BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seorang
guru yang professional dituntut memiliki empat Kompetensi yang harus dimiliki
setiap guru. Dan tentu saja guru sebagai pendidik/pengajar dituntut untuk
penguasai bidang ilmu yang diampunya. Memiliki wawasan yang luas dan penguasaan
Materi pembelajaran yang mendalam untuk memungkinkan seorang guru tersebut
untuk membimbing peserta didik agar sampai pada tujuan yang diharapkan.
Agar
pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien guru juga dituntut memiliki
kemampuan dalam mengelola pembelajaran, merancang, melaksanakan, dan
mengevaluasi pembelajaran. Dalam kesempatan ini, yang akan dibahas lebih
terfokus pada pengelolaan Pembelajan yang mana yang akan dibahas lebih pada
peran guru dalam pengelolaan pembelajaran, yang akan lebih rinci dijabarkan
pada BAB II.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja peran Guru dalam Pengelolaan
Pembelajaran?
2. Bagaimana Prinsip-prinsip Guru dalam Mengelola
Pembelajaran?
3. Apa tujuan Guru dalam pengelolaan
pembelajaraan?
C. Tujuan Pemasalahan
1. Untuk mengetahui apa saja peran Guru
dalam Pengelolaan Pembelajaran?
2. Untuk mengetahui Prinsip-prinsip Guru
dalam Mengelola Pembelajaran?
3. Untuk mengetahui tujuan Guru dalam
pengelolaan pembelajaraan?
D. Metode Penulisan
Adapun metode yang kami gunakan dalam
penelitian ini adalah metode kepustakaan dan internet.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Peran Guru Dalam Pengelolaan
Pembelajaran
Seorang guru memiliki peran sangat
penting dalam menentukan kualitas dan kuantitas pembelajaran. Hal ini
dikarenakan gurulah yang membuat sendiri perangkat pembelajaran yang
disesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah masing-masing. Gurulah yang
menjabarkan secara rinci setiap kompetensi rumpun pelajaran, yakni dimulai dari
membuat indikator, merumuskan tujuan, metode, langkah-langkah pembelajaran
sampai pada evaluasi dan tindak lanjut evaluasi itu sendiri. Guru jugalah yang
memotivasi siswa untuk proaktif dalam mendapat pengetahuan, mengolah pengalaman
belajarnya, serta mengaplikasikan semua yang diperoleh dalam kehidupannya.[1]
1.
Guru sebagai demonstrator
Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer atau pengajar,
guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan
diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan
kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat
menentukan hasil belajar yang akan dicapai oleh siswanya.
Seorang guru juga hendaknya mampu dan terampil dalam merumuskan
tujuan pembelajaran khusus, memahami kurikulum, dan dia sendiri sebagai sumber
belajar terampil dalam memberikan informasi kepada siswanya di dalam kelas.
Sebagai pengajar ia pun harus membantu perkembangan anak didik untuk dapat
menerima, memahami, serta menguasai ilmu pengetahuan.[2]
2.
Guru sebagai pengajar
Guru sebagai pengajar adalah guru
yang disyaratkan untuk memiliki sejumlah kemampuan tentang “teaching method”
secara teoritik dan dapat melakukannya dengan baik sesuai kaidah ilmu mengajar,
dan harus mampu mengorganisir suatu lingkungan sehingga tercipta kondisi
belajar peserta didik.[3]
Guru membantu peserta didik yang
sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk
kompetensi, dan memahami materi standar yang di pelajari.
Berkembangnya teknologi, khususnya
teknologi informasi yang begitu pesat perkembangannya, belum mampu
mengganti8kan peran dan fungsi guru, hanya sedikit menggeser atau mengubah
fungsinya, itupun terjadi di kota-kota besar saja, ketika para peserta didik
memiliki berbagai sumber belajar di rumahnya.
Perkembangan teknologi mengubah
peran guru dari pengajar yang bertugas menyampaikan materi pembelajaran menjadi
fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar. Kegiatan belajar
peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti motivasi, kematangan,
hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa
aman, dan keterampilan guru
berkomunikasi. Jika faktor-faktor di atas dipenuhi, maka melalui pembelajaran
peserta didik dapat belajar dengan baik. Untuk itu, terdapat beberapa hal yang
perlu dilakukan guru dalam pembelajaran, sebagai berikut:
a.
Mendefinisikan: meletakan sesuatu yang dipelajari secara jelas dan
sederhana, dengan menggunakan latihan dan pengalaman serta pengertian yang
dimiliki oleh peserta didik.
b.
Menganalisis: membahas masalah yang telah dipelajari bagian demi
bagian, sebagaimanaorang mengatakan: “cuts the learning into chewable
bites”.
c.
Mensintesi : mengembalikan bagian-bagian yang telah dibahas ke
dalam suatu konsep yang utuh sehingga memiliki arti, hubungan antara bagian
yang satu dengan yang lain nampak jelas, dan setiap masalah itu tetap
berhubungan dengan keseluruhan yang lebih besar.
d.
Bertanya: mengajukan pertanyan-pertanyaan yang berarti dan tajam
agar dapat dipelajari menjadi lebih jelas.
e.
Merespon: mereaksi atau menanggapi pertanyaan peserta didik.
f.
Mendengarkan: memahami peserta didik, dan berusaha menyederhanakan
setiap masalah, serta membuat kesulitan nampak jelas baik bagi guru maupun
peserta didik.
g.
Menciptakan kepercayaan: peserta didik akan memberikan kepercayaan
terhadap keberhasilan guru dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi dasar.
h.
Memberikan pandangan yang bervariasi: melihat bahan yang dipelajari
dari berbagai sudut pandang, dan melihat masalah dalam kombinasi yang
bervariasi.
i.
Menyediakan media untuk mengkaji materi standar: memberikan
pengalaman yang bervariasi melalui media pembelajaran, dan sumber belajar yang
berhubungan dengan materi standar.
j.
Menyesuaikan metode pembelajaran: menyesuaikan metode pembelajaran
dengan kemampuan dan tingkat perkembangan peserta didik serta menghubungkan
materi baru dengan sesuatu yang telah dipelajari.
k.
Memberikan nada perasaan: membuat pembelajaran menjadi lebih
bermakana, dan hidup melalui antusias dan semangat.[4]
3.
Guru sebagai pengelola kelas
Dalam perannya sebagai pengelola
kelas( learning manager), guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan
belajar serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi.
Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada
tujuan-tujuan pendidikan.
Tujuan umum pengelolaan kelas ialah
menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan
belajar dan mengajar agar tercapainya hasil yang baik. Sedangkan tujuan
khususnya adlah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat
belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan
belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.
Guru ialah membimbing
pengalaman-pengalaman siswa sehari-hari ke arah self directed behavior.
Salah satu manajemen kelas yang baik ialah menyediakan kesempatan bagi siswa
untuk sedikit demi sedikit mengurangi kebergantungannya pada guru sehingga
mereka mampu membimbing kegiatannya sendiri.[5]
4.
Guru sebagai evaluator
Evaluasi atau penilaian merupakan
aspek pembelajaran yang paling kompleks, karena melibatkan banyak latar
belakang dan hubungan, serta variabel lain yang mempunyai arti apabila
berhubungan dengan konmteks yang hampir
tidak mungkin dapat dipisahkan dengan setiap penilaian, karena penilaian
merupakan proses menetapkan kualitas hasil belajar, atau proses untuk
menentukan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran oleh peserta didik.sebagai
suatu proses, penilaian dilaksanakan dengan prinsip-prinsip dan dengan teknik
yang sesuai, mungkin tes atau nontes, teknik apapun yang dipilih, penilaian
harus dilakukan dengan prosedur yang jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu
persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut.
Mengingat kompleksnya proses
penilaian, guru perlu memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
memadai. Dalam tahap persiapan terdapat beberapa kegiatan,antara lain penyusunan
tabel spesifikasi yang didalamnya terdapat sasaran penilaian,teknik
penilaian,serta jumlah instrumen yang diperlukan. Pada tahap pelaksanaan,
dilakukan pemakaian instrumen untuk menemukan respons peserta didik terhadap
instrumen tersebutsebagai bentuk hasil belajar, selanjutnya dilakukan
penelitian terhadap data yang telah dikumpulkan dan dianalisis untuk membuat
tafsiran tentang kualitas prestasi belajar peserta didik baik dengan acuan
kriteria maupun dengan acuan kelompok.[6]
Dengan penilaian, guru dapat
mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap
pelajaran,serta ketepatan atau keefektifan metode mengajar. Tujuan lain dari
penilaian di antaranya ialah untuk mengetahui kedudukan siswa di dalam kelas atau
kelompoknya. Dengan penilaian guru dapat mengklasifikasikan apakah seorang
siswa termasuk kelompok siswa yang pandai, sedang, kurang, atau cukup baik di
kelasnya jika dibandingkan dengan teman-temannya.[7]
5.
Guru sebagai mediator dan
fasilitator
Sebagai mediator guru hendaknya
memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena
media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifan proses
belajar mengajar. Dengan demikian media pendidikan merupakan dasar yang sangat
diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi
berhasilnya proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Sebagai fasilitator guru hendaknya
mampu mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian
tujuan dan proses belajar mengajar, baik yang berupa narasumber,buku teks, majalah, ataupun surat
kabar.[8]
6.
Guru sebagai pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi
tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya.
Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu,yang
mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin.
Berkaitan dengan tanggung jawab:
guru harus mengetahui, serta memahami nilai, norma moral, dan sosial, serta
berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Guru
juga harus bertanggung jawab terhadap segala tindakannya dalam pembelajaran di
sekolahan, dan dalam kehidupan
bermasyarakat.
Berkenaan dengan wibawa: guru harus
memiliki kelebihan dalam merealisasikan nilai spiritual, emosional, moral, social,
dan intelektual dalam pribadinya,serta memiliki kelebihan dalam pemahaman ilmu
pengetahuan, teknologi,dan seni sesuai dengan bidang yang dikembangkan.
Guru juga harus mampu mengambil
keputusan secara mandiri, terutama dalam berbagai hal yang berkaitan dengan
pembelajaran dan pembentukan kompetensi, serta bertindak sesuai dengan kondisi
peserta didik, dan lingkungan.
Sedangkan disiplin: guru harus
mematuhi berbagai peraturan dan tata tertib secara konsisten, atas kesadaran
profesional, karena mereka bertugas untuk mendisiplinkan para peserta didik di
sekolah, terutama dalam pembelajaran.[9]
7.
Guru sebagai pembimbing
Guru dapat diibaratkan sebagai
pembimbing perjalanan (jurney),
yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas
kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya
menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental,emosional kreativitas, moral,
dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks. Sebagai pembimbing, guru harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan
waktu perjalanan, menetapkan jalan yang harus ditempuh, menggunakan petunjuk
perjalanan, serta menilai kelancarannya sesuai dengan dengan kebutuhan dan
kemampuan peserta didik. Semua itu dilakukan berdasarkan kerja sama yang baik
dengan peserta didik, tetapi guru memberikan
pengaruh utama dalam setiap aspek
perjalanan. Sebagai pembimbing. Guru memiliki berbagai hak dan tanggung jawab
dalam setiap perjalanan yang direncanakan dan dilaksanakannya.
Istilah perjalanan merupakan suatu
proses belajar, baik dalam kelas maupun di luar kelas yang mencakup seluruh
kehidupan. Analogi dari perjalanan itu sendiri merupakan pengembangan setiap
aspek yang terlibat dalam proses pembelajaran.
Guru sebgai pembimbing perjalanan
memerlikan kompetensi yang tinggi untuk melaksanakan empat hal berikut:
Pertama, guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi
yang hendak dicapai. Tugas guru adalah menetapkan apa yang telah dimiliki oleh
peserta didik sehubungan dengan latar belakang dan kemampuannya, serta
kompetensi apa yang mereka perlukan
untuk dipelajari dalam mencapai tujuan ,contohnya seprti kualitas hidup seseorang sangat
bergantung pada kemampuan membaca dan menyatakan pikiran-pikirannya secara
jelas.
Kedua, guru harus melihat keterlibat peserta didik dalam pembelajaran,
dan yang paling penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan belajar itu
tidak hanya secara jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat secara psikologis.
Dengan kata lain , peserta didik harus dibimbing untuk mendapatkan pengalaman,
dan membentuk kompetensi yang akan mengantar mereka mencapai tujuan.
Ketiga, guru harus memaknai kegiatan belajar. Hal ini mungkin merupakan
tugas yang paling sukar tetapi penting, karena guru harus memberikan kehidupan
dan arti terhadap kegiatan belajar. Keempat guru harus
melaksanakan penilaian.[10]
8.
Guru sebagai psikologis
Perenan guru secara psikologis, guru dipandang sebagai berikut:
a.
Ahli psikologis pendidikan, yaitu petugas psikologis dalam
pendidikan, yang melaksanakan tugasnya atas dasar prinsip-prinsip psikologis.
b.
Seniman dalam hubungan antarmanusia (artis in human relation),
yaitu orang yang mampu membuat hubungan antar manusia untuk tujuan tertentu,
dengan menggunakan teknik tertentu, khususnya dalam kegiatan pendidikan.
c.
Pembentukan kelompok sebagai jalan atau alat dalam pendidikan.
d.
Catalytic agen,
yaitu orang yang mempunyai pengaruh dalam menimbulkan pembaharuan.
e.
Petugas kesehatan mental yang bertanggung jawab terhadap pembinaan
kesehatan mental khususnya kesehatan mental siswa[11]
9.
Guru sebagai pribadi
Sebagai individu yang
berkecimpung dalam pendidikan, guru
harus memiliki kepribadian yang mencerminkan
seorang pendidik. Tuntutan akan kepribadian sebagai pendidik
kadang-kadang dirasakan lebih berat
dibanding profesi lainnya. Ungkapan yang
sering dikemukakan adalah bahwa “ guru
bisa digugu dan ditiru”. Digugu maksudnya bahwa pesan-pesan yang disampaikan guru bisa
dipercaya untuk dilaksanakan dan pola hidupnya bisa ditiru atau diteladani.
Guru sering dijadikan panutan oleh
masyarakat, untuk itu guru harus mengenal nilai-nilai yang dianut dan berkembang di masyarakat
tempat melaksanakan tugas dan bertempat tinggal.
Sebagai pribadi yang hidup di
tengah-tengah masyarakat, guru perlu juga memiliki kemampuannya, antara lain melalui
kegiatan olahraga, keagamaan, dan kepemudaan. Keluwesan bergaul harus dimiliki,
sebab kalau tidak pergaulannya akan menjadi kaku dan berakibat yang
bersangkutan kurang bisa diterima oleh masyarakat.
Jika di masyarakat, guru diamati dan
dinilai oleh masyarakat, maka disekolah diamati oleh peserta didik, dan oleh
teman sejawat serta atasannya. Dalam kesempatan tertentu sejumlah peserta didik
membicarkan kebaikan gurunya, tetapi dalam situasi lain mereka membicarakan
kekurangannya. Ada baiknya jika guru sering meminta pendapat teman sejawat atau
peserta didik tentang penampilannya sehari-hari, baik di dalam maupun di luar
kelas, dan segera memanfaatkan pendapat
yang telah diterima dalam upaya mengubah atau memperbaiki penampilan tertentu
yang kurang tepat.[12]
Dilihat dari segi dirinya
sendiri,seorang guru harus berperan sebagai berikut:
a.
Petugas sosial, yaitu seorang yang harus membantu untuk kepentingan
masyarakat
b.
Pelajar dan ilmuwan, yaitu senantiasa terus menurus menuntut ilmu
pengetahuan.
c.
Orang tua, yaitu mewakili orang tua murid di sekolah dalam
pendidikan anaknya.
d.
Pencari teladan, yaitu yang senantiasa mencarikan teladan yang baik
untuk siswa bukan untuk seluruh masyarakat
e.
Pencari keamanan, yaitu yang senantiasa mencari rasa aman bagi siswa.[13]
10.
Guru sebagai pelatih
Proses pendidikan dan pembelajaran
memerlukan latihan keterampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga
menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih. Karena tanpa latihan seorang
peserta didik tidak akan mampu menunjukkan penguasaan kompetensi dasar, dan
tidak akan mahir dalam berbagai keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan
materi standar. Oleh karena itu, guu harus berperan sebagai pelatih, yang
bertugas melatih peserta didik dalam pembentukan kompetensi dasar, sesuai
dengan potensi masing-masing.
11.
Guru sebagai penasehat
Guru adalah seorang penasihat bagi
peserta didik, bahkan bagi orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan
khusus sebagai penasihat dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk
menasehati orang. Banyak guru cenderung menganggap bahwa konseling terlalu
banyak membicarakan klien, seakan-akan berusaha mengatur kehidupan orang, dan
oleh karenanya mereka tidak senang melaksanakan.
Agar guru menyadari perannya sebagai
orang kepercayaan, dan penasihat secara mendalam, ia harus lebih memahami
psikologis kepribadian dan ilmu kesehatan mental.
12.
Guru sebagai peneliti
Pembelajaran merupakan seni, yang
dalam pelaksanaanya memerlukan penyesuaian-penyesuaian dengan kondisi
lingkungan. Untuk itu diperlukan berbagai penelitian, yang di dalamnya
melibatkan guru. Oleh karena itu guru adalah seorang pencari atau
peneliti. Dia tidak tahu dan dia tahu
bahwa dia tidak tahu, oleh karena itu dia sendiri merupakan subyek
pembelajaran. Dengan kesadaran bahwa ia tidak mengetahui sesuatu maka ia
berusaha mencarinya melalaui kegiatan penelitian.
13.
Guru sebagai pendorong kreativitas
Kreativitas merupakan hal yang
sangat penting dalam pembelajaran, dan guru dituntut untuk mendemonstrasikan
dan menunjukkan proses kreativitas tersebut.kreativitas merupakan sesuatu yang
bersifat universal dan merupakan ciri
aspek dunia kehidupan di sekitar kita. Kreativitas ditandai oleh adanya
kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan oleh
seseorang atau adanya kecenderungan untuk menciptakan sesuatu.
Sebagai orang yang kreatif, guru
menyadari bahwa kreativitas merupakan yang universal dan oleh karenanya semua
kegiatannya di topang, dibimbing dan dibangkitkan oleh kesadaran itu. Ia
sendiri adalah seorang kreator dan motivator, yang berada di pusat proses
pendidikan. Fungsi ini, guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang
lebih baik dalam melayani peserta didik, sehingga peserta didik akan menilainya
bahwa ia memang kreatif dan tidak melakukan sesuatu secara rutin saja.
14.
Guru sebagai pekerja rutin
Guru bekerja dengan keterampilan,
dan kebiasaan tertentu, serta kegiatan rutin yang amat diperlukan dan sering
kali memberatkan. Jika kegiatan tersebut tidak di kerjakan dengan baik, maka
bisa mengurangi atau merusak keefektifan guru pada semua perannya. Di samping
itu, jika kegiatan rutin tersebut tidak disukai, bisa merusak dan mengubah
sikap umumnya terhadap pembelajaran. Sebagai contoh, dalam setiap kegiatan
pembelajaran guru harus membuat persiapan tertulis, jika guru membenci atau
tidak menyenangi tugas ini maka akan merusak keefektifan pembelajaran.
Terdapat tujuh belas kegiatan rutin
yang sering dikerjakan guru dalam pembelajaran di setiap tingkat,yaitu:
a.
Bekerja tepat waktu baik di awal maupun akhir pembelajaran.
b.
Membuat catatan dan laporan sesuai dengan standar kinerja,
ketepatan dan jadwal waktu.
c.
Membaca, mengevaluasi dan mengembalikan hasil kerja peserta didik.
d.
Mengatur kehadiran peserta didik dengan penuh tanggung jawab.
e.
Mengatur jadwal, kegiatan harian, mingguan, semesteran dan
tahuanan.
f.
Mengembangkan peraturan dan prosedur kegiatan kelompok, termasuk
diskusi.
g.
Menetapkan jadwal kerja peserta didik.
h.
Mengadakan pertemuan dengan orang tua dandengan peserta didik.
i.
Mengatur tempat duduk peserta didik.
j.
Mencatat kehadiran peserta didik.
k.
Memahami peserta didik.
l.
Menyiapkan bahan-bahan pembelajaran, kepustakaan, dan media
pembelajaran.
m.
Menghadiri pertemuan denganguru, orang tua peserta didik dan
alumni.
n.
Menciptakan iklim kelas yang kondusif.
o.
Melaksanakan latihan-latihan pembelajaran.
p.
Merencanakan program khusus dalam pembelajaran.
q.
Menasihati peserta didik.
15.
Guru sebagai pembangkit pandangan
Mengembangkan fungsi ini guru harus terampil dalam berkomunikasi dengan
peserta didik di segala umur, sehingga setiap langkah proses pendidikan yang
dikelolanya dilaksanakan untuk menunjang fungsi. Guru tahu bahwa ia tidak dapat
membangkitkan pandangan tentang kebesaran kepada peserta didik jika ia sendiri
tidak memilikinya. Oleh karena itu guru
dibekali dengan ajaran tentang hakikat manusia dan setelah mengenalnya akan
mengenal pula kebesaran Allah yang menciptanya.
16.
guru sebagai model dan
teladan
Guru merupakan model atau teladan
bagi peserta didik dan semua orang yang menganggap dia sebagai guru.
Sebagai teladan, tentu saja pribadi
apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang di sekitar lingkungannya yang
menganggap atau mengakuinya sebagai guru. Inilah sebagian dari keteladan yang
disorot oleh lingkungan dan peserta didik:
a.
Sikap dasar.
b.
Bicara dan gaya bicara.
c.
Kebiasan bekerja.
d.
Sikap melalui pengalaman dan kesalahan.
e.
Pakaian.
f.
Hubungan kemanusiaan.
g.
Proses berpikir.
h.
Perilaku.
i.
Keputusan.
j.
Kesehatan.
k.
Gaya hidup secara umum.
Secara
teoritis, menjadi teladan merupakan bagian intergal dari seorang guru, sehingga
menjadi guru berarti menerima tanggung jawab untuk menjadi teladan.[14]
17.
Guru sebagai pembaharu
(Inovator)
Guru menerjemahkan pengalaman yang
telah lalu ke dalam kehidupan yang bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini,
terdapat jurang yang dalam dan luas antara generasi yang satu dengan yang lain,
demikian halnya pengalaman orang tua memiliki arti lebih banyak. Seorang
peserta didik yang belajar sekarang secar psikologis berada jauh dari
pengalaman manusia yang harus dipahami, dicerna dan diwujudkan dalam
pendidikan.
Tugas guru adalah memahami bagaimana
keadaan jurang pemisah ini, dan bagaimana menjembataninya secara efektif. Unsur
yang hebat dari manusia adalah
kemampuannya untuk belajar dari pengalaman orang lain.[15]
18.
Guru sebagai pemindah kemah
Hidup ini selalu berubah, dan guru
adalah seorang pemindah kemah, yang suka memindah-mindahkan, dan membantu
peserta didik meninggalkan hal lama menuju sesuatu yang baru yang bisa mereka
alami. Guru berusaha keras mengetahui masalah peserta didik, kepercayaan, dan
kebiasaan yang menghalangi kemajuan, serta membantu menjauhi dan
meninggalkannya untuk mendapatkan cara-cara baru yang lebih sesuai. Untuk
menjalankan fungsi ini guru harus memahami mana yang tidak bermanfaat dan
barangkali membahayakan perkembangan peserta didik, dan memahami mana yang
bermanfaat.[16]
19.
Guru sebagai pembawa cerita
Guru , dengan menggunakan suaranya,
memperbaiki kehidupan melalui puisi, dan berbagai cerita tentang manusia. Guru
tidak takut menjadi alat untuk menyampaikan cerita- cerita itu sangat
bermanfaat bagi manusia, dani ia berharap bisa menjadi pembawa cerita yang
baik.
Guru berusaha mencari cerita untuk
membangkitakan gagasan kehidupan manusia
di masa mendatang, sebagai pendengar ,peserta didik dapat
mengidentifikasi watak-watak pelaku yang ada dalam cerita, dapat secara objektif
menganalisis, menilai manusia, kejaidan-kejadian dan pikiran-pikiran.
Salah satu karakteristik pembawa
cerita yang baik adalah mengetahui bagaimana menggunakan pengalaman dan gagasan
para pendengarnya, sehingga mampu menggunakan kejadian di masa lalu untuk
menginterpretasikan kejadian sekarang dan yang akan datang. Jadi guru
diharapkan mampu membawa peserta didik mengikuti jalanya cerita dengan berusaha
membuat peserta didik memiliki pandangan yang rasional terhadap sesuatu.
Pembawa cerita yang baik mengandalkan kemampuan dan menyadari keterbatasan
fisiknya agar mampu mendapatkan keefektifan yang maksimal.
20.
Guru sebagai actor
Setiap individu memiliki banyak
peran untuk dimainkan dalam kehidupan sehari-hari, tetapi kebanyakan menolak
anggapan bahwa guru adalah seorang aktor. Untuk mengajar, guru harus memiliki
gagasan dan pengalaman, serta harus menyadari bahwa orang lainpun berkesempatan
untuk memilikinya. Untuk dapat mentransfer gagasan, ia harus mengembangkan
pengetahuan yang telah dikumpulkan serta mengembangkan kemampuan untuk
mengomunikasikan pengetahuan itu.
Sebagai aktor, guru melakukan
penelitian tidak terbatas pada materi yang harus di transferkan, melainkan juga
tentang kepribadian manusia sehingga mampu memahami respons-respon
pendengarnya, dan merencankan kembali pekerjaannya semua hal yang berhubungan
dengan tuganya, sehingga dapat bekerja secara efektif.
Sebagai aktor, guru berangkat dengan
jiwa pengabdian dan inspirasi yang dalam yang akan mengarahkan kegiatannya.
Guru harus menguasai materi standar
dalam bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya, memperbaiki keterampilan,
dan mengembangkan untuk mentransfer bidang studi itu. Ia mempelajari peserta
didik, alat-alat yang dapat di pergunakan untuk menarik minat, dan tentu saja
mempelajari bagaimana menggunakan alat secar efektif dan efisien.[17]
B. Prinsip-prinsip Guru dalam Mengelola
Pembelajaran
1. Prinsip dasar pengelolaan kelas
Terdapat empat prinsip dasar dalam melaksanakan
pengelolaan kelas, yaitu sebagai berikut:
a. Kehangatan dan keantusiasan
Kehangatan dan
keantusiasan guru dapat memudahkan terciptanya iklim kelas yang menyenangkan,
yang merupakan salah satu syarat kegiatan belajar yang optimal. Guru yang
bersifat hangat dan akrab serta secara ajek menunjukan antusiasmenya terhadap
tugas-tugas, terhadap kegiatan-kegiatan atau terhadap siswanya, akan lebih
mudah pula melaksanakan pengelolaan kelas.
b. Tantangan
Penggunaan
kata-kata, tindakan, atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah
siswa untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang
menyimpang. Perhatian dan minat siswa akan terpelihara dengan kegiatan yang
dikembangkan oleh guru;
c. Bervariasi
Penggunaan
variasi dalam media, gaya, dan interaksi mengajar belajar merupakan kunci
pengelolaan kelas untuk menghindari kejenuhan serta pengulangan-pengulangan
aktivitas yang menyebabkan menurunnya kegiatan belajar dan tingkah laku positif
siswa. Jika terdapat berbagai variasi maka proses menjadi jenuh akan berkurang
dan siswa akan cenderung meningkatkan keterlibatannya dalam tugas dan tidak
akan mengganggu kawannya;
d. Keluwesan
Mewaspadai
jalannya proses belajar mengajar dan mengamati munculnya gangguan terhadap
siswa, diperlukan keluwesan tingkah laku untuk mengubah strategi mengajar
dengan memanipulasi berbagai ketrampilan mengajar lainnya;
e. Penekanan pada hal-hal yang positif
Dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran, guru harus memberikan tekanan pada hal-hal
yang positif dan menghindari pada hal-hal yang negatif. Cara guru memelihara
suasana ialah dengan:
1) Memberi aksentuasi terhadap tingkah laku
siswa yang positif dan menghindari ocehan atau celaan terhadap tingkah laku
yang kurang wajar;
2) Memberi penguatan terhadap tingkah laku
siswa yang positif;
3) Menyadari akan kemungkinan
kesalahan-kesalahan yang dapat dibuatnya sehingga akan mengganggu kelancaran
dan kecepatan belajar siswa;
f. Penanaman disiplin diri
Mengembangkan
disiplin diri sendiri oleh siswa merupakan tujuan akhir pengelolaan kelas untuk
mencapai tujuan ini, guru harus selalu mendorong siswa untuk melaksanakan disiplin
diri sendiri. Hal ini akan lebih berhasil apabila guru sendiri menjadi contoh
atau teladan tentang pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Dengan
demikian, guru menjadi contoh serta member contoh kepada siswa (Jhon I Bolla
(1985), h. 4-6).[18]
C. Tujuan Mengelola Pembelajaran
Manajemen
kelas yang efektif memiliki dua Tujuan, yaitu: membantu murid menghabiskan
lebih banyak waktu untuk belajar dan mengurangi waktu untuk belajar dan
mengurangi waktu aktivitas yang tidak diorientasikan pada tujuan; dan mencegah
murid mengalami problem akademik dan emosional.
1. Membantu murid menghabiskan lebih banyak
waktu untuk belajar dan mengurangi waktu aktivitas yang tidak diorientasikan
pada tujuan. Manajemen kelas yang efektif akan membantu memaksimalkan waktu pengajaran
anda dan waktu belajar murid anda.
2. Mencegah murid mengalami problem
akademik dan emosional. Kelas yang dikelola dengan baik tidak hanya akan
meningkatkan pembelajaran yang berarti, tetapi juga membantu mencegah
berkembangnya problem emosional dan akademik. Kelas yang dikelola dengan baik
akan membuat murid sibuk dengan tugas yang menantang. Kelas yang dikelola
dengan baik akan memberikan aktivitas dimana murid menjadi terserap ke dalamnya
dan termotivasi untuk belajar dan memahami aturan dengan regulasi yang harus
dipatuhi. Kelas yang dikelola seperti itu, murid sangat kecil kemungkinan
mengalami masalah akademik dan emosional. Namun sebaliknya manakala kelas harus
dikelola dengan buruk, masalah akademik
dan emosional akan mudah muncul, dan murid yang tingkat motivasi rendah secara
akademik dan emosional akan menjadi semakin tak termotivasi, murid yang pemalu
akan menjadi eksklusif, murid yang bandel akan makin kurang ajar.
3. Tujuan untuk siswa
Tujuan
untuk siswa dimaksudkan:
a. Mendorong siswa mengembangkan tanggung
jawab individu terhadap tingkah lakunya, serta sadar untuk mengendalikan
dirinya;
b. Membantu siswa untuk mengerti akan arah
tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas, dan melihat atau meraskan
teguran guru sebagai suatu peringatan dan bukan kemarahan; dan
c. Menimbulakan rasa berkewajiban
melibatkan diri dalam tugas serta bertingkah laku yang wajar sesuai denagan
aktifitas-aktifitas kelas.
4. Tujuan untuk guru
Tujuan
untuk aaguru dimaksudkan;
a. Mengembangkan pengertian dan ketrampilan
dalam memelihara kelancaran penyajian dan langkah-langkah pelajaran secara
tepat dan baik.
b. Memiliki kesadaran terhadap kebutuhan
siswa dan mengembangkan kompetensinya di dalam memberikan pengarahan yang jelas
kepada siswa; dan
c. Memberiakan repons secara efektif terhadap
tingkah laku siswa yang menimbulakn gangguan-gangguan kecil atau ringan serta
memahami dan menguasai seperangkat kemungkinan strategi yang dapat digunakan
dalam hubungan dengan masalah tingkah laku siswa yang berlebih-lebihan atau
terus menerus melawa dikelas.[19]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Peran guru dalam pengelolaan pembelajaran ada. Seorang guru memiliki peran sangat
penting dalam menentukan kualitas dan kuantitas pembelajaran. Hal ini
dikarenakan gurulah yang membuat sendiri perangkat pembelajaran yang disesuaikan
dengan situasi dan kondisi sekolah masing-masing.
Yang peran peran tersebut adalah:
1.
Guru
sebagai demonstrator
2.
Guru
sebagai pengajar
3.
Guru
sebagai pengelola kelas
4.
Guru
sebagai evaluator
5.
Guru sebagai mediator dan fasilitator
6.
Guru
sebagai pendidik
7.
Guru sebagai pembimbing
8.
Guru
sebagai psikologis
9.
Guru
sebagai pribadi
10. Guru sebagai pelatih
11. Guru sebagai penasehat
12. Guru sebagai peneliti
13. Guru sebagai pendorong kreativitas
14. Guru sebagai pekerja rutin
15. Guru sebagai pembangkit pandangan
16. guru sebagai model dan
teladan
17. Guru sebagai pembaharu
(Inovator)
18. Guru sebagai pemindah kemah
19. Guru sebagai pembawa cerita
20. Guru sebagai actor
Dan
dalam pengelolaan tersebut harus memiliki prinsip dalam menjalankannya serta
mempunyai tujuan dalam mengelola pembelajaran tersebut. Dan tujuan itu
berorientasi pada siswa dan guru dalam proses belajar mengajar.
B.
Saran
Sebelumnya
kami penyusun makalah ini mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan
kata-kata, dan makalah kami pun di sini masih belum sempurna, untuk itu
sekiranya apabila masih di rasa pembaca masih belum cukup bahasan-bahasan di
dalam makalah ini di sarankan untuk mencari sumber referensi dari buku-buku
atau sumber-sumber yang semacamnya.
[1]
http://emiartikel.blogspot.com/2010/12/peran-guru-dalam-pengelolaan.html
[2] Moch.Uzer Usman, Menjadi
Guru Profesional, (Bandung : PT
Remaja Rosdakarya, 2011), Hal 9
[3] Didi Supriadie,Komunikasi
Pembelajaran, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2012), Hal 84
[4] Mulyasa, Menjadi
Guru Profesional(Menciptakan pembelajaran kreatif dan menyenangkan), (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya), 2011, Hal 38-40
[5] Moch.Uzer Usman, Menjadi
Guru Profesiaonal, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2011), Hal 10
[6] Mulyasa, Menjadi
Guru Profesional(Menciptakan pembelajaran kreatif dan menyenangkan), (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya), 2011, Hal 61-62
[7] Moch.Uzer Usman, Menjadi
Guru Profesiaonal, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya). 2011, Hal 11-12
[8] Moch.Uzer Usman, Menjadi Guru
Profesiaonal,… , Hal 11
[9] Mulyasa, Menjadi
Guru Profesional(Menciptakan pembelajaran kreatif dan menyenangkan), (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya), 2011, Hal 37-38
[10] Ibid
Hal 40-42
[11]
Moch.Uzer Usman, Menjadi Guru Profesiaonal, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya). 2011, Hal 13
[12]
Mulyasa, Menjadi Guru Profesional(Menciptakan pembelajaran kreatif dan
menyenangkan), (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), 2011, Hal 48-49
[13]
Moch.Uzer Usman, Menjadi Guru Profesiaonal, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya). 2011, Hal 13
[14]
Mulyasa, Menjadi Guru Profesional(Menciptakan pembelajaran kreatif dan
menyenangkan), (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), 2011, Hal 45-54
[15] Ibid.
Hal 44-45
[16] Ibid
. Hal 54-55
[17] Ibid
, Hal 56-59
[18] Didi
Supriade dan Deni Darmawan, Komunikasi
Pembelajaran, Cetakan Pertama, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset,
2012), Hal.166-167
[19]
Didi Supriade dan Deni Darmawan, Komunikasi
Pembelajaran,…, Hal. 165-166
Tidak ada komentar:
Posting Komentar