BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sungguh Rasulullah SAW telah menjelaskan di dalam
hadisnya satu masalah di antara masalah akhlak yang sangat penting, yaitu cara
mendidikakhlak dan cara pembentukannya serta cara memperkuatnya di dalam jiwa
dan memantapkannya bahkan beliau telah menjadikannya pada urutan beberapa
tabi’at, yaitu agar supaya manusia mempunyai tujuan berkata baik dan berbuat
yang terpuji serta mengerjakannya berulang-ulang, sehingga sangat berpengaruh
pada dirinya, bahkan dijadikannya sebagai kebiasaan yang berjalan lancar dan
agar bertambah mendalam sesudah diamalkan.
Barang siapa yang ingin agar kejujuran itu menjadi
kebiasaan dan akhlaknya ingin menjadi agama dan tabi’atnya, maka hendaknya dia
mempunyai tujuan jujur dalam semua perbuatannya. Jika kejujuran itu sudah
menjadi karakternya, maka yang demikian itu dia menjadi orang yang paling
jujur.kedudukan sifat jujur sangat erat hubungannya dengan sifat-sifat para
Nabi. Allah berfirman: artinya; dan Kami telah anugerahkan kepada mereka
rahmat-Ku dan Kami telah ciptakan bagi mereka lisan yang jujur, yakni pujian
yang baik yang tinggi nilainya. (QS. Maryam: 50).
B.
Rumusan Masalah
1.
Seperti apakah makna kejujuran?
2.
Apa sajakah Ayat Al-Qur’an dan hadis yang menjelaskan tentang perintah berlaku
jujur?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Memahami Makna Kejujuran
1.
Pengertian Jujur
Dalam bahasa Arab, kata jujur
semakna dengan “as-sidqu” atau “siddiq”yang berarti
benar, nyata, atau berkata benar. Lawan kata ini adalah dusta, ataudalam bahasa
Arab ”al-kaibu”. Secara istilah, jujur atau aś-śidqu bermakna:
a.
kesesuaian
antara ucapan dan perbuatan;
b.
kesesuaian
antara informasidan kenyataan;
c.
ketegasan
dan kemantapan hati; dan
d. sesuatu yang baikyang tidak dicampuri
kedustaan.
2.
Pembagian Sifat Jujur
Imam al-Gazali membagi sifat jujur
atau benar (śiddiq) sebagai berikut.
a. Jujur dalam niat atau berkehendak, yaitu
tiada dorongan bagi seseorangdalam segala tindakan dan gerakannya selain
dorongan karena Allah Swt.
b. Jujur dalam perkataan (lisan), yaitu
sesuainya berita yang diterima denganyang disampaikan. Setiap orang harus dapat
memelihara perkataannya.Ia tidak berkata kecuali dengan jujur. Barangsiapa yang
menjaga lidahnyadengan cara selalu menyampaikan berita yang sesuai dengan fakta
yangsebenarnya, ia termasuk jujur jenis ini. Menepati janji termasuk jujur
jenisini.
c. Jujur dalam perbuatan/amaliah, yaitu
beramal dengan sungguh sehinggaperbatan §ahirnya tidak menunjukkan sesuatu yang
ada dalam batinnyadan menjadi tabiat bagi dirinya.[1]
3.
Hikmah atau manfaat dari perilaku jujur adalah:
a. Mendapatkan kepercayan dari orang lain,
b. Mendapatkan banyak teman, dan
c. Mendapatkan ketentraman hidup karena
tidak memiliki kesalahan terhadap orang lain.[2]
Kejujuran merupakan fondasi atas tegaknya suatu
nilai-nilai kebenaran karena jujur identik dengan kebenaran. Allah berfirman:
$pkr'¯»ttûïÏ%©!$#(#qãZtB#uä(#qà)®?$#©!$#(#qä9qè%urZwöqs%#YÏyÇÐÉÈ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah
perkataan yang benar,(al-Ahzab/33: 70).
Orang yang beriman
perkataannya harus sesuai dengan perbuatannya karena sangat berdosa besar bagi
orang-orang yang tidak mampu menyesuaikan perkataannya dengan perbuatan, atau
berbeda apa yang di lidah dan apa yang diperbuat. Allah Swt. berfirman, “Wahai
orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu
kerjakan?
(Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu
mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (Q.S. aś-saff/61:2-3)
Pesan moral ayat
tersebut tidak lain memerintahkan satunya perkataan dengan perbuatan. Dosa
besar di sisi Allah Swt., mengucapkan sesuatu yang tidak disertai dengan
perbuatannya. Perilaku jujur dapat menghantarkan pelakunya menuju kesuksesan
dunia dan akhirat. Bahkan, sifat jujur adalah sifat yang wajib dimiliki oleh
setiap nabi dan rasul. Artinya, orang-orang yang selalu istiqamah atau
konsisten mempertahankan kejujuran, sesungguhnya ia telah mamiliki separuh dari
sifat kenabian.
Jujur adalah sikap
yang tulus dalam melaksanakan sesuatu yang diamanatkan, baik berupa harta maupun
tanggung jawab. Orang yang melaksanakan amanat disebut al-Amin, yakni orang
yang terpercaya, jujur, dan setia. Dinamai demikian karena segala sesuatu yang
diamanatkan kepadanya menjadi aman dan terjamin dari segala bentuk gangguan,
baik yang datang dari dirinya sendiri maupun dari orang lain. Sifat jujur dan
terpercaya merupakan sesuatu yang sangat penting dalam segala aspek kehidupan,
seperti dalam kehidupan rumah tangga, perniagaan, perusahaan, dan hidup
bermasyarakat.
Di antara faktor yang menyebabkan Nabi Muhammad saw.
berhasil dalammembangun masyarakat Islam adalah karena sifat-sifat dan
akhlaknya yang sangat terpuji. Salah satu sifatnya yang menonjol adalah
kejujurannya sejakmasa kecil sampai akhir hayatnya sehingga ia mendapa gelar
al-Amin (orangyang dapat dipercaya atau jujur).
Kejujuran akan
mengantarkan seseorang mendapatkan cinta kasih dan keridaan Allah Swt.
Sedangkan kebohongan adalah kejahatan tiada tara, yang merupakan faktor terkuat
yang mendorong seseorang berbuat kemunkaran dan menjerumuskannya ke jurang
neraka.
Kejujuran sebagai
sumber keberhasilan, kebahagian, serta ketenteraman,harus dimiliki oleh setiap
muslim. Bahkan, seorang muslim wajib pula menanamkan nilai kejujuran tersebut
kepada anak-anaknya sejak dini hingga pada akhirnya mereka menjadi generasi
yang meraih sukses dalam mengarungi kehidupan. Adapun kebohongan adalah muara
dari segala keburukan dan sumber dari segala kecaman karena akibat yang
ditimbulkannya adalah kejelekan, dan hasil akhirnya adalah kekejian. Akibat
yang ditimbulkan oleh kebohongan adalan namimah (mengadu domba), sedangkan
namimah dapat melahirkan kebencian. Demikian pula kebencian adalah awal dari
permusuhan.
Dalam permusuhan tidak ada keamanan dan kedamaian. Dapat
dikatakan bahwa, “orang yang sedikit kejujurannya niscaya akan sedikit
temannya.”
Contoh
Bukti Kejujuran Nabi Muhammad saw.
Ketika Nabi Muhammad hendak memulai dakwah secara terbuka
dan terang-terangan, langkah pertama yang dilakukan misalnya, Rasulullah saw.
berdiri di atas bukit, kemudian memanggil-manggil kaum Quraisy untuk berkumpul,
“Wahai kaum Quraisy, kemarilah kalian semua. Aku akan memberikan sebuah berita
kepada kalian semua!”
Mendengar panggilan lantang dari Rasulullah saw.,
berduyun-duyun kaum Quraisy berdatangan, berkumpul untuk mendengarkan berita
dari manusia jujur penuh pujian. Setelah masyarakat berkumpul dalam jumlah
besar, beliau tersenyum kemudian bersabda, “Saudara-saudaraku, jika aku memberi
kabar kepadamu, jika di balik bukit ini ada musuh yang sudah siaga hendak menyerang
kalian, apakah kalian semua percaya?” Tanpa ragu semuanyamenjawab mantap,
“Percaya!”
Kemudian, Rasulullah kembali bertanya, “Mengapa kalian
langsung percaya tanpa membuktikannya terlebih dahulu?” Tanpa ragu-ragu orang
yang hadir di sana kembali menjawab mantap, “Engkau sekalipun tidak pernah
berbohong, wahai al-Amin. Engkau adalah manusia yang paling jujur yang kami
kenal.”
B.
Ayat Al-Qur’an dan hadis tentang Perintah Berlaku Jujur
1.
QS. Al-Maidah/5: 8
$pkr'¯»túïÏ%©!$#(#qãYtB#uä(#qçRqä.úüÏBº§qs%¬!uä!#ypkàÅÝó¡É)ø9$$Î/(wuröNà6¨ZtBÌôftãb$t«oYx©BQöqs%#n?tãwr&(#qä9Ï÷ès?4(#qä9Ïôã$#uqèdÜ>tø%r&3uqø)G=Ï9((#qà)¨?$#ur©!$#4cÎ)©!$#7Î6yz$yJÎ/cqè=yJ÷ès?ÇÑÈ
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) Karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah
sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku
tidak adil. berlaku adillah, Karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan
bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
2.
QS. at-Taubah : 119
$pkr'¯»túïÏ%©!$#(#qãZtB#uä(#qà)®?$#©!$#(#qçRqä.uryìtBúüÏ%Ï»¢Á9$#ÇÊÊÒÈ
“Hai orang-orang
yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang
yang benar”[3]
3.
Hadis dari Abdullah bin Mas’ud ra.
Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin
Mas’ud ra., Rasulullah saw bersabda, “Hendaklah kamu berlaku jujur karena
kejujuran menuntunmu padakebenaran, dan kebenaran menuntunmu ke surga. Dan
sesantiasa seseorangberlaku jujur dan selalu jujur sehingga dia tercatat di
sisi Allah Swt. sebagaiorang yang jujur. Dan hindarilah olehmu berlaku dusta
karena kedustaanmenuntunmu pada kejahatan, dan kejahatan menuntunmu ke neraka.
Danseseorang senantiasa berlaku dusta dan selalu dusta sehingga dia tercatat
disisi Allah Swt. sebagai pendusta.” (H.R. Muslim)[4]
BAB III
TELAAH SUBSTANSI
A.
Memahami Makna Kejujuran
Jujur adalah kesesuaian sikap
antara perkataan dan perbuatan yang sebenarnya.Apa yang diucapkan memang itulah
yang sesungguhnya dan apa yang diperbuat itulah yang sebenarnya.
Kejujuran sangat erat hubungannya
dengan hati nurani.Kata hati nurani adalah sesuatu yang murni dan suci.Hati
nurani selalu mengajak kita kepada kebaikan dan kejujuran.Namun, kadang, kita
enggan mengikuti hati nurani, maka itulah yang disebut dusta.Apabila kita
katakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan, itulah yang dinamakan
bohong.Dusta atau bohong merupakan lawan kata jujur.
Jujur itu
penting.Berani jujur itu hebat.Sebagai makhluk sosial, kita memerlukan
kehidupann yang harmonis, baik, dan seimbang.Agar tidak ada yang dirugikan,
dizalimi dan dicurangi, kita harus jujur.Jadi, untuk kehidupan yang lebih baik
kuncinya adalah jujur. Hal ini sesuai dengan
sabda Nabi:
“dari Abdullah
Ibn Mas’ud. Rasulullah saw bersabda, “sesungguhnya jujur itu membawa kepada
kebaikan dan kebaikan itu membawa ke surga...” (HR. Bukhari).
Ada ungkapan yang mengatakan bahwa
“kejujuran itu mahal”.Ya, kejujuran memang sangat mahal karena berkata jujur
itu terkadang sangat berat.Akan tetapi, agar dapat dipercaya orang, kita harus
jujur. Rasulullah saw telah memberi contoh nyata kepada kita. Pada masa
jahiliyah sangat sulit menccari orang yang jujur. Dengan kejujuran Rasulullah
saw menjadi orang yang paling terpercaya. Beliau mendapat gelar al-amin (dapat dipercaya) dari bangsa
Quraisy.
Kejujuran berbuah kepercayaan,
sebaliknya dusta menjadikan orang lain tidak percaya. Jujur membuat hati kita
tenang, sedangkan berbohong membuat hati jadi was-was.
Akan tetapi kadangkala, ada orang
yang tidak suka dengan kejujuran. Hal ini akan terjadi apabila orang itu akan
terganggu oleh kejujuran kita itu. Meskipun demikian jangan takut dan risau
karena maswih banyak pihak yang mendukung kejujuran.
Kejujuran merupakan bagian dari
akhlak yang diajarkan dalam Islam. Seharusnya sifat jujurjuga menjadi identitas
seorang muslim. Katakan bahwa yang benar itu adalah benar dan yang salah itu
salah.Jangan dicampuradukkan antara yang hak dan yang batil.Allah
Swt.berfirman:
wur(#qÝ¡Î6ù=s? Yysø9$#È@ÏÜ»t7ø9$$Î/(#qãKçGõ3s?ur¨,ysø9$#öNçFRr&urtbqçHs>÷ès?ÇÍËÈ
Dan janganlah
kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan
yang hak itu, sedang kamu Mengetahui.(surah
al-Baqarah/2: 42).[5]
B.
Ayat Al-Qur’an dan hadis tentang Perintah Berlaku Jujur
v Kandungan Q.S. al-Māidah/5:8
Ayat
ini memerintahkan kepada orang mukmin agar melaksanakan amal dan pekerjaan
mereka dengan cermat, jujur, dan ikhlas karena Allah Swt.,baik pekerjaan yang
bertalian dengan urusan agama maupun pekerjaan yangbertalian dengan urusan
kehidupan duniawi. Karena hanya dengan demikianlahmereka bisa sukses dan
memperoleh hasil balasan yang mereka harapkan.
Dalam
persaksian, mereka harus adil menerangkan apa yang sebenarnya, tanpa memandang
siapa orangnya, sekalipun akan menguntungkan lawandan merugikan sahabat dan
kerabatnya sendiri. Ayat ini seirama denga Q.S.an-Nisā/4:153 yaitu sama-sama
menerangkan tentang seorang yang berlakuadil dan jujur dalam persaksian.
Perbedaannya ialah dalam ayat tersebutditerangkan kewajiban berlaku adil dan
jujur dalam persaksia walaupunkesaksian itu akan merugikan diri sendiri, ibu,
bapak, dan kerabat, sedangdalam ayat ini diterangkan bahwa kebencian terhadap
sesuatu kaum tidakboleh mendorong seseorang untuk memberikan persaksian yang
tidak adildan tidak jujur, walaupun terhadap lawan.
Menurut
Ibnu Ka¡ir, maksud ayat di atas adalah agar orang-orang yang beriman menjadi
penegak kebenaran karena Allah Swt., bukan karenamanusia atau karena mencari
popularitas, menjadi saksi dengan adil dantidak curang, jangan pula kebencian
kepada suatu kaum menjadika kalian berbuat tidak adil terhadap mereka, tetapi
terapkanlah keadilan itu kepadasetiap orang, baik teman ataupun musuh karena sesungguhnya
perbuatanadil menghantarkan pelakunya memperoleh derajat takwa.Terkait dengan
menjadi saksi dengan adil, ditegaskan dari Nu’man binBasyir, “Ayahku pernah
memberiku suatu hadiah. Lalu ibuku, ‘Amrah bintiRawahah, berkata, ‘Aku tidak
rela sehingga engkau mempersaksikan hadiahitu kepada Rasulullah saw. Kemudian,
ayahku mendatangi beliau dan memintabeliau menjadi saksi atas hadiah itu. Maka
Rasulullah saw. pun bersabda:
Artinya: “Apakah setiap anakmu engkau beri hadiah seperti itu juga?
‘Tidak’, jawabnya. Maka beliau pun bersabda, ‘Bertakwalah kepada Allah Swt.,
dan berbuat adillah terhadap anak-anak kalian!’ lebih lanjut beliau bersabda,
‘Sesungguhnya, aku tidak mau bersaksi atas suatu ketidakadilan.’ Kemudian
ayahku pulang dan menarik kembali pemberian tersebut.”[6]
v Kandungan QS. At-Taubah: 119
Allah mengajak Hai orang-orang yang beriman bertakwalah
kepada Allahdengan melaksanakan seluruhn perintah-Nya dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benardalam sikap,
ucapan dan perbuatan mereka.
Kata
(úüÏ%Ï»¢Á9$# )ash-shadiqin adalah bentuk jamak dari
kata ash-shadiq.Ia terambil dari kata
shidq/ benar. Berita yang benar
adalah yang sesuai kandungannya dengan kenyataan. Dalam pandangan agama, ia
adalah sesuai dengan apa yang diyakini. Makna kata ini berkembang sehingga ia
mencakup arti sesuainya berita dengan kenyataan, sesuainya perbuatan dengan
keyakinan, serta adanya kesungguhan dalam upaya dan tekad menyangkut apa yang
dikehendaki.
Al-Biqa’i memahami kata
(ìtB)
ma’a/ bersama sebagai isyarat
kebersamaan, walau dalam bentuk minimal. Memang, seperti kata orang: “jika anda
tidak dapat menjadi seperti manusia agung, maka tirulah mereka. Kalau anda
tidak dapat meniru mereka, maka bergaullah bersama mereka dan jangan tinggalkan
mereka.”
Siapa yang selalu
bersama sesuatu, maka sedikit demi sedikit ia akan terbiasa dengannya, karena
itu Nabi saw. berpesan: “hendaklah kamu
(berucap dan bertindak) benar. Kebenaran mengantar kepada kebajikan, dan kebajikan
mengantar ke surga.Dan seseorang yang selalu (bertindak dan berucap) benar
serta mencari yang benar, pada akhirnya dinilai di sisi Allah sebagai shiddiq.”[7]
v Kandungan Hadis
Dalam sebuah hadis panjang yang
berasal dari Syihab diceritaka bahwa ketika Rasulullah saw. akan melakukan
gazwah (penyerangan) ke Tabuk untukmenyerang tentara Romawi dan orang-orang
Kristen di Syam, salah seorangsahabat yang bernama Ka’ab bin Malik mangkir dari
pasukan perang, Ka’abmenceritakan bahwa mangkirnya ia dari peperangan tersebut
bukan karenasakit ataupun ada suatu masalah tertentu, bahkan menurutnya hari
itu justruia sedang dalam kondisi prima dan lebih prima dari hari-hari
sbelumnya.
Tetapi entah mengapa ia merasa
enggan untuk bergabung bersam pasukan Rasulullah saw. sampai akhirnya ia
ditinggalkan oleh pasukan Rasulullah saw.Sekembalinya pasukan Rasulullah saw.
ke Madinah, ia pun bergegas menemuiRasulullah saw. dan berkata jujur tentang
apa yang ia lakukan. Akibatnya,Rasul menjadi murka, begitu pula sahabat-sahabat
lainnya. Ia pun dikucilkanbahkan diperlakukan seperti bukan orang Islam,
sampai-sampai Rasulullahsaw. memerintahkannya untuk berpisah dengan istrinya.
Setelah lima puluh
hari berselang, turunlah wahyu
kepada Rasulullah saw. yang menjelaskan bahwa Allah Swt. telah menerima taubat
Ka’ab dan dua orang lainnya. AllahSwt. benar-benar telah menerima taubat Nabi,
orang-orang Muhajirin danAnśar yang mengikutinya dalam saat-saat sulit setelah
hampir-hampir sajahati sebagian mereka bermasalah. Kemudian, Allah Swt.
menerima taubatmereka dan taubat tiga orang yang mangkir dari jihad
sampai-sampai merekamerasa sumpek dan menderita. Sesungguhnya Allah Swt. Maha
Pengasih danPenyayang.Ketika ia diberi kabar gembira bahwa Allah Swt. telah menerim
taubatnya,dan Rasulullah saw. telah memaafkannya, Ka’ab berkata, “Demi Allah
Swt.tidak ada nikmat terbesar dari Allah Swt. setelah nikmat hidayah Islam
selainkejujuranku kepada Rasulullah saw. dan ketidakbohonganku kepada
beliausehingga saya tidak binasa seperti orang-orang yang berdusta, sesungguhnyaAllah
Swt. berkata tentang mereka yang berdusta dengan seburuk-burukperkataan.[8]
BAB IV
TELAAH FORMATIF
1. Kompetensi
Inti (KI)
KI-2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung
jawab, peduli santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai,
responsif, dan pro-aktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.
2.
Kompetensi Dasar (KD)
2.1. Menunjukkan
perilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari sebagai implementasi dari pemahamanQS. Al-Maidah: 8, QS.at-Taubah:119 dan
hadis terkait.
3. Indikator
Esensi
a.
Membaca dan memahami QS. Al-Maidah: 8, QS.at-Taubah:119 tentang kejujuran.
b.
Menjelaskan makna isi QS. Al-Maidah:
8, QS.at-Taubah:119.
c.
Membaca dan memahami hadis-hadis yang terkait dan mendukung lainnya,
tentang kejujuran.
d.
Menampilkan contoh perilaku berdasarkan QS.
Al-Maidah: 8, QS.at-Taubah:119 tentang kejujuran.
4.
Metode
Untuk
materiPerilaku Jujur dalam Kehidupan Sehari-hari, metode-metode yang
tepat dan baik digunakan menurut pemakalah untuk memberikan pembelajaran
mengenai materi tersebut adalah sebagai berikut:
1)
Ceramah, adalah suatu
metode penyampaian pesan pengajaran secara lisan oleh guru kepada siswa atau
sekelompok siswa di dalam kelas.[9]
2) Skrip kooperatif adalah metode belajar
dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian
dari materi yang dipelajari.[10]
3)
Tanya jawab,
iyalah metode penyampaian pesan pengajaran dengan cara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan dan siswa memberikan jawaban, atau sebaliknya siswa
diberi kesempatan bertanya dan guru menjawab pertanyaan.[11]
4) Metode
proyek atau unit, adalah cara penyajian pelajaran
yang bertitik tolak dari suatu masalah, kemudian dibahas dari berbagai segi
yang berhubungan sehingga pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna.
Pemecahan setiap masalah perlu melibatkan bukan hanya satu mata pelajaran atau
bidang studi saja, melainkan hendaknya melibatkan berbagai mata pelajaran yang
ada kaitannya dan sumbangannya bagi pemecahan masalah tersebut, sehingga setiap
masalah dapat dipecahkan secara keseluruhan yang berarti.[12]
5.
Media
a.
Media
gambar, adalah media visual yang berupa goresan-goresan, coretan-coretan atau
bentuk-bentuk lain yang dapat menimbulkan tanggapan, persepsi ataupun pemikiran
manusia terhadap sesuatu objek atau benda-benda tertentu. Gambar-gambar yang
dimaksud dapat berupa lukisan tangan atau hasil fotografi.[13]
b.
Slide
proyektor, media ini dapat digunakan ketika menampilkan poin-poin penting
materi pelajaran kepada siswa baik materi yang berkaitan dengan adab seorang
muslim terhadap orangtua dan guru serta materi tentang adab bergaul dengan
saudara dan teman.
c.
Media
film bersuara, guru dapat memuturkan film-film atau video-video yang berkaitan
materi pelajaran baik materi yang berkaitan dengan adab seorang muslim terhadap
orangtua dan guru serta materi tentang adab bergaul dengan saudara dan teman.
6. Evaluasi
Dalam buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas X,
secara umum materi telah sesuai untuk dipelajari oleh siswa karena materi yang terdapat dalam buku tersebutsudah
mengarah kepada KI, KD, dan indikator.
7.
Bahasa
Bahasa yang terdapat
di dalam buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti tersebut sesuai dengan
jenjang/tingkatan siswa kelas X SMA, dan bagi saya sendiri tidak sulit untuk
dipahami.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
·
Jujur (as-sidqu) adalah mengatakan sesuatu sesuai dengan kenyataan, sedangkan
dusta (al-kaibu) adalah mengatakan sesuatu tidak sesuai dengankenyataan.
·
Kejujuran merupakan petunjuk dan jalan menuju surga Allah Swt sedangkan dusta
adalah petunjuk dan jalan menuju neraka.
·
Jujur adalah sifat para nabi dan rasul Allah Swt., sedangkan bohong atau
dusta adalah ciri atau sifat orang-orang munafik.
·
Kejujuran akan menciptakan ketenangan,kedamaian, keselamatan,kesejahteraan,
dan kenikmatan lahir batin baik di dunia maupun di akhiratkelak. Sementara, kedustaan
menimbulkan kegoncangan, kegelisahan konfliksosial, kekacauan, kehinaan, dan
kesengsaraan lahir dan batin baik di duniaapalagi di akhirat.
·
Diperbolehkan dusta hanya untuk tiga hal saja, yaitu ketika seorang istri
memuji suaminya atau sebaliknya. Ketika seseorang yang akan mencelakai orang
yangtidak bersalah dengan mengatakan bahwa orang yang dicari tidak ada.
Ketikaucapan dusta untuk mendamaikan dua orang yang sedang bertikai agar
damaidan rukun kembali.
B.
Saran
Makalah ini
mungkin sangat jauh dari kata sempurna.Untuk itu penulis selalu mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca sekalian, agar menjadi masukan dan perbaikan bagi
penulis sehingga kedepannya makalah ini menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Iif Khoiru – dkk. (2011).Strategi Pembelajaran
Sekolah Terpadu.Jakarta
: Prestasi Pustaka.
Djamara, Syaiful Bahri Aswan Zain.
(2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan. (2014). Pendidikan Agama
Islam dan Budi Pekerti. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
M. Quraish Shihab. (2002).Tafsir
Al-Mishbah (Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an).Jakarta:
Lentera Hati.
Rodhatul
Jennah. (2009) “Media Pembelajaran”.Banjarmasin:
Antasari Press.
Usman, M. Basyiruddin. (2002).“Metodologi
Pembelajaran Islam”.Jakarta Selatan:
Ciputat Pres.
Yusuf A. Hasan – Ismail. (2013).Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti (kelas VII SMP/MTs). Jakarta: Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan2013.
[1] Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan, Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti, Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014, hlm. 34
[2]Yusuf A. Hasan – Ismail, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
(kelas VII SMP/MTs), Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan2013,
2013 hlm. 29-30.
[3]Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan, Ibid..., hlm. 35-36
[5]Yusuf A. Hasan – Ismail, Ibid..., hlm. 29-30.
[6]Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan, Ibid..., hlm. 37-38
[7]M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah (Pesan, Kesan dan
Keserasian Al-Qur’an), Jakarta: Lentera Hati, 2002, hlm. 744-745
[8]Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan, Ibid..., hlm. 39
[9]M. Basyiruddin Usman, “Metodologi Pembelajaran Islam”, (Jakarta
Selatan: Ciputat Pres, 2002), hlm.34
[10]Iif Khoiru Ahmadi – dkk, Strategi
Pembelajaran Sekolah Terpadu, Jakarta : Prestasi Pustaka, 2011
[12]Syaiful Bahri Djamara, Aswan
Zain, Strategi Belajar Mengajar,Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002, hlm 93
[13]Rodhatul Jennah, “Media Pembelajaran”, (Banjarmasin:
Antasari Press, 2009), hlm.62
Tidak ada komentar:
Posting Komentar