdapat dalam pendidikan. Keduanya saling mendukung satu sama lainnya. Di dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang system Pendidikan Islam Nasional dinyatakan bahwa “kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.
Dalam kurikulum terdapat prinsip kolektivitas tim, yang mana ini menuntut kerjasama satu sama lainnya. Selain itu, kurikulum pula tempat mengejewatahkan nilai, ide dan pembelajaran serta kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Dari kurikulum inilah akan diketahui arah pendidikan serta hasil pendidikan yang hendak dicapai dari aktivitas pendidikan.
Sedangkan pembelajaran menjadi tiang dalam kurikulum. Pembelajaran yang diterapkan dalam lembaga pendidikan itu sangat berpengaruh bagi psikis siswa. Dalam teori ilmu pendidikan modern ataupun ilmu pendidikan Islam berbagai macam model pembelajaran pilihan yang harus diterapkan oleh pendidik. Seperti model pembelajaran kooperatif, kuantum, pembelajaran dengan membacakan kisah-kisah, tematik dan lain sebagainya. Kesemuanya itu bermuara pada satu tujuan yakni bagaimana membuat murid itu senang, nyaman dan menikmati pembelajaran yang disajikan. Dengan begitu dalam pembelajran semakin mudah dimengerti dengan materi yang diajarkan.
2.      Manajemen Personalia
Dalam lembaga pendidikan, personalia (sumber daya manusia) terlebih kepala sekolah/madrah memiliki peran vital. Sebagai puncak pimpinan tertinggi dan penanggung jawab pelaksanaan otonomi pendidikan di tingkat sekolah/madrasah, ia memiliki peran sentral dalam pengelolaan personalia. Beberapa prinsip dasar manajemen personalia, yang dijadikan pedoman kepala sekolah/madrasah adalah:
a.       Dalam mengembangkan sekolah/madrasah, sumber daya manusia adalah komponen paling berharga
b.      Sumber daya manusia akan berperan secara optimal, jika dikelola dengan baik, sehingga mendukung tercapainya tujuan institusi.
c.       Kultur dan suasana organisai/sekolah, serta perilaku manajerialnya sangat berpengaruh pada pencapaian tujuan pengembangan sekolah atau madrasah.
d.      Manajemen personalia di sekolah/madrasah pada prinsipnya mengupayakan agar setiap warga (guru, staf administrasi, peserta didik, serta orang tua, dan stakeholders) dapat bekerja sama dan saling mendukung untuk mencapai tujuan sekolah/madrasah. (Hasbullah. 2006: 113).
3.      Manajemen Peserta didik
Suryosubroto memberi batasan defenisi manajemen peserta didik, sebagai berikut: Manajemen peserta didik menunjuk pada pekerjaan-pekerjaan atau kegiatan-kegiatan pencatan murid, semenjak dari proses penerimaan sampai saat murid meninggalkan sekolah/madrasah, karena sudah tamat mengiktui pendidikan pada sekolah/madrasah itu. (Suryosubroto. 2004: 74).
Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa manajemen peserta didik adalah upaya penataan peserta didik. Mulai dari mereka masuk hingga lulus. Manajemen peserta didik termasuk salah satu bagian dari manajemen pendidikan secara keseluruhan. Manajemen peserta didik menempati posisi yang sangat penting, karena yang sentral di sekolah adalah peserta didik. Semua kegiatan yang ada di sekolah adalah peserta didik. Semua kegiatan yang ada di sekolah, diarahkan agar peserta didik mendapat layanan pendidikan yang baik dan tercipta suasana belajar yang kondusif.
4.      Manajemen Administrasi Sekolah/Madrasah
Secara etimologis, kata “administrasi”, berasal dari bahasa latin yang terdiri dari kata “ad” dan “ministrare”. Kata “ad” mempunyai persamaan makna dengan kata “to” dalam bahasa Inggrisnya yang berarti ke atau kepada. Kata “ministrare” memiliki arti sama dengan “to serve” atau “to conduct” yang berarti melayani, membantu atau mengarahkan.
Secara terminologis adalah suatu kegiatan atau proses, terutama mengenai cara-cara (alat-alat) sarana untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Administrasi dalam perspektif manajemen, dipandang mempunyai peran penting sebagai “prevoyange” atau kemampuan melihat masa depan. Hal ini berarti administrasi dinilai mampu melihat keadaan masa yang akan datang dan mempunyai kesiapan untuk menghadapinya.
Hakikat manajemen adalah rangkaian tindakan yang bermaksud untuk mencapai hubungan kerjasama yang rasional dalam suatu sistem administrasi. Inti keberhasilan suatu manajemen adalah kerjasama dan komunikasi. Dalam manajemen administrasi terdapat yang Tata Usaha, adapun pekerjaan mereka ke dalam tiga kelompok, antara lain; pembukuan, surat-menyurat dan sarana dan prasarana.
5.      Manajemen Sarana dan Prasarana
Manajemen sarana prasarana adalah suatu kegiatan bagaimana mengatur dan mengelola sarana dan prasarana pendidikan secara efesien dan efektif dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Tim Pakar Manajemen Universitas Negeri Malang, manajemen sarana prasarana pendidikan adalah proses kerjasama pendayagunaan semua sarana dan prasarana pendidikan secara efektif dan efesien.
Manajemen sarana dan prasarana pendidikan pada dasarnya bertujuan: 1) meciptakan sekolah/madrasah yang rapi, bersih, indah sehingga menyenangkan bagi masyarakat sekolah/madrasah, 2) tersedianya sarana dan prasarana pendidikan yang memadai, baik secara kualitatif maupun kualitatif dan relevan dengan kepentingan pendidikan
6.      Manjemen Keuangan
Manajemen keuangan atau pembiayaan merupakan serangkaian kegiatana perencanaan, melaksanakan dan mengevaluasi serta mempertanggungjawabkan pengelolaan dana secara transparan kepada masyarakat dan pemerintah.
Dalam manajemen pendidikan, masalah dana merupakan potensi yang sangat menentukan dan tidak bisa dipisahkan dari kajian manajemen pendidikan. Adapun biaya adalah keseluruhan dana baik secara langsung maupun tidak langsung yang diperoleh dari berbagai sumber.
7.      Manajemen Hubungan Masyrakat
Berfungsi sebagai pencitraan sekolah atau lembaga pendidikan. Humas itu sendiri merupakan fungsi manajemen yang diadakan untuk menilai dan menyimpulkan sikap-sikap publik, menyesuaikan kebijakan dan prosedur instansi atau organisasi untuk mendapatkan pengertian dan dukungan dari masyarakat.[9]



[2] Sondang P Siagian, Filsafah Administrasi, (CV Masaagung, Jakarta : 1990), hlm, 5
[4] M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Cet. III, (Jakarta ; Bumi Aksara, 1993), hlm. 11
[6] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia,2008) hlm, 260
[9] Ibid.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar