Laman

Rabu, 09 November 2016

PERAN GURU DALAM PENGELOLAAN PEMBELAJARAN

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Seorang guru yang professional dituntut memiliki empat Kompetensi yang harus dimiliki setiap guru. Dan tentu saja guru sebagai pendidik/pengajar dituntut untuk penguasai bidang ilmu yang diampunya. Memiliki wawasan yang luas dan penguasaan Materi pembelajaran yang mendalam untuk memungkinkan seorang guru tersebut untuk membimbing peserta didik agar sampai pada tujuan yang diharapkan.
Agar pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien guru juga dituntut memiliki kemampuan dalam mengelola pembelajaran, merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran. Dalam kesempatan ini, yang akan dibahas lebih terfokus pada pengelolaan Pembelajan yang mana yang akan dibahas lebih pada peran guru dalam pengelolaan pembelajaran, yang akan lebih rinci dijabarkan pada BAB II.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa saja peran Guru dalam Pengelolaan Pembelajaran?
2.      Bagaimana Prinsip-prinsip Guru dalam Mengelola Pembelajaran?
3.      Apa tujuan Guru dalam pengelolaan pembelajaraan?

C.     Tujuan Pemasalahan
1.      Untuk mengetahui apa saja peran Guru dalam Pengelolaan Pembelajaran?
2.      Untuk mengetahui Prinsip-prinsip Guru dalam Mengelola Pembelajaran?
3.      Untuk mengetahui tujuan Guru dalam pengelolaan pembelajaraan?
D.    Metode Penulisan

Adapun metode yang kami gunakan dalam penelitian ini adalah metode kepustakaan dan internet.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Peran Guru Dalam Pengelolaan Pembelajaran
Seorang guru memiliki peran sangat penting dalam menentukan kualitas dan kuantitas pembelajaran. Hal ini dikarenakan gurulah yang membuat sendiri perangkat pembelajaran yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah masing-masing. Gurulah yang menjabarkan secara rinci setiap kompetensi rumpun pelajaran, yakni dimulai dari membuat indikator, merumuskan tujuan, metode, langkah-langkah pembelajaran sampai pada evaluasi dan tindak lanjut evaluasi itu sendiri. Guru jugalah yang memotivasi siswa untuk proaktif dalam mendapat pengetahuan, mengolah pengalaman belajarnya, serta mengaplikasikan semua yang diperoleh dalam kehidupannya.[1]
1.      Guru sebagai demonstrator
Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer atau pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang akan dicapai oleh siswanya.
                                                                     
Seorang guru juga hendaknya mampu dan terampil dalam merumuskan tujuan pembelajaran khusus, memahami kurikulum, dan dia sendiri sebagai sumber belajar terampil dalam memberikan informasi kepada siswanya di dalam kelas. Sebagai pengajar ia pun harus membantu perkembangan anak didik untuk dapat menerima, memahami, serta menguasai ilmu pengetahuan.[2]
2.      Guru sebagai pengajar
Guru sebagai pengajar adalah guru yang disyaratkan untuk memiliki sejumlah kemampuan tentang “teaching method” secara teoritik dan dapat melakukannya dengan baik sesuai kaidah ilmu mengajar, dan harus mampu mengorganisir suatu lingkungan sehingga tercipta kondisi belajar peserta didik.[3]
Guru membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi, dan memahami materi standar yang di pelajari.
Berkembangnya teknologi, khususnya teknologi informasi yang begitu pesat perkembangannya, belum mampu mengganti8kan peran dan fungsi guru, hanya sedikit menggeser atau mengubah fungsinya, itupun terjadi di kota-kota besar saja, ketika para peserta didik memiliki berbagai sumber belajar di rumahnya.
Perkembangan teknologi mengubah peran guru dari pengajar yang bertugas menyampaikan materi pembelajaran menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar. Kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman, dan keterampilan  guru berkomunikasi. Jika faktor-faktor di atas dipenuhi, maka melalui pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan baik. Untuk itu, terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan guru dalam pembelajaran, sebagai berikut:
a.       Mendefinisikan: meletakan sesuatu yang dipelajari secara jelas dan sederhana, dengan menggunakan latihan dan pengalaman serta pengertian yang dimiliki oleh peserta didik.
b.      Menganalisis: membahas masalah yang telah dipelajari bagian demi bagian, sebagaimanaorang mengatakan: “cuts the learning into chewable bites”.
c.       Mensintesi : mengembalikan bagian-bagian yang telah dibahas ke dalam suatu konsep yang utuh sehingga memiliki arti, hubungan antara bagian yang satu dengan yang lain nampak jelas, dan setiap masalah itu tetap berhubungan dengan keseluruhan yang lebih besar.
d.      Bertanya: mengajukan pertanyan-pertanyaan yang berarti dan tajam agar dapat dipelajari menjadi lebih jelas.
e.       Merespon: mereaksi atau menanggapi pertanyaan peserta didik.
f.       Mendengarkan: memahami peserta didik, dan berusaha menyederhanakan setiap masalah, serta membuat kesulitan nampak jelas baik bagi guru maupun peserta didik.
g.      Menciptakan kepercayaan: peserta didik akan memberikan kepercayaan terhadap keberhasilan guru dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi dasar.
h.      Memberikan pandangan yang bervariasi: melihat bahan yang dipelajari dari berbagai sudut pandang, dan melihat masalah dalam kombinasi yang bervariasi.
i.        Menyediakan media untuk mengkaji materi standar: memberikan pengalaman yang bervariasi melalui media pembelajaran, dan sumber belajar yang berhubungan dengan materi standar.
j.        Menyesuaikan metode pembelajaran: menyesuaikan metode pembelajaran dengan kemampuan dan tingkat perkembangan peserta didik serta menghubungkan materi baru dengan sesuatu yang telah dipelajari.
k.      Memberikan nada perasaan: membuat pembelajaran menjadi lebih bermakana, dan hidup melalui antusias dan semangat.[4]
3.      Guru sebagai pengelola kelas
Dalam perannya sebagai pengelola kelas( learning manager), guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi. Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan.
Tujuan umum pengelolaan kelas ialah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar agar tercapainya hasil yang baik. Sedangkan tujuan khususnya adlah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.
Guru ialah membimbing pengalaman-pengalaman siswa sehari-hari ke arah self directed behavior. Salah satu manajemen kelas yang baik ialah menyediakan kesempatan bagi siswa untuk sedikit demi sedikit mengurangi kebergantungannya pada guru sehingga mereka mampu membimbing kegiatannya sendiri.[5]
4.      Guru sebagai evaluator
Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta variabel lain yang mempunyai arti apabila berhubungan  dengan konmteks yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan setiap penilaian, karena penilaian merupakan proses menetapkan kualitas hasil belajar, atau proses untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran oleh peserta didik.sebagai suatu proses, penilaian dilaksanakan dengan prinsip-prinsip dan dengan teknik yang sesuai, mungkin tes atau nontes, teknik apapun yang dipilih, penilaian harus dilakukan dengan prosedur yang jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut.
Mengingat kompleksnya proses penilaian, guru perlu memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang memadai. Dalam tahap persiapan terdapat beberapa kegiatan,antara lain penyusunan tabel spesifikasi yang didalamnya terdapat sasaran penilaian,teknik penilaian,serta jumlah instrumen yang diperlukan. Pada tahap pelaksanaan, dilakukan pemakaian instrumen untuk menemukan respons peserta didik terhadap instrumen tersebutsebagai bentuk hasil belajar, selanjutnya dilakukan penelitian terhadap data yang telah dikumpulkan dan dianalisis untuk membuat tafsiran tentang kualitas prestasi belajar peserta didik baik dengan acuan kriteria maupun dengan acuan kelompok.[6]
Dengan penilaian, guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran,serta ketepatan atau keefektifan metode mengajar. Tujuan lain dari penilaian di antaranya ialah untuk mengetahui kedudukan siswa di dalam kelas atau kelompoknya. Dengan penilaian guru dapat mengklasifikasikan apakah seorang siswa termasuk kelompok siswa yang pandai, sedang, kurang, atau cukup baik di kelasnya jika dibandingkan dengan teman-temannya.[7]
5.      Guru  sebagai mediator dan fasilitator
Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifan proses belajar mengajar. Dengan demikian media pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi berhasilnya proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Sebagai fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar, baik yang berupa  narasumber,buku teks, majalah, ataupun surat kabar.[8]
6.      Guru sebagai pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu,yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin.
Berkaitan dengan tanggung jawab: guru harus mengetahui, serta memahami nilai, norma moral, dan sosial, serta berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Guru juga harus bertanggung jawab terhadap segala tindakannya dalam pembelajaran di sekolahan, dan dalam kehidupan  bermasyarakat.
Berkenaan dengan wibawa: guru harus memiliki kelebihan dalam merealisasikan nilai spiritual, emosional, moral, social, dan intelektual dalam pribadinya,serta memiliki kelebihan dalam pemahaman ilmu pengetahuan, teknologi,dan seni sesuai dengan bidang yang  dikembangkan.
Guru juga harus mampu mengambil keputusan secara mandiri, terutama dalam berbagai hal yang berkaitan dengan pembelajaran dan pembentukan kompetensi, serta bertindak sesuai dengan kondisi peserta didik, dan lingkungan.
Sedangkan disiplin: guru harus mematuhi berbagai peraturan dan tata tertib secara konsisten, atas kesadaran profesional, karena mereka bertugas untuk mendisiplinkan para peserta didik di sekolah, terutama dalam pembelajaran.[9]
7.      Guru  sebagai pembimbing
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing  perjalanan (jurney), yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental,emosional kreativitas, moral, dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks. Sebagai pembimbing, guru harus  merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu perjalanan, menetapkan jalan yang harus ditempuh, menggunakan petunjuk perjalanan, serta menilai kelancarannya sesuai dengan dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Semua itu dilakukan berdasarkan kerja sama yang baik dengan peserta didik, tetapi guru memberikan  pengaruh  utama dalam setiap aspek perjalanan. Sebagai pembimbing. Guru memiliki berbagai hak dan tanggung jawab dalam setiap perjalanan yang direncanakan dan dilaksanakannya.
Istilah perjalanan merupakan suatu proses belajar, baik dalam kelas maupun di luar kelas yang mencakup seluruh kehidupan. Analogi dari perjalanan itu sendiri merupakan pengembangan setiap aspek yang terlibat dalam proses pembelajaran.
Guru sebgai pembimbing perjalanan memerlikan kompetensi yang tinggi untuk melaksanakan empat hal berikut:
Pertama, guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi yang hendak dicapai. Tugas guru adalah menetapkan apa yang telah dimiliki oleh peserta didik sehubungan dengan latar belakang dan kemampuannya, serta kompetensi apa yang mereka  perlukan untuk dipelajari dalam mencapai tujuan ,contohnya  seprti kualitas hidup seseorang sangat bergantung pada kemampuan membaca dan menyatakan pikiran-pikirannya secara jelas.
Kedua, guru harus melihat keterlibat peserta didik dalam pembelajaran, dan yang paling penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan belajar itu tidak hanya secara jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat secara psikologis. Dengan kata lain , peserta didik harus dibimbing untuk mendapatkan pengalaman, dan membentuk kompetensi yang akan mengantar mereka mencapai tujuan.
Ketiga, guru harus memaknai kegiatan belajar. Hal ini mungkin merupakan tugas yang paling sukar tetapi penting, karena guru harus memberikan kehidupan dan arti terhadap kegiatan belajar. Keempat guru harus melaksanakan penilaian.[10]
8.      Guru sebagai psikologis
Perenan guru secara psikologis, guru dipandang sebagai berikut:
a.       Ahli psikologis pendidikan, yaitu petugas psikologis dalam pendidikan, yang melaksanakan tugasnya atas dasar prinsip-prinsip psikologis.
b.      Seniman dalam hubungan antarmanusia (artis in human relation), yaitu orang yang mampu membuat hubungan antar manusia untuk tujuan tertentu, dengan menggunakan teknik tertentu, khususnya dalam kegiatan pendidikan.
c.       Pembentukan kelompok sebagai jalan atau alat dalam pendidikan.
d.      Catalytic agen, yaitu orang yang mempunyai pengaruh dalam menimbulkan pembaharuan.
e.       Petugas kesehatan mental yang bertanggung jawab terhadap pembinaan kesehatan mental khususnya kesehatan mental siswa[11]
9.      Guru sebagai pribadi
Sebagai individu yang berkecimpung  dalam pendidikan, guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan  seorang pendidik. Tuntutan akan kepribadian sebagai pendidik kadang-kadang  dirasakan lebih berat dibanding  profesi lainnya. Ungkapan yang sering dikemukakan adalah bahwa “ guru  bisa digugu dan ditiru”. Digugu maksudnya  bahwa pesan-pesan yang disampaikan guru bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan pola hidupnya bisa ditiru atau diteladani. Guru  sering dijadikan panutan oleh masyarakat, untuk itu guru harus mengenal nilai-nilai  yang dianut dan berkembang di masyarakat tempat melaksanakan tugas dan bertempat tinggal.
Sebagai pribadi yang hidup di tengah-tengah masyarakat, guru perlu juga memiliki kemampuannya, antara lain melalui kegiatan olahraga, keagamaan, dan kepemudaan. Keluwesan bergaul harus dimiliki, sebab kalau tidak pergaulannya akan menjadi kaku dan berakibat yang bersangkutan kurang bisa diterima oleh masyarakat.
Jika di masyarakat, guru diamati dan dinilai oleh masyarakat, maka disekolah diamati oleh peserta didik, dan oleh teman sejawat serta atasannya. Dalam kesempatan tertentu sejumlah peserta didik membicarkan kebaikan gurunya, tetapi dalam situasi lain mereka membicarakan kekurangannya. Ada baiknya jika guru sering meminta pendapat teman sejawat atau peserta didik tentang penampilannya sehari-hari, baik di dalam maupun di luar kelas, dan segera  memanfaatkan pendapat yang telah diterima dalam upaya mengubah atau memperbaiki penampilan tertentu yang kurang tepat.[12]
Dilihat dari segi dirinya sendiri,seorang guru harus berperan sebagai berikut:
a.       Petugas sosial, yaitu seorang yang harus membantu untuk kepentingan masyarakat
b.      Pelajar dan ilmuwan, yaitu senantiasa terus menurus menuntut ilmu pengetahuan.
c.       Orang tua, yaitu mewakili orang tua murid di sekolah dalam pendidikan anaknya.
d.      Pencari teladan, yaitu yang senantiasa mencarikan teladan yang baik untuk siswa bukan untuk seluruh masyarakat
e.       Pencari  keamanan, yaitu  yang senantiasa mencari rasa aman bagi siswa.[13]
10.  Guru sebagai pelatih
Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih. Karena tanpa latihan seorang peserta didik tidak akan mampu menunjukkan penguasaan kompetensi dasar, dan tidak akan mahir dalam berbagai keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan materi standar. Oleh karena itu, guu harus berperan sebagai pelatih, yang bertugas melatih peserta didik dalam pembentukan kompetensi dasar, sesuai dengan potensi masing-masing.
11.  Guru sebagai penasehat
Guru adalah seorang penasihat bagi peserta didik, bahkan bagi orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasihat dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang. Banyak guru cenderung menganggap bahwa konseling terlalu banyak membicarakan klien, seakan-akan berusaha mengatur kehidupan orang, dan oleh karenanya mereka tidak senang melaksanakan.
Agar guru menyadari perannya sebagai orang kepercayaan, dan penasihat secara mendalam, ia harus lebih memahami psikologis kepribadian dan ilmu kesehatan mental.
12.  Guru sebagai peneliti
Pembelajaran merupakan seni, yang dalam pelaksanaanya memerlukan penyesuaian-penyesuaian dengan kondisi lingkungan. Untuk itu diperlukan berbagai penelitian, yang di dalamnya melibatkan guru. Oleh karena itu guru adalah seorang pencari atau peneliti.  Dia tidak tahu dan dia tahu bahwa dia tidak tahu, oleh karena itu dia sendiri merupakan subyek pembelajaran. Dengan kesadaran bahwa ia tidak mengetahui sesuatu maka ia berusaha mencarinya melalaui kegiatan penelitian.
13.  Guru sebagai pendorong kreativitas
Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran, dan guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreativitas tersebut.kreativitas merupakan sesuatu yang bersifat  universal dan merupakan ciri aspek dunia kehidupan di sekitar kita. Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan oleh seseorang atau adanya kecenderungan untuk menciptakan sesuatu.
Sebagai orang yang kreatif, guru menyadari bahwa kreativitas merupakan yang universal dan oleh karenanya semua kegiatannya di topang, dibimbing dan dibangkitkan oleh kesadaran itu. Ia sendiri adalah seorang kreator dan motivator, yang berada di pusat proses pendidikan. Fungsi ini, guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik dalam melayani peserta didik, sehingga peserta didik akan menilainya bahwa ia memang kreatif dan tidak melakukan sesuatu secara rutin saja.
14.  Guru sebagai pekerja rutin
Guru bekerja dengan keterampilan, dan kebiasaan tertentu, serta kegiatan rutin yang amat diperlukan dan sering kali memberatkan. Jika kegiatan tersebut tidak di kerjakan dengan baik, maka bisa mengurangi atau merusak keefektifan guru pada semua perannya. Di samping itu, jika kegiatan rutin tersebut tidak disukai, bisa merusak dan mengubah sikap umumnya terhadap pembelajaran. Sebagai contoh, dalam setiap kegiatan pembelajaran guru harus membuat persiapan tertulis, jika guru membenci atau tidak menyenangi tugas ini maka akan merusak keefektifan pembelajaran.
Terdapat tujuh belas kegiatan rutin yang sering dikerjakan guru dalam pembelajaran di setiap tingkat,yaitu:
a.       Bekerja tepat waktu baik di awal maupun akhir pembelajaran.
b.      Membuat catatan dan laporan sesuai dengan standar kinerja, ketepatan dan jadwal waktu.
c.       Membaca, mengevaluasi dan mengembalikan hasil kerja peserta didik.
d.      Mengatur kehadiran peserta didik dengan penuh tanggung jawab.
e.       Mengatur jadwal, kegiatan harian, mingguan, semesteran dan tahuanan.
f.       Mengembangkan peraturan dan prosedur kegiatan kelompok, termasuk diskusi.
g.      Menetapkan jadwal kerja peserta didik.
h.      Mengadakan pertemuan dengan orang tua dandengan peserta didik.
i.        Mengatur tempat duduk peserta didik.
j.        Mencatat kehadiran peserta didik.
k.      Memahami peserta didik.
l.        Menyiapkan bahan-bahan pembelajaran, kepustakaan, dan media pembelajaran.
m.    Menghadiri pertemuan denganguru, orang tua peserta didik dan alumni.
n.      Menciptakan iklim kelas yang kondusif.
o.      Melaksanakan latihan-latihan pembelajaran.
p.      Merencanakan program khusus dalam pembelajaran.
q.      Menasihati peserta didik.
15.  Guru sebagai pembangkit pandangan
Mengembangkan fungsi ini guru  harus terampil dalam berkomunikasi dengan peserta didik di segala umur, sehingga setiap langkah proses pendidikan yang dikelolanya dilaksanakan untuk menunjang fungsi. Guru tahu bahwa ia tidak dapat membangkitkan pandangan tentang kebesaran kepada peserta didik jika ia sendiri tidak memilikinya. Oleh karena itu  guru dibekali dengan ajaran tentang hakikat manusia dan setelah mengenalnya akan mengenal pula kebesaran Allah yang menciptanya.
16.  guru sebagai model  dan teladan
Guru merupakan model atau teladan bagi peserta didik dan semua orang yang menganggap dia sebagai guru.
Sebagai teladan, tentu saja pribadi apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik  serta orang di sekitar lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru. Inilah sebagian dari keteladan yang disorot oleh lingkungan dan peserta didik:
a.       Sikap dasar.
b.      Bicara dan gaya bicara.
c.       Kebiasan bekerja.
d.      Sikap melalui pengalaman dan kesalahan.
e.       Pakaian.
f.       Hubungan kemanusiaan.
g.      Proses berpikir.
h.      Perilaku.
i.        Keputusan.
j.        Kesehatan.
k.      Gaya hidup secara umum.
Secara teoritis, menjadi teladan merupakan bagian intergal dari seorang guru, sehingga menjadi guru berarti menerima tanggung jawab untuk menjadi teladan.[14]
17.  Guru sebagai  pembaharu (Inovator)
Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan yang bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini, terdapat jurang yang dalam dan luas antara generasi yang satu dengan yang lain, demikian halnya pengalaman orang tua memiliki arti lebih banyak. Seorang peserta didik yang belajar sekarang secar psikologis berada jauh dari pengalaman manusia yang harus dipahami, dicerna dan diwujudkan dalam pendidikan.
Tugas guru adalah memahami bagaimana keadaan jurang pemisah ini, dan bagaimana menjembataninya secara efektif. Unsur yang hebat dari manusia  adalah kemampuannya untuk belajar dari pengalaman orang lain.[15]
18.  Guru sebagai pemindah kemah
Hidup ini selalu berubah, dan guru adalah seorang pemindah kemah, yang suka memindah-mindahkan, dan membantu peserta didik meninggalkan hal lama menuju sesuatu yang baru yang bisa mereka alami. Guru berusaha keras mengetahui masalah peserta didik, kepercayaan, dan kebiasaan yang menghalangi kemajuan, serta membantu menjauhi dan meninggalkannya untuk mendapatkan cara-cara baru yang lebih sesuai. Untuk menjalankan fungsi ini guru harus memahami mana yang tidak bermanfaat dan barangkali membahayakan perkembangan peserta didik, dan memahami mana yang bermanfaat.[16]
19.  Guru sebagai pembawa cerita
Guru , dengan menggunakan suaranya, memperbaiki kehidupan melalui puisi, dan berbagai cerita tentang manusia. Guru tidak takut menjadi alat untuk menyampaikan cerita- cerita itu sangat bermanfaat bagi manusia, dani ia berharap bisa menjadi pembawa cerita yang baik.
Guru berusaha mencari cerita untuk membangkitakan gagasan kehidupan manusia  di masa mendatang, sebagai pendengar ,peserta didik dapat mengidentifikasi watak-watak pelaku yang ada dalam cerita, dapat secara objektif menganalisis, menilai manusia, kejaidan-kejadian dan pikiran-pikiran.
Salah satu karakteristik pembawa cerita yang baik adalah mengetahui bagaimana menggunakan pengalaman dan gagasan para pendengarnya, sehingga mampu menggunakan kejadian di masa lalu untuk menginterpretasikan kejadian sekarang dan yang akan datang. Jadi guru diharapkan mampu membawa peserta didik mengikuti jalanya cerita dengan berusaha membuat peserta didik memiliki pandangan yang rasional terhadap sesuatu. Pembawa cerita yang baik mengandalkan kemampuan dan menyadari keterbatasan fisiknya agar mampu mendapatkan keefektifan yang maksimal.
20.  Guru sebagai actor
Setiap individu memiliki banyak peran untuk dimainkan dalam kehidupan sehari-hari, tetapi kebanyakan menolak anggapan bahwa guru adalah seorang aktor. Untuk mengajar, guru harus memiliki gagasan dan pengalaman, serta harus menyadari bahwa orang lainpun berkesempatan untuk memilikinya. Untuk dapat mentransfer gagasan, ia harus mengembangkan pengetahuan yang telah dikumpulkan serta mengembangkan kemampuan untuk mengomunikasikan pengetahuan itu.
Sebagai aktor, guru melakukan penelitian tidak terbatas pada materi yang harus di transferkan, melainkan juga tentang kepribadian manusia sehingga mampu memahami respons-respon pendengarnya, dan merencankan kembali pekerjaannya semua hal yang berhubungan dengan tuganya, sehingga dapat bekerja secara efektif.
Sebagai aktor, guru berangkat dengan jiwa pengabdian dan inspirasi yang dalam yang akan mengarahkan kegiatannya. Guru harus menguasai  materi standar dalam bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya, memperbaiki keterampilan, dan mengembangkan untuk mentransfer bidang studi itu. Ia mempelajari peserta didik, alat-alat yang dapat di pergunakan untuk menarik minat, dan tentu saja mempelajari bagaimana menggunakan alat secar efektif dan efisien.[17]
B.     Prinsip-prinsip Guru dalam Mengelola Pembelajaran
1.      Prinsip dasar pengelolaan kelas
Terdapat empat prinsip dasar dalam melaksanakan pengelolaan kelas, yaitu sebagai berikut:
a.       Kehangatan dan keantusiasan
Kehangatan dan keantusiasan guru dapat memudahkan terciptanya iklim kelas yang menyenangkan, yang merupakan salah satu syarat kegiatan belajar yang optimal. Guru yang bersifat hangat dan akrab serta secara ajek menunjukan antusiasmenya terhadap tugas-tugas, terhadap kegiatan-kegiatan atau terhadap siswanya, akan lebih mudah pula melaksanakan pengelolaan kelas.
b.      Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah siswa untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang. Perhatian dan minat siswa akan terpelihara dengan kegiatan yang dikembangkan oleh guru;
c.       Bervariasi
Penggunaan variasi dalam media, gaya, dan interaksi mengajar belajar merupakan kunci pengelolaan kelas untuk menghindari kejenuhan serta pengulangan-pengulangan aktivitas yang menyebabkan menurunnya kegiatan belajar dan tingkah laku positif siswa. Jika terdapat berbagai variasi maka proses menjadi jenuh akan berkurang dan siswa akan cenderung meningkatkan keterlibatannya dalam tugas dan tidak akan mengganggu kawannya;
d.      Keluwesan
Mewaspadai jalannya proses belajar mengajar dan mengamati munculnya gangguan terhadap siswa, diperlukan keluwesan tingkah laku untuk mengubah strategi mengajar dengan memanipulasi berbagai ketrampilan mengajar lainnya;
e.       Penekanan pada hal-hal yang positif
Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, guru harus memberikan tekanan pada hal-hal yang positif dan menghindari pada hal-hal yang negatif. Cara guru memelihara suasana ialah dengan:
1)      Memberi aksentuasi terhadap tingkah laku siswa yang positif dan menghindari ocehan atau celaan terhadap tingkah laku yang kurang wajar;
2)      Memberi penguatan terhadap tingkah laku siswa yang positif;
3)      Menyadari akan kemungkinan kesalahan-kesalahan yang dapat dibuatnya sehingga akan mengganggu kelancaran dan kecepatan belajar siswa;
f.       Penanaman disiplin diri
Mengembangkan disiplin diri sendiri oleh siswa merupakan tujuan akhir pengelolaan kelas untuk mencapai tujuan ini, guru harus selalu mendorong siswa untuk melaksanakan disiplin diri sendiri. Hal ini akan lebih berhasil apabila guru sendiri menjadi contoh atau teladan tentang pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Dengan demikian, guru menjadi contoh serta member contoh kepada siswa (Jhon I Bolla (1985), h. 4-6).[18]
C.     Tujuan Mengelola Pembelajaran
Manajemen kelas yang efektif memiliki dua Tujuan, yaitu: membantu murid menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan mengurangi waktu untuk belajar dan mengurangi waktu aktivitas yang tidak diorientasikan pada tujuan; dan mencegah murid mengalami problem akademik dan emosional.
1.      Membantu murid menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan mengurangi waktu aktivitas yang tidak diorientasikan pada tujuan. Manajemen kelas yang efektif akan membantu memaksimalkan waktu pengajaran anda dan waktu belajar murid anda.
2.      Mencegah murid mengalami problem akademik dan emosional. Kelas yang dikelola dengan baik tidak hanya akan meningkatkan pembelajaran yang berarti, tetapi juga membantu mencegah berkembangnya problem emosional dan akademik. Kelas yang dikelola dengan baik akan membuat murid sibuk dengan tugas yang menantang. Kelas yang dikelola dengan baik akan memberikan aktivitas dimana murid menjadi terserap ke dalamnya dan termotivasi untuk belajar dan memahami aturan dengan regulasi yang harus dipatuhi. Kelas yang dikelola seperti itu, murid sangat kecil kemungkinan mengalami masalah akademik dan emosional. Namun sebaliknya manakala kelas harus dikelola dengan  buruk, masalah akademik dan emosional akan mudah muncul, dan murid yang tingkat motivasi rendah secara akademik dan emosional akan menjadi semakin tak termotivasi, murid yang pemalu akan menjadi eksklusif, murid yang bandel akan makin kurang ajar.
3.      Tujuan untuk siswa
Tujuan untuk siswa dimaksudkan:
a.       Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu terhadap tingkah lakunya, serta sadar untuk mengendalikan dirinya;
b.      Membantu siswa untuk mengerti akan arah tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas, dan melihat atau meraskan teguran guru sebagai suatu peringatan dan bukan kemarahan; dan
c.       Menimbulakan rasa berkewajiban melibatkan diri dalam tugas serta bertingkah laku yang wajar sesuai denagan aktifitas-aktifitas kelas.
4.      Tujuan untuk guru
Tujuan untuk aaguru dimaksudkan;
a.       Mengembangkan pengertian dan ketrampilan dalam memelihara kelancaran penyajian dan langkah-langkah pelajaran secara tepat dan baik.
b.      Memiliki kesadaran terhadap kebutuhan siswa dan mengembangkan kompetensinya di dalam memberikan pengarahan yang jelas kepada siswa; dan
c.       Memberiakan repons secara efektif terhadap tingkah laku siswa yang menimbulakn gangguan-gangguan kecil atau ringan serta memahami dan menguasai seperangkat kemungkinan strategi yang dapat digunakan dalam hubungan dengan masalah tingkah laku siswa yang berlebih-lebihan atau terus menerus melawa dikelas.[19]
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Peran guru dalam pengelolaan pembelajaran ada. Seorang guru memiliki peran sangat penting dalam menentukan kualitas dan kuantitas pembelajaran. Hal ini dikarenakan gurulah yang membuat sendiri perangkat pembelajaran yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah masing-masing.
Yang peran peran tersebut adalah:
1.      Guru sebagai demonstrator
2.      Guru sebagai pengajar
3.      Guru sebagai pengelola kelas
4.      Guru sebagai evaluator
5.      Guru  sebagai mediator dan fasilitator
6.      Guru sebagai pendidik
7.      Guru  sebagai pembimbing
8.      Guru sebagai psikologis
9.      Guru sebagai pribadi
10.  Guru sebagai pelatih
11.  Guru sebagai penasehat
12.  Guru sebagai peneliti
13.  Guru sebagai pendorong kreativitas
14.  Guru sebagai pekerja rutin
15.  Guru sebagai pembangkit pandangan
16.  guru sebagai model  dan teladan
17.  Guru sebagai  pembaharu (Inovator)
18.  Guru sebagai pemindah kemah
19.  Guru sebagai pembawa cerita
20.  Guru sebagai actor
Dan dalam pengelolaan tersebut harus memiliki prinsip dalam menjalankannya serta mempunyai tujuan dalam mengelola pembelajaran tersebut. Dan tujuan itu berorientasi pada siswa dan guru dalam proses belajar mengajar.
B.     Saran
Sebelumnya kami penyusun makalah ini mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan kata-kata, dan makalah kami pun di sini masih belum sempurna, untuk itu sekiranya apabila masih di rasa pembaca masih belum cukup bahasan-bahasan di dalam makalah ini di sarankan untuk mencari sumber referensi dari buku-buku atau sumber-sumber yang semacamnya.


[1] http://emiartikel.blogspot.com/2010/12/peran-guru-dalam-pengelolaan.html
[2] Moch.Uzer Usman, Menjadi Guru  Profesional, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011), Hal 9
[3] Didi Supriadie,Komunikasi Pembelajaran, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2012), Hal 84
[4] Mulyasa, Menjadi Guru Profesional(Menciptakan pembelajaran kreatif dan menyenangkan), (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), 2011, Hal 38-40
[5] Moch.Uzer Usman, Menjadi Guru Profesiaonal, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2011), Hal 10
[6] Mulyasa, Menjadi Guru Profesional(Menciptakan pembelajaran kreatif dan menyenangkan), (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), 2011, Hal 61-62
[7] Moch.Uzer Usman, Menjadi Guru Profesiaonal, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya). 2011, Hal 11-12
[8]  Moch.Uzer Usman, Menjadi Guru Profesiaonal,… , Hal 11
[9] Mulyasa, Menjadi Guru Profesional(Menciptakan pembelajaran kreatif dan menyenangkan), (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), 2011, Hal 37-38
[10] Ibid  Hal 40-42
[11] Moch.Uzer Usman, Menjadi Guru Profesiaonal, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya). 2011, Hal 13

[12] Mulyasa, Menjadi Guru Profesional(Menciptakan pembelajaran kreatif dan menyenangkan), (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), 2011, Hal 48-49

[13] Moch.Uzer Usman, Menjadi Guru Profesiaonal, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya). 2011, Hal 13

[14] Mulyasa, Menjadi Guru Profesional(Menciptakan pembelajaran kreatif dan menyenangkan), (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), 2011, Hal  45-54
[15] Ibid. Hal 44-45
[16] Ibid . Hal 54-55
[17] Ibid , Hal 56-59
[18] Didi Supriade dan Deni Darmawan, Komunikasi Pembelajaran, Cetakan Pertama, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2012), Hal.166-167
[19] Didi Supriade dan Deni Darmawan, Komunikasi Pembelajaran,…, Hal. 165-166

Tidak ada komentar:

Posting Komentar