BAB I
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran yang berkualitas sangat
tergantung dari motivasi pelajar, kreatifitas pengajar dan metode pembelajaran
yang digunakan sesuai berdasarkan konteksnya. Pembelajar yang memiliki motivasi
tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut,
juga dengan metode yang relevan akan membawa pada keberhasilan pencapaian
target belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan
kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik,
ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan kreatifitas guru akan
membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar.
Mengingat pentingnya relevansi suatu
metode dalam kegiatan belajar mengajar, dan demi menjaga keberlangsungan interaksi
antara pengajar dan peserta didik, dalam makalah ini penulis mencoba untuk
menguraikan tentang pembelajaran tematik agar bisa diaplikasikan dalam
praktisnya sesuai dengan konteks, sehingga setidaknya kita bisa mengetahui
metode tematik dalam pembelajaran, dan kita bisa menentukan mana tema belajar
yang signifikan untuk suatu metode tematik yang berorientasi pada karakteristik
peserta didik itu sendiri, agar proses belajar mengajar dapat berlangsung
secara interaktif dan optimal.
B. Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian model pemelajaran tematik ?
2.
Apa Landasan pembelajaran tematik ?
3.
Apa saja karakteristik dan
rambu-rambu pembelajaran tematik ?
4. Apa saja
prinsip dasar pembelajaran tematik ?
5. Apa saja
prinsip dan bagaimana langkah pemilihan tema ?
6. Apa saja
model-model pembelajaran tematik ?
7. Apa saja
kelebihan dan kekurangan model pembelajaran tematik ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Model Pembelajaran Tematik
Upaya untuk
menigkatkan kualitas pendidikan terus dilakukan (restrukturisasi pendidikan),[1]
baik dalam sektor kurikulum, pemerintah, hubungan dengan masyarakat atau
lingkungan , bahkan kualitas guru juga terus ditingkatkan. Karena guru memiliki
peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Terlebih guru juga
dituntut untuk lebih kaya dalam menguasai metode pembelajaran. Diantara
metode-metode tetsebut adalah metode pembelajaran tematik.[2]
Dalam
mengawali pembahasan tentang pembelajaran tematik, di makalah ini
terlebih dahulu akan disuguhkan tentang pengertian dari pokok pembahasan untuk
menghindari kesalah pahaman dan juga untuk mempermudah fokus pendiskusian.
Pembelajaran tematik juga biasa disebut dengan pembelajaran terpadu, karena
konsep ini telah menggabungkan dari beberapa bidang studi atau mata pelajaran
dalam satu tema dengan tujuan pembelajaran akan menjadi lebih menarik dan kaya
pengetahuan.
Tema
merupakan alat atau wadah untuk mengenalkan berbagai konsep kepada anak didik
secara utuh. Dalam pembelajaran tema diberikan dengan maksud menyatukan isi
kurikulum[3] dalam satu
kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa anak didik dan membuat
pembelajaran lebih bermakna. Argumentasi yang dibangun dalam pembelajaran yang
menggunakan tema, dimaksudkan agar anak didik mampu mengenal berbagai konsep
secara mudah dan jelas.[4]
Pembelajaran tematik merupakan suatu strategi pembelajaran yang melibatkan
beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakana kepada siswa
atau dengan bahasa yang singkat pembelajaran tematik ini merupakan pembelajaran
yang memadukan beberapa mata pelajaran atau bidang studi dalam satu tema.
Keterpaduan tersebut dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, kurikulum, dan aspek belajar mengajar.
Jadi dari berbagai penjelasan di atas yang dimaksud dengan pembelajaran tematik
adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai pemerasatu materi
dalam beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali tatap muka.
Model
pembelajaran tematik adalah proses pembelajaran terpadu yang menggunakan
pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan
pengalaman bermakna kepada kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam
pembelajaran tematik, siswa akan memahami konsep-konsep yang akan mereka
pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkanya dengan konsep lain
yang telah dipahaminya. Fokus perhatian dalam pembelajaran tematik terletak
pada proses yang di tempuh siswa saat memahami isi pembelajaran sejalan dengan
bentuk-bentuk keterampilan yang harus di kembangkannya. Dalam pelaksanaannya,
pendekatan pembelajaran tematik ini bertolak dari suatu tema yang dipilih dan
di kembangkan oleh guru bersama siswa dengan memerhatikan keterkaitannya dengan
isi mata pelajaran.[5]
Menurut
Joni, T.R (1996: 3), pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran
yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif mencari,
menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna,
dan otentik.[6]
Pembelajaran
terpadu merupakan suatu aplikasi salah satu setragi pembelajaran berdasarkan
pendekatan kurikulum terpadu ( integratet
curiculum) bertujuan untuk menciptakan atau membuat proses pembelajaran
secara relevan dan bermakna bagi anak (Atkinson,1989:9).
Pembelajaran
terpadu (tematik) pada dasarnya bertujuan agar kurikulum dan proses
pembelajaran yang dilaksanakan dikelas dapat bermakna bagi siswa. Hal ini
dimaksudkan agar bahan agar digunakan secara terpisah-pisah, tetapi merupakan
suatu kesatuan bahan yang utuh dan cara belajar yang sesuai dengan kebutuhan
perkembangan siswa.[7]
Sehingga
Penulis dapat menyimpulkan bahwa Model pembelajaran tematik adalah model
pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan
beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.
Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik, siswa akan memahami konsep-konsep
yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan
konsep lain yang telah dipahaminya. Fokus perhatian dalam pembelajaran tematik
terletak pada proses yang ditempuh siswa saat berusaha memahami isi
pembelajaran sejalan dengan bentuk-bentuk keterampilan yang harus
dikembangkannya.
B. Landasan
Pembelajaran Tematik
Landasan filosofis dalam pembelajaran tematik sangat
dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu: (1) progresivisme, (2)
konstruktivisme, (3) humanisme. Aliran Progresivisme memandang proses pembelajaran perlu
ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pembelajaran sejumlah kegiatan,
suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan kemampuan siswa. Aliran
Konstruktivisme melihat
pengalaman langsung siswa (direct experiences) sebagai kunci dalam
pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi bentukan
manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek,
fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Sedangkan Aliran Humanisme melihat siswa dari segi keunikan atau
kekhasannya, potensinya, dan motivasi yang dimilikinya.[8]
Landasan Psikologis dalam pembelajaran tematik terutama
berkaitan dengan psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar.
Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi atau materi
pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan
kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Psikologi belajar
memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi atau materi pembelajaran tematik
tersebut disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus
mempelajarinya.
Landasan Yuridis dalam pembelajaran tematik
berkaitan dengan berbagai kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan
pembelajaran tematik di sekolah dasar. Landasan yuridis tersebut adalah UU No.
23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap anak
berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan
pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (Pasal
9). UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa
setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan barhak mendapatkan pelayanan
pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya (Bab V Pasal 1-b).[9]
C. Karakteristik dan Rambu-Rambu Pembelajaran Tematik.
Adapun
karakteristik pembelajaran tematik yang menjadi pembeda dengan pembelajaran
yang lain adalah sebagaimana berikut[10]:
1.
Berpusat pada peserta didik.
Maksudnya, pembelajaran berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai
dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai
subyek belajar,sedangkan posisi guru lebih banyak memposisikan dirinya sebagai
fasilitator.
2.
Memberikan pengalaman langsung pada
peserta didik (direct experiences); dengan pengalaman langsung, siswa
dihadapkan pada sesuatu yang nyata sebagai dasar untuk memehami hal-hal yang
lebih abstrak.
3.
Pemisahan antara mata pelajaran
tidak begitu nyata dan jelas; maksudnya, focus pembelajaran diarahkan kepada
pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
4.
Menyajikan suatu konsep dari
berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan hal ini siswa
diharapkan mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh serta untuk
membantu permasalahan siswadalam kehidupan sehari-hari.
5.
Fleksibel atau luwes, dalam artian
ini bahan ajar dalam satu mata pelajaran dapat dikaitkan dengan mata pelajaran
yang lainnya, bahkan dapat dikaitkan dengan lingkungan tempat sekolah dan siswa
berada.
6.
Hasil pembelajaran sesuai dengan
minat dan kebutuhan siswa, sebab siswa diberikan kesempatan untuk
mengoptimalakan potensinya sesuai dengan keinginannya.
7.
Menggunakan prinsip belajar sambil
bermain, sehingga proses pembelajaran terasa lebih menyenangkan.
Selain terdapat karakteristik, dalam
pembelajaran ini juga terdapat rambu-rambu yang harus diperhatikan.
1.
Tidak semua pelajaran harus
dipadukan.
2.
Dimungkinkan terjadi penggabungan
kopentensi dasar linats semester.
3.
Kopetensi dasar yang tidak dapat
dipadukan, tidak boleh dipaksakan untuk dipadukan, melainkan disajikan secara
tersendiri.
4.
Kompetensi dasar yang tidak tercakup
pada tema tertentu harus tetap diajarkan dengan cara melalui tema lain atau
secara tersendiri.
5.
Kegiatan pembelajran ditekankan pada
kemmpuan membaca, menulis, berhitung, dan penanaman nilai-nilai moral.
6.
Tema-tema yang dipilih disesuaikan
dengan karakteristik siswa, lingkungan, dan daerah setempat.
Menurut
Depdikbud (1996: 3), pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa karakteristik atau ciri yakni[11]
:
1.
Holistik
Suatu gejala atau fenomena yang mejadi pusat perhatian
dalam pembelajaran terpadu diamati dan dikaji dari beberapa bidang kajian
sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak.
2.
Bermakna
Pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek
seperti yang dijelaskan di atas, memungkinkan terbentuknya semacam jalinan
antar konsep-konsep yang berhubungan disebut skemata. Hal ini akan berdampak
pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari. Sehingga siswa mampu menerapkan
perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah yang muncul di dalam
kehidupannya.
3.
Otentik
Pembelajaran terpadu memungkinkan siswa memahami
secara langsung prinsip dan konsep yang ingin dipelajarinya melalui kegiatan
belajar secara langsung. Mereka memahami dari hasil belajarnya sendiri, bukan
sekedar pemberitahuan guru. Informasi dan pengetahuan yang diperoleh sifatnya
menjadi lebih otentik.
4.
Aktif
Pembelajaran terpadu menekankan keaktifan siswa dalam
pembelajaran, baik secara fisik, mental, intelektual, maupun emosional guna
tercapainya hasil beljar yang optimal dengan mempertimbangkan hasrat, minat dan
kemampuan siswa sehnga merka termotivasi untuk terus belajar.
D. Prinsip Dasar Pembelajaran Tematik
Menurut
Ujang Sukandi, dkk. (2001: 109), Pembelajaran terpadu memiliki satu tema
aktual, dekat dengan dunia siswa, dan ada kaitannya dengan kehidupan
sehari-hari. Tema ini menjadi pemersatu
materi yang beragam dari beberapa materi pelajaran.
Pengjaran
terpadu perlu memilih materi beberapa matata pelajaran yang mungkin dan saling
tekait. Dengan demikian, materi-materi yang dipilih dapat mengungkapkan tema
secara bermakna.
Pengajaran
terpadu tidak boleh bertentangan dengan tujuan dengan kurikulum yang berlaku,
tetapi sebaliknya pembelajaran terpadu harus mendukung pencapaian tujuan
pembelajaran yang termuat dalam kurikulum. Materi pembelajaran yang dapat
dipadukan dalam satu tema perlu mempertimbangkan karakteristik siswa, seperti
minat, kemampuan, kebutuhan dan pengetahuan awal.
Secara umum
prinsip-prinsip pembelajaran terpadu dapat diklasifikasikan menjadi :
1.
Prinsip Penggalian Tema
a.
Tema hendaknya tidak terlalu luas,
namun dengan mudah dapat digunakan untuk memadukan banyak mata pelajaran.
b.
Tema harus bermakana, maksudnya
ialah tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagi siswa untuk
belajar selanjutnya.
c.
Tema harus disesuaikan dengan
tingkat perkembangan psikologis anak,
d.
Tema dikembangkan harus mewadahi
sebagian besar minat anak.
e.
Tema yang dipilih hendaknya
mempertimbangkan peristiwa-peristiwa otentik yang terjadi di dalam rentang
waktu belajar.
f.
Tema yang dipilih hendaknya
mempertimbangkan kurikulum yang berlaku serta harapan masyarakat (asas
relevansi)
g.
Tema yang dipilih hendaknya juga
mempertimbangkan ketersediaan sumber beajar.
2.
Prinsip Pengelolaan Pembelajaran
a.
Guru hendaknya jangan menjadi single
actor yang mendominasi pembicaraan dalam proses belajar mengajar.
b.
Pemberian tanggung jawab individu
dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerja sama
kelompok.
c.
Guru perlu mengakomodasikan terhadap
ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terfikirkan dalam perencanaan.
3.
Prinsip Evaluasi
a.
Memberi kesempatan kepada siswa
untuk melakukan evaluasi diri (self evaluation/self assessment)
disamping bentuk evaluasi lainnya.
b.
Guru perlu mengajak para siswa untuk
mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan kriteria
keberhasilan pencapaian tujuan yang akan dicapai.
4.
Prisip Reaksi
a.
Guru harus bereaksi terhadap aksi
siswa dalam semua peristiwa serta tidak mengarahka aspek yang sempit melainkan
ke suatu kesatuan yang utuh dan bermakna.[12]
E. Prinsip dan Langkah Pemilihan Tema
“Tema”,
sudah menjadi titik poin dalam pembelajaran tematik[13], karena
tema memiliki fungsi untuk memadukan beberapa mata pelajaran. Maka dari itu
dalam menentukan tema harus benar-benar dilakukan secara hati-hati agar tema
tersebut mampu memadukan beberapa mata pelajaran maupun kompetensi dasar dengan
memperhatikan prinsip dan langkah-langkah sebagai berikut[14]:
1.
Kedekatan, artinya tema hendaknya
dipilih mulai dari tema yang terdekat dengan kehidupan anak didik, kemudian
tema yang semakin jauh dari kehidupan.
2.
Kesederhanaan, tema hendaknya
dipilih dari tema-tema yang sederhana, baru kemudian ke tema-tema yang lebih
rumit.
3.
Kemenarikan tema dipilih mulai dari
yang menarik minat anak didik, yang kemudian bisa dilanjutkan pada tema-tema
yang kurang menarik.
4.
Keinsidentalan, hal ini memiliki
pengertian bahwa peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitar tempat
pembelajaran berlangsung hendaknya dimasukkan atau dikaitkan dalam pembelajaran
meskipun peristiwa tersebut tidak sesuai dengan tema yang sedang diajarkan.
Langkah-langkah:
1.
Mengidentifikasi tema yang sesuai
dengan hasil belajar dan indicator dalam kurikulum.
2.
Menata dan mengurutkan tema
berdasarkan prinsip-prinsip pemilihan tema.
3.
Menjabarkan tema kedalam sub-sub
tema dengan tujuan tema tidak terlalu luas.
4.
Memilih subtema yang sesuai.
F. Model-Model Pembelajaran Tematik
1.
Pembelajaran terpadu model connected
Fogarty (dalam Prabowo, 2000), mengemukakan bahwa
model terhubung (connected) merupakan model integrasi interbidang studi. Model
ini secara nyata mengorganisasikan atau mengintegrasikan suatu konsep,
keterampilan, atau kemampuan yang ditumbuhkembangkan dalam suatu pokok bahasan
atau sub pokok bahasan yang dikaitkan dengan konsep, keterampilan atau
kemampuan pada pokok bahasan atau sob pokok bahasan lain, dalam suatu bidang
studi.
2.
Pembelajaran terpadu model Webbed
Pembelajaran terpadu model webbed adalah
pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan in
pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu. Tema bisa ditetapkan
dengan negosiasi antara guru dan siswa, tetapi dapat pula dengan cara diskusi
sesama guru. Setelah tema tersebut disepakati, dikembangkan sub-sub temanya
dengan memperhatikan kaitannya dengan bidang-bidang studi. Dari sub-sub tema
ini dikembangkan aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa.
3.
Pembelajaran terpadu tipe Integrated
Model ini merupakan pembelajaran terpadu yang
menggunakan pendekatan antar bidang studi. Model ini diusahakan dengan cara
menggabungkan bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan
menemukan keterampilan, konsep, dan sikap yang saling tumpang tindih di dalam
beberapa bidang studi. Pada model ini tema yang berkaitan dengan tumpang tindih
merupakan hal terakhir yang ingin dicari dan dipilih oleh guru dalam tahap
perencanaan program. Pertama kali guru menyeleksi konsep-konsep, keterampilan
dan sikap yang diajarkan dalam satu semester dari beberapa bidang studi,
selanjutnya dipilih beberapa konsep, keterampilan, dan sikap yang memiliki
keterhubungan yang erat dan tumpang tindih diantara berbagai bidang studi.
4.
Pembelajaran terpadu model Nested
Pembelajaran terpadu tipe nested (terserang)
merupakan pengintegrasian kurikulum di dalam satu disiplin ilmu secara khusus
meletakkan fokus pengintegrasian pada sejumlah keterampilan belajar yang ingin
dilatihkan oleh seorang guru kepada siswanya dalam satu unit pembelajaran untuk
ketercapaian materi pelajaran (content). Keterampilan –kketerampilan
belajr itu meliputi keterampilan berfikir (thinking skill), keterampilan sosial
(social skill) dan keterampilan mengorganisir (organizing skill) (Fogarty,
1991: 23).[15]
G. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Tematik
Dalam suatu
model pembelajaran pasti akan terdapat suatu kekurangan, seideal apapun suatu
model pembelajaran, pasti akan terdapat suatu kekurangan. Dimana terdapat
ketidak sesuaian, ketidak sesuaian tersebut pasti terdapat dalam salah satu
aspek-aspek tertentu.
Mengingat
bahwa makalah ini menjelaskan tentang model pembelajaran tematik, maka dari itu
penulis akan menguraikan kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran
tematik.
Model
pembelajaran tematik mempunyai beberapa kelebihan yakni:[16]
1.
Menyenangkan karena berangkat dari
minat dan kebutuhan peserta didik.
2.
Memberikan pengalaman dan kegiatan
belajar mengajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta
didik.
3.
Hasil belajar dapat bertahan lama
karena lebih berkesan dan bermakna.
4.
Mengembangkan keterampilan berpikir
peserta didiksesuai dengan persoalan yang dihadapi.
5.
Menumbuhkan keterampilan sosial
melalui kerja sama.
6.
Memiliki sikap toleransi, komunikasi
dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
7.
Menyajikan kegiatan yang bersifat
nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi dalam lingkungan peserta didik.
Selain kelebihan-kelebiha model
pembelajaran tematik yang dipaparkan di atas, model pembelajaran tematik ini
pun memiliki beberapa kelemahan. Yang menjadi kelemahan dalam model
pembelajaran tematik tersebut adalah apabila dilakukan oleh guru tunggal.
Misalnya seorang guru kelas kurang menguasai secara mendalam penjabaran tema
sehingga dalam pembelajaran tematik akan merasa sulit untuk mengaitkan tema
dengan materi pokok setiap mata pelajaran. Di samping itu, jika skenario
pembelajaran tidak menggunakan metode yang inovatif maka pencapaian Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar tidak akan tercapai karena akan
menjadi sebuah narasi yang kering tanpa makna.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam pembahasan diatas telah diuraikan beberapa pengertian model
pembelajaran tematik secara umum, kemudian tentang karakteristik dari model
pembelajaran tematik, dan yang terakhir adalah uraian tentang kelebihan dan
kekurangan dari model pembelajaran tematik. Dari uraian diatas akhirnya
disimpulkan bahwasanya model pembelajaran tematik ini katakanlah populer,
lantaran materi dari tiap mata pelajaran dapat kita satukan, atau dengan kata
lain, dapat dikait-kaitkan. Dengan begitu, proses penyampaian materi akan lebih
mudah diserap karena materi yang diajarkan berikutnya, seolah sudah diajarkan
sebelumnya dalam mata pelajaran lain yang dikaitkan dengan mata pelajaran
berikutnya.
Model pembelajaran tematik ini juga kiranya lebih relevan diterapkan, sebab
model pembelajaran tematik ini juga dapat membantu membangkitkan minat belajar
siswa. Karena dalam pengemasan mata pelajaran menggunakan model pembelajaran
tematik ini, mata pelajaran yang disaling kait-kaitkan dikemas dalam bentuk
penyampaian materi yang didalamnya terdapat unsur bermain, sehingga siswa
sekolah dasar akan lebih menyukainya.
B.
Saran
Kiranya model pembelajaran tematik ini lebih bermakna, bermakna disini
berarti bahwa siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui
pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah
dipahaminya. Berangkat dari pemahaman kebermaknaan model pembelajaran tematik,
maka dari itu kiranya perlu seorang guru dan atau kita selaku mahasiswa yang
menjadi calon-calon guru untuk memahami tentang model pembelajaran tematik,
lantaran model pembelajaran tematik ini adalah merupakan model pembelajaran
yang dapat dikatakan komprehensif, karena disamping memberikan wawasan
pengetahuan kepada siswa, juga merangsang segi afektif siswa itu sendiri.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdul Majid, 2009, Perencanaan Pembelajaran:
Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, cet.
VI.
Depdiknas.
2007, Materi Sosialisasi dan Pelatihan Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta.
Hasan Basri dan Beni Ahmad Saebani, 2010, Ilmu
Pendidikan Islam Jilid II, Bandung: CV Pustaka Setia.
Kunandar,
2007, Guru Professional; Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada.
Moh Uzer Usman, 2009, Menjadi Guru Profesional,
Bandung: PT remaja Rosdakarya, cet. XXIII.
Oemar Hamalik, 2009, Proses Belajar Mengajar,
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Rusman, 2011, Model-model
pembelajaran:mengembangkan profesionalisme guru, Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Trianto, 2010, Model Pembelajaran Terpadu,
Konsep, Strategi, dan Implementasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP), Jakarta: Bumi Aksara.
Tutut Sholihah,
2008, Strategi Pembelajaran Yang
Efektif, Jakarta: UIN Jakarta Press.
Wirawan,
Sarlito. 1978, Berkenaan dengan Aliran-Aliran dan Tokoh Psikologi.
Jakarta: Bulan Bintang.
![]() |
[1] Abdul Majid, Perencanaan
Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009), cet. VI, hal. 3.
[2] Moh Uzer Usman, Menjadi Guru
Profesional, (Bandung: PT remaja Rosdakarya, 2009), cet. XXIII, hal. 9-11.
[3] Hasan Basri dan
Beni Ahmad Saebani, Ilmu Pendidikan Islam Jilid II, (Bandung: CV Pustaka
Setia, 2010), hal. 177-178.
[4]Kunandar, Guru
Professional; Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dan Persiapan
Menghadapi Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2007),
hal. 311.
[5]Rusman, Model-model
pembelajaran:mengembangkan profesionalisme guru, (Jakarta: Rajagrafindo Persada,2011),hal. 254.
[6] Trianto, Model Pembelajaran
Terpadu, Konsep, Strategi, dan Implementasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hal. 56.
[7] Tutut Sholihah, Strategi Pembelajaran Yang Efektif, (Jakarta:
UIN Jakarta Press, 2008), hal:50-51.
[8] Wirawan, Sarlito. Berkenaan dengan Aliran-Aliran dan
Tokoh Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang, 1978). hal. 43-47
[9]Depdiknas. Materi Sosialisasi dan Pelatihan Kurikulum
Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: 2007.
[10]
Kunandar, 313-314.
[11] Trianto, hal. 61-63.
[13]
Oemar hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009),
cet. 9, hal. 228.
[14]
Kunandar, hal. 315-316.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar