BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Allah SWT ciptakan pada diri kita akal, nurani,
dan hawa nafsu.Akal mengajak kita berfikir rasional, nurani mengajak kita untuk
melakukan perbuatan baik, seedangkan hawa nafsu selalu mengajak manusia
melakukan perbuatan buruk dan melanggar hukum Allah SWT.Oleh karena itu kita
harus mengendalikan hawa nafsu melalui kekuatan nurani dan akal. Jika hawa
nafsu tidak dikendalikan maka diri kitalah yang akan dikendalikan.
Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu
membutuhkan orang lain. Interaksi sosial diantara sesama manusia akan berjalan
baik dan harmonis jika dilandasi nilai-nilai Islam. Diantaranya dengan selalu
berprasangka baik kepada orang lain, saling membantu dan menjaga hubungan
persaudaraan. Banyak konflik terjadi ditengah-tengah masyarakat karena dipicu
oleh sikap saling curiga. Pada dasarnya setiap orang ingin dihormati dan
perlakukan secara baik. Oleh karena itu kita harus berprasangka baik dan
menjaga keharmonisan hubungan dengan orang lain.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian
mujahadah an Nafs ?
2.
Apa dalil dan
Hadis tentang mujahadah an nafs ?
3.
Apa pengertian
Husnuzan serta dalil dan Hadis?
4.
Apa pengertian
ukhuwah serta dalil dan Hadis?
C.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini, selain memenuhi
tugas mata kuliah, penyusun juag ingin mengetahu berbagai hal mujahadah an-
nafs,Husnuzan, Ukhuwah, baik dari pengertian maupun dari macam-macamnya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Memahami Makna mujahadah an-nafs
1.
pengertian (Mujāhadah an-Nafs)
kontrol diri
artinya mengendalikan diri sendiri atau mengatur sendiri tingkah laku yang
dimiliki. kontrol diri merupakan kemampuan individu dalam merespons suatu
situasi. kontrol diri juga dapat diartikan sebagai kemampuan untuk membimbing
tingkah laku sendiri. Dalam istilah akhlak Islam, control diri dikenal dengan istilah
mujahadah an- nafs. Menurut Ibnu Manzur dalam Lisanul Arab, mujahadah secara
adalah menyapih jiwa dari syahwat dan melepaskan hati dari agan-angan rusak
serta syahwat. Sedangkan, nafs bermakna ruh, hati, hakikat, kebesaran,
kesombongan, obsesi, kebanggaan, harga diri, dan sebagainya.
Menurut istilah
mujahadah an-nafs adalah memerangi jiwa yang selalu menyuruh berbuat
buruk dengan cara memaksanya melakukan hal-hal berat yang diperintahkan
syariat. Mujahadah an nafs juga beraarti perjuangan yang mengandalkan unsure
batin atau kalbu.
a.
Surah Al-anfal ayat 72
tentang mujahadah an-nafs
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan
berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan
orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertoIongan (kepada orang-orang
muhajirin), mereka itu satu sama lain lindung-melindungi. dan (terhadap)
orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, Maka tidak ada kewajiban
sedikitpun atasmu melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. (akan tetapi) jika
mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, Maka kamu
wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada Perjanjian
antara kamu dengan mereka. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.
b.
Inti sari
Golangan
Pertama, yaitu golangan yang memperoleh derajat tertinggi dan mulia di sisi
Allah, yaitu kaum muhajirin yang pertama-tama bersama Nabi Muhammad saw. Dan
orang-orang yang menyusul berhijrah sebelum terjadinya perang badar. Golongan
pertama ini selain berjuang di Madinah bersama-sam kaum ansar mereka juga
sebelumnya telah berjuang melakukan kekerasaan dan penganiayaan terhadap orang
yang beriman kepada agama yang dibawa oleh Nabi Muhamad saw. Golangan kedua,
yaitu kaum ansar di madinah yang memeluk agama Islam, beriman kepada Nabi saw.
Dan mereka berjanji kepada Nabi dan kaum muhajirin akan sama-sama berjuang di
jalan Allah, bersedia menanggung segala resiko dan duka perjuangan. Mereka
juaga siap berkorban dengan harta dan jiwa. Golongan ketiga, yaitu golongan
kaum muslimin yang tidak berhijrah ke madinah dan tetap tinggal di mekah,
ditengah-tengah orang kafir Quraisy.[1]
Berbagai bentuk
serangan, intimidasi, dan kekejaman yang dilakukan olehorang-orang musyrik
Mekah telah menyebabkan Nabi Muhammad saw. Dankaum muslimin berhijrah
meninggalkan rumah dan kampung halaman mereka diMekah menuju Madinah. Di dalam
sejarah Islam, mereka yang berhijrah disebutsebagai kaum Muhajirin. Adapun
warga Madinah yang telah beriman kepadaNabi Muhammad saw. dan menerima kedatangan
kaum Muhajirin disebut kaumAn¡ar.
Peristiwa
bersejarah itu bukanlah sekadar perpindahan yang bersifatgeografis, yaitu
perpindahan manusia dari suatu tempat ke tempat lain yangbaru. Jika hal itu
merupakan perpindahan atau pergerakan sekelompokmasyarakat yang bersifat
geografis dan bernilai biasa-biasa saja, tentunyatidak perlu sejauh itu mereka
menempuh perjalanan sangat berat ke Madinah.Juga peristiwa itu bukanlah
perpindahan manusia yang didasarkan pada motifekonomi atau kepentingan politik
tertentu. Jika ada motif ekonomi, mengapakaum Muhajirin malah meninggalkan
berbagai harta kekayaan mereka di Mekahdan tidak memboyongnya ke Madinah.
Hijrah
merupakan peristiwa dahsyat dalam sejarah agama dan kemanusiaan.Dari sudut
keagamaan, hijrah merupakan peristiwa keagamaan karena berkaitanerat dengan
perjuangan Nabi Muhammad saw. dan sahabat-sahabat beliau dalammemperjuangkan
tegaknya Islam di Mekah. Adapun dari sudut kemanusiaan,peristiwa hijrah
merupakan implementasi dari ajaran agama Islam mengenaipentingnya menghormati,
menjaga, dan menegakkan nilai-nilai kemanusiaan.
c.
Hadis tentang mujahadah an-nafs
اَبِى
هُرَيْرَةَ قَالَ رَسُوْلُ اللهُ ص . م. المُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَاحَبُّ
اِلَى اللهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ وَفِي كُلِّ خَيْرٌ اِحْرِصٌ عَلَى مَا
يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنُ بِاللهِ وَلاَ تَعْجَزْ وَاِنْ اَصَابَكَ شَيْئٌ فَلاَ
تَقُلْ لَوْ اَنِّى فَعَلْتَ كَانَ كَذَا وَكَذَا وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللهِ
وَامَاشَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْتَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ. رواه مسلم
Artinya :
“Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah
saw. bersabda: Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai Allah dari pada orang
mukmin yang lemah. Masing-masing ada kebaikannya. Bersemangatlah untuk
mengerjakan sesuatu yang bermanfaat bagi
dirimu, serta mohonlah pertolongan Allah, dan janganlah lemah. Kalau tertimpa
sesuatu janganlah kamu mengucapkan: Seandainya aku berbuat begini tentu akan
terjadi begini, namun katakanlah apa yang telah ditentukan Allah dan apa yang
dikehendaki pasti akan terjadi. Karenakata “seandainya” itu akan memberi jalan
kepada setan.” (H.R. muslim: 4816)
2.
Manfaat
memiliki sifat mujahadah an-nafs
Memerangi jiwa
adalah jihad yang paling sempurna. Jihad tersebut dapat dilakukan dengan
mencegah dari perbuatan maksiat. Dibawah ini firman Allah Q.s an-Nazi’at 40-41.
Artinya
Dan adapun orang-orang yang takut kepada
kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya,Maka
Sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya).
Ada tiga hal yang sama-sama penting kedudukanya
dalam agama kita, yaitu jihad, ijtihad, dan mujahadah. Perlu kita sadari bahwa
musuh terbesar manusia adalah hawa nafsu yang ada dalam dirinya. Nafsu adalah
organ rohani yang paling besar pengaruhnya dan paling banyak mengeluarkan
intruksi kepada anggota jasmani untuk bertindak dan berbuat. Watak hawa nafsu
condong kepada keburukan, lari dari kebaikan, dan memirintahkan kepada
keburukan.[2]
B.
Prasangka Baik (khusnuzan)
1.
Pengertian khusnuzan
Prasangka baik
atau khusnuzan berasal dari kata Arab yaitu khusnu yang artinya baik, dan zan
yang artinya prasangka. Jadi prasangka baik atau positive thinking dalam
terminologi Islam dikenal dengan istilah khusnuzan. Secara istilah khusnuzan
adalah sikap orang yang selalu berpikir positif terhadap apa yang telah
diperbuat oleh orang lain. Lawan dari sifat ini adalah buruk sangka (su’uzzan),
yaitu menyangka orang lain melakukan hal-hal buruk tanpa adanya bukti yang
benar. Dalam ilmu akhlak, khusnuzan dikelompokkan ke dalam tiga bagian, yaitu
khusnuzan kepada Allah Swt. khusnuzan kepada diri sendiri, dan khusnuzan kepada
orang lain. Prasangka baik adalah sifat sangat penting dimiliki oleh setiap
orang yang beriman. Sebaliknya, prasangka buruk adalah sifat yang harus dijauhi
dan dihindari.
2.
Surah al-hujarat ayat 12 tentang khusnuzan
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka
(kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa. dan janganlah
mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain.
Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah
mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
Khusnuzan
terbagi menjadi 3 yaitu:
a.
Khusnuzan kepada Allah swt
Khusnuzan terhadap Allah SWT artinya berbaik sangka pada Allah SWT,
Tuhan yang Maha Esa, pencipta alam semesta dan segala isinya yang bersifat
dengan segala sifat kesempurnaan serta bersih dari segala sifat kekurangan.
Husnuzan terhadap Allah SWT merupakan sikap mental dan termasuk salah Satu
tanda beriman kepada-Nya. Melahirkan sikap tawadu, dan selalu mendekatkan diri
kepada Allah, berbaik sangka kepada Allah merupakan cermin watak dan karakter
manusia dalam setiap usaha, manusia harus berbaik sangka kepada Allah bahwa
akan memberikan yang terbaik bagi dirinya terlepas dari hasil yang
diperolehnya. Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh imam
Ahmad berikut ini.
b.
Khusnuzan kepada sesama manusia
Husnuzan atau berbaik sangka terhadap sesama manusia, merupakan
sikap mental terpuji, yang harus diwujudkan melalui sikap lahir, ucapan dan
perbuatan yang baik sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan berkeluarga,
bertentangga serta bermasyarakat. Ada beberapa penyebab dari berburuk sangka
terhadap sesame diantaranya, rasa iri, dengki, dan dendam.kita terkadang salah
di dalam menuduh orang lain sikap suuzan sangat berbahaya. Perbuataan buruk
sangka dapat berakibat hilangnya hak asasi manusia. Maka dalam pergaulan
sehari-hari kita tidak boleh terburu-buru berprasangka jelek kepada orang lain
sebelum jelas permasalahanya. Hal itu dijelaskan dalam
Qur’an surah Al-Hujarat ayat 6 berikut ini:
Artinya:
“Wahai
0rang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepada mu membawa
suatu berita, maka telitilah kebenaranya. Agar tidak mencelakakan suatu kaum
karena kebodohan(kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuataan itu.”
c.
Husnuzan kepada diri sendiri
Dalam kehidupan sehari-hari kita menghadapi banyak sekali
tantangan. Dalam menghadapi segala tantangan itu. Kita harus husnuzan atau
percaya pada diri kita sendiri bahwa kita akan mampu menghadapinya. Kita tidak
boleh berprasangka jelek pada diri sendiri, bersikap pesimis, merasa tidak
mampu, dan berputus asa. Maka sebagai orang yang beriman kita dilarang untuk
berputus asa. Hal ini dijelaskan dalam Qura’an surah Yusuf ayat 87.
3.
Manfaat Husnuzan
a.
Menentramkan kehidupan secara lahir dan batin
b.
Dicintai Allah SWT
c.
Dapat menerima apa saja yang terjadi dalam kehidupan
d.
Dicintai oleh sesama manusia
4.
Hadis tentang Prasangka Baik
Rasulullah saw. bersabda:
“Jauhkanlah dirimu dari prasangka buruk,
karena sesungguhnya prasangka itu
sedusta-dusta pembicaran (yakni jauhkan dirimu dari menuduh seorang
berdasarkan sangkaan saja.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
C.
Ukhuwah
1.
Pengertian ukhuwah
Kata al- ukhuwah berarti persaudaraan. Kata tersebut diambil dari
akar kata akhun yang berarti teman akrab atau sahabat. Masyarakat muslim
mengenal istilah ukhuwah islamiyah. Ukhuwah islamiyah adalah rasa atau ikatan
persaudaraan sesame muslim, yang disatukan oleh akidah islamiyah yang sama.
Disamping itu, ukhuwah adalah salah satu konsep islam mengenai persudaraan.
Ajaran ukhuwah dalam islam bermakna suatu ikatan persaudaraan antara dua orang
atau lebih berdasarkaan keimanaan yang sama. Persaudaraan (ukhuwwah) dalam
Islam dimaksudkan bukan sebatas hubungan kekerabatan karena faktor keturunan,
tetapi yang dimaksud dengan persaudaraan dalam Islam adalah persaudaraan yang
diikat oleh tali aqidah (sesama muslim) dan persaudaraan karena fungsi
kemanusiaan (sesama manusia makhluk Allah Swt.). Kedua persaudaraan tersebut
sangat jelas dicontohkan oleh Rasulullah saw., yaitu mempersaudarakan antara
kaum Muhajirin dan kaum An¡ar, serta menjalin hubungan persaudaraan dengan
suku-suku lain yang tidak seiman dan melakukan kerja sama dengan mereka.
2.
Q.S. al-Hujurāt/49:10. Tentang ukhuwah
“Sesungguhnya orang-orang
mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang
berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.”
Pada ayat di
atas Allah Swt. menegaskan dua hal pokok. Pertama, bahwasesungguhnya
orang-orang mukmin itu bersaudara. Kedua, jika terdapatperselisihan
antarsaudara, kita diperintahkan oleh Allah Swt. untuk melakukaniślah (upaya
perbaikan atau perdamaian).Allah juga memerintahkan kaum muslim untuk senantiasa
bertakwa kepada Allah SWT. Wujud dari ketakwaan tersebut dapat berupa hidup
rukun dan damai sesama muslim. Jika kita bertakwa maka rahmat Allah akan
menyelimuti kaum muslimin sehingga terciptanya kehidupan yang bahagia, damai,
tentram, dan sejahtera.
Apa indikasi dari suatu persaudaraan? Rasulullah saw. bersabda,
“Demi Allah yang menguasai diriku! Seseorang di antara kalian tidak dianggap
beriman kecuali jika dia menyayangi saudaranya sesama mukmin sama seperti dia
menyayangi dirinya sendiri.” (H.R. Bukhari)
Dalam Qura’an
surah Al-Hujarat ayat 11 menegaskan bahwa:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah
sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang
ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan
merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan
janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang
mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk
sesudah iman dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah
orang-orang yang zalim.
3.
Hadis tentang Persaudaraan
Artinya:
Dari salim, dari bapaknya ia berkata, Rasullulah saw bersabda,”
sesama muslim itu bersaudara. Karena itu jangan menganiaya dan mendiamkannya.
Barangsiapa yang memperhatikan kepentingan saudaranya maka Allah akan memperhatikan
kepentinganya. Barangsiapa yang melapangkan suatu kesulitan terhadap sesama
muslim maka Allah akan melapangkan suatu kesulitan dari beberapa kesulitan
dihari kiamat. Dan barangsiapa yang menutupi kejelekan orang lain maka Allah
akan menutupi kejelekanya dari kiamat.”( H.R. Bukhari: 2262 dan H.R Muslim:
4677)
4.
Manfaat ukhuwah
Dalam ukhuwah islamiyah. Ada proses atau tahapan unsur-unsur yang
harus diperhatikan oleh umat manusia. Proses dalam ukhuwah islamiyah ini akan
membuat persaudaran semakin kuat. Ada beberapa yang harus diperhatikan dalam
proses ukhuwah islamiyah, yaitu:
a.
I’tisam billah berarti berpegang teguh pada tali Allah.
b.
Ta’aruf berarti saling mengenal
c.
Tafahum berarti saling memahami dan mengerti.
d.
Ta’liful qulub berarti menyatukan hati terhadap sesame Islam dengan
tidak pilih kasih dan membangun rasa cinta terhadap sesama
e.
Ta’awun berarti tolong-menolong
f.
Takaluful- ijmtima,I berarti saling melindungi dan merasa senasib[3]
BAB
III
TELA’AH
MATERI
A.
Subtansi (Isi)
a.
Tafsir Surah Al-anfal ayat
72 tentang mujahadah an-nafs
Abu
Ja’far berkata; orang yang beriman yang dimaksud oleh Allah dalam ayat ini
adalah orang yang membenarkan Allah dan Rasul-Nya tapi mereka tidak hijrah
meninggalkan kaumnya yang masih kafir dan tidak memisahkan diri dengan mereka
untuk bergabung dengan negeri islam.
“kamu
tidak mempunyai,” wahai kaum mukmin yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
yang berhijrah meninggalkan kaumnya yang masih kafir.
“sedikit
pun atasmu melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah.” Maksudnya adalah sampai mereka meninggalkan
kaumnya dan rumahnya dari negeri-negeri harb menuju negeri islam
“ dan jika mereka meminta pertolonganmu dalam
hal agama,” artinya, bila mereka yang belum berhijrah itu memintamu
menolong mereka dalam urusan agama dengan memerangi musuh kalian dari kalangan
musyrikin.
“ maka
wajib lah atas kalian,” wahai orang-orang mukmin yang sudah berhijrah dan
orang-orang anshar kecuali mereka meminta tolong kepada kalian untuik memerangi
orang-orang yang ada perjanjian dengan kalian, maka kalian tidak boleh
memerangi mereka.
“ dan Allah maha Melihat apa yanmgh kalian kerjakan,” maksudnya adalah, Allah
Maha Melihat segala perbuatan kalian, berupa pelaksaan perintah-Nya untuk
memberikan hak wilayah satu sama lain antara Muhajirin dan Anshar, serta tidak
memberikannya kepada orang muknin yang tidak berhijrah, juga pertolongan yang
kalian berikan kepada mereka ketika mereka meminta tolong dalam hal agama serta
semua hal yang diwajibkan Allah atas kalian. Allah Maha Melihat, dan tak ada
yang tersembunyi dari-Nya, baik dari hal-hal tersebut maupun hal-hal yang
lainnya[4]
b.
Tafsir Surah Al-Hujurat ayat
12 tentang Husnuzan
Ayat diatas masih merupakan lanjutan tuntutan ayat yang lalu hanya
disini hal-hal buruk yang sifatnya tersembunyi. Karena itu, panggilan mesra
kepada orang-orang beriman diulangi untuk kelima kalinya. Disisi lain,
memanggil dengan panggilan buruk yang telah dilarang olehn ayat yang lalu boleh
jadi panggilan itu dilakukan atas dasar dugaan yang tidak berdasar. Karena itu
ayat diatas menyatakan : hai orang-orang
yang beriman, jauhilah dengan upaya sungguh-sungguh banyak dari dugaan, yakni
prasangka buruk terhadap manusia yang tidak memiliki indicator memadai, sesungguhnya sebagian dugaan, yakni yang tidak memilikim indicator itu
adalah dosa,
Karena tidak jarang prasangka buruk mengundang upaya mencari tahu,
maka ayat diatas melanjutkan bahwa :dan
janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain yang justru ditutupi oleh
pelakunya serta jangan juga melangkah lebih luas, yakni sebagian kamu menggunjing, yakni membicarakan aib sebagian yang lain. Sukakah salah seorang
diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah jika
itu disodorkan kepada kamu. Kamu telah merasa jijik kepadanya dan akan
menghindari memakan daging saudara sendiri itu. Karena itu hindarilah
pergunjingan karena ia sama dengan memakan daging saudara yang telah meninggal
dunia dan bertakwalah kepada Allah, yakni
hindari siksa-Nya dan menjauhi larangan-Nya serta bertaubatlah atas aneka kesalahan,
sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat
lagi Maha Penyayang. [5]
Ayat diatas menegaskan bahwa sebagian dari dugaan adalah dosa,
yakni dugaan yang tidak berdasar. Biasanya, dugaan yang tidak berdasar dan
mengakibatkan dosa adalah dugaan buruk terhadap pihak lain. Ini berarti ayat
diatas melarang melakukan dugaan buruk yang tanpa dasar karena ia dapat
menjerumuskan seseorang kedalam dosa. Dengan demikian ayat ini mengukuhkan
prinsip bahwa : tersangka sebelum terbukti kesalahannya, bahkan seseorang tidak
dapat dituntut seselum terbukti kebenaran dugaan yang dihadapkan kepadanya.
Dalam konteks ini Rasullullah berpesan “jika
kamu menduga (yakni terrlintas dalam benak kamu sesuatu yang buruk terhadap
orang lain) maka jangan lanjutkan
dugaanmu derngan melangkah lebih jauh (H.R Ath-Thabarani).
c.
Tafsir Surah Al-Hujurat ayat
10 tentang ukhuwah
Ayat diatas menjelaskan untuk perlu melakukan perdamaian antara dua
kelompok. Itu diperlukan dilakukan dan Islah perlu ditegakan karena sesungguhnya
orang-orang mukmin yang mantap imanya serta dihimpun oleh keimanan, kendati
tidak sekuturanan, adalah bagaikan bersaudara seketurunan, dengan
demikian mereka memiliki keterkaitan bersama dalam iman dan juga keterkaitan
bagaikan seketrunan; karena itu, wahai orang-orang beriman yang tidak
terlibat langsung dalam pertikaian antara kelompok-kelompok, damikanlah
walau pertikaian itu hanya terjadi antara kedua saudara kamu apalagi
jika jumlah yang bertikai lebih dari dua orang dan bertakwalah kepada Allah,
yakni jagalah diri kamu agar tidak ditimpa bencana, baik akibat pertikaian
itu maupun selainya. Supaya kamu mendapatkan rahmat antara lain rahmat
persatuan dan kesatuan.
Al-hujarat
ayat 11
Ayat ini menjelaskan hai orang-orang
yang beriman janganlah suatu kaum, yakni kelompok pria, mengolok-ngolok
kelompok pria yang lain karena hal tersebut dapat menimbulkan pertikan
walau diolok-olok itu lebih baik dari mereka yang mengolok-ngolok
sehingga dengan demikian yang berolok-olok melakukan kesalahan berganda.
Pertama mengolok-ngolok dan kedua yang diolok-olok lebuh baik dari mereka; dan janganlah
pula wanita-wanita, yakni mengolok-ngolok, terhadap wanita lain kareana ini
menimbulkan keretakan hubungan antara mereka, apalagi boleh jadi mereka,yakni
wanita-wanita yang diperolok-olok itu.lebih baik dari mereka, yakni
wanita yang mengolok-olok itu,dan janganlah kamu mengejek siapapunsecara
sembunyi-sembunyi dengan ucapan, perbuatan, atau isyarat karena ejekan itu akan
menimpa diri kamu sendiri dan janganlah kamu pangil-memanggil dengan
gelar-gelar yang dinilai buruk oleh yang kamu pangil walau kamu
menilainya benar dan indah baik kamu yang menciptakan gelarnya maupun orang lain.
seburuk-buruk pangilan ialah pangilan kefasikan, siapa yang bertaubat
sesudah melakukan hal-hal buruk itu, maka mereka adalah orang-orang yang
menulusuri jalan lurus dan barang siapa yang tidak bertaubat, amak mereka itulah
orang-orang yang zalim dan mantap kezalimanya dengan menzalimi orang
lain dan diri sendiri.[6]
d.
Hadis kasih sayang sesama mukmin
Artinya:
Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal kencintaan, kasih sayang
dan belas kasihan sesame mereka, laksana satu tubuh. Jika sakit satu anggota dari
tubuh tersebut maka akan menjalarlah kesakitan itu pada semua anggota tubuh itu
dengan menimbulkan tidak bisa tidur dan demam [7]
Sebagian Ulama membagi ukhuwah dalam tiga macam, sebagai berikut:
a.
Ukhuwwaah islamiyah adalah rasa persaudaraan yang didasarkan pada
persamaan akidah, keimanan. Ukhuwah
antara sesame islam, apa pun bangsa dan negaranya, sukunya, bahasanya
asalkan dia satu keyakinan dan keimanan dengan kita, maka ia adalah saudara
kita.
b.
Ukhuwwah wataniyah adalah rasa persaudaraan yang didasarkan pada
rasa persamaan bangsa dan Negara. Apapun suku, bangsa, bahasa, budaya, dan
agamanya asalkan ia satu Negara dengan kita maka ia adalah saudara kita
sebangsa dan setanah air. Ukhuwah ini sudah lintas budaya dan lintas agama.
c.
Ukhuwwah basyariyyah/insaniyyah, yaitu rasa persaudaraan yang
didasarkan pada rasa/nilai-nilai kemanusiaan (humanism). Siapa pun orangnya,
apa pun warna kulitnya, bahasanya, bangsanya, negaranya, agamanya selama ia
disebut manusia maka ia disebut saudara kita. Ukhuwah dalam bentuk biasanya
lintas agama, lintas budaya, lintas bangsa dan negara
beberapa contoh perilaku yang mencerminkan
sikap pengendalian diri, Husnuzan, dan persaudaraan, baik di lingkungan
keluarga,sekolah, masyarakat sekitar, hingga masyarakat dunia!
1.
Pengendalian Diri (Mujāhadah an-Nafs)
a.
Bersabar dengan tidak membalasterhadap ejekan atau cemoohanteman
yang tidak suka terhadapkamu.
b.
Memaafkan kesalahan teman danorang lain yang berbuat “aniaya”kepada
kita.
c.
Menjauhi sifat dengki atau iri hati kepada orang lain dengan tidak
membalas kedengkian mereka kepada kita.
2.
Prasangka Baik
a.
Memberikan apresiasi atas prestasi yang dicapai oleh teman atau
orang laindalam bentuk ucapan atau pemberian hadiah.
b.
Menerima dan menghargai pendapat teman/orang lain meskipun
pendapattersebut berlawanan dengan keinginan kita.
c.
Memberi sumbangan sesuai kemampuan kepada peminta-minta yang
datangke rumah kita.
d.
Turut serta dalam kegiatan-kegiatan sosial baik ketika di
lingkungan rumah,sekolah, ataupun masyarakat.
e.
Mengerjakan tugas-tugas yang diberikan kepada kita dengan penuh
tanggungjawab.
3.
Persaudaraan (Ukhuwwah)
a.
Menjenguk/mendoakan/membantuteman/orang lain yang sedang sakitatau
terkena musibah.
b.
Mendamaikan teman atau saudarayang berselisih agar mereka sadardan
kembali bersatu.
c.
Bergaul dengan orang lain dengantidak memandang suku,
bahasa,budaya, dan agama yang dianutnya. kegiatan yang dapat merugikanorang
lain.
d.
Menghargai perbedaan sukur, bangsa, agama, dan budaya teman/orang
lain.
4.
Beberapa ruang lingkup takwa
a)
Hubungan Manusia Dengan Allah
Dapat
dilakukan Sebagai berikut:
·
Beriman Kepada Allah
·
Beribadah kepada Allah, mensyukuri nikmat, bersabar
b)
Hubungan manusia dengan diri sendiri
Diantaranya
dengan senantiasa
·
Sabar, pemaaf, adil, ikhlas.
·
Mengembangkan semua sikap yang terkandung dalam akhlak atau budi
perkerti yang baik.
c).
Hubungan Manusia dengan sesame Manusia
Diantara
manusia dengan manusia lain dalam masyarakat dapat dipelihara antara lain:
·
Tolong-menolong, menempati janji,
·
Lapang dada
·
Menegakan keadilan dan berlaku adil terhadap diri sendiri dan orang
lain.[8]
B.
Telaah Formatif
Dalam
pembahasan yang terdapat pada mata
pelajaran PAI kelas X untuk jenjang
pendidikan SMA yang perlu di telaah dan diperhatikan adalah sebagai berikut.
1.
Kompetensi Inti
KI-2.Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung
jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerja sama, cinta
damai, responsif dan pro aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi
atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menepatkan diri sebagai cermin bangsa
dalam pergaulan dunia.
KI-3. Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan
faktual, konseptual, prosedur dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya,
dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
KI-4. Mengolah,
menalar, dan menyaji dalam ranah konkrit dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya disekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metode sesuai kaidah ilmuan.
2.
Kompetensi Dasar
2.3
Menunjukkan perilaku kontrol diri (mujāhadah an-nafs), prasangka
baik (husnuzhan), dan persaudaraan (ukhuwwah) sebagai implementasi dari pemahaman Q.S. al-Anfāl /8:72, Q.S. alHujurāt/49:12 dan Q.S. al-Hujurāt /49:10 serta
hadis yang terkait.
3.1
Menganalisis Q.S. al-Anfāl /8:72, Q.S. al-Hujurāt/49:12 dan Q.S. alHujurāt /49:10 serta hadis tentang kontrol diri (mujāhadah an-nafs), prasangka baik (husnu§§han), dan persaudaraan (ukhuwwah).
3.
Metode Pembelajaran
Menurut pemakalah
untuk materi yang kami bahas ini yang
ini ditonjolkan adalah metode ceramah,diskusi dan Tanya jawab. Karena agar
siswa bisa mengerti tentang isi materi yang diajarkan tersebut.
4.
Telaah Bahasa
Untuk masalah bahasa yang digunakan menurutpenulisi dari segi
bahasan sudah mudah untuk dipahami oleh siswa tingkat SMA
Kelas X. Sehingga bahasa yang terdapat dalam materi tersebut bisa
tersampaikan untuk perserta didik, dan sudah tersedia penjelasanya langsung.
5.
Materi
Dalam penyajian materi yang terdapat dalam pembahasan tersebut,
menurut penulis sudah sesuai materi
untuk tingkat SMA kelas X .karena disesuaikan dengan tingkat pemahaman siswa
BAB
IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
kontrol
diri artinya mengendalikan diri sendiri atau mengatur sendiri tingkah laku yang
dimiliki. kontrol diri merupakan kemampuan individu dalam merespons suatu
situasi. kontrol diri juga dapat diartikan sebagai kemampuan untuk membimbing
tingkah laku sendiri.Prasangka baik atau khusnuzan berasal dari kata Arab yaitu
khusnu yang artinya baik, dan zan yang artinya prasangka. Jadi prasangka baik
atau positive thinking dalam terminologi Islam dikenal dengan istilah
khusnuzan. Secara istilah khusnuzan adalah sikap orang yang selalu berpikir
positif terhadap apa yang telah diperbuat oleh orang lain.Kata al- ukhuwah
berarti persaudaraan. Kata tersebut diambil dari akar kata akhun yang berarti
teman akrab atau sahabat. Masyarakat muslim mengenal istilah ukhuwah islamiyah.
Ukhuwah islamiyah adalah rasa atau ikatan persaudaraan sesame muslim, yang
disatukan oleh akidah islamiyah yang sama.
B. Saran
Makalah ini mungkin sangat jauh dari kata sempurna. Untuk itu
penulis selalu mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian, agar
menjadi masukan dan perbaikan bagi penulis sehingga kedepannya makalah ini
menjadi lebih baik.
DAFTAR FUSTAKA
Abdurahman, 2014. Pengembangan Pendidikan Agama Islam dan Budi
Perketi 1A, kelas X semester 1. PT
Tiga Serangkai.
Husein Bahreisj, 1987. Himpunan Hadis-Hadis Muslim,
Surabaya: PT Al-Ikhlas
M.Quraish Shihab,2002. TAfsir Al-Misbah”.Jakarta: Pustaka
Azzam
Akhmad Affan,2008 “ Tafsir Ath-Thabari”. Jakarta: Pustaka
Azzam
Mohamammad Daud Ali,1998 ”pendidikan Agama Islam”.Jakarta:
Pt RajaGrafindo Persada.
[1] Abdurahman, pengembangan pendidikan agama Islam dan Budi Perketi
1A’’ (PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri,2014).hlm. 12
[3]Ibid. 19-21
[4] Akhmad Affan, “Tafsir Ath-Thabari”.( Jakarta: Pustaka Azzam,
2008).hlm 193
[5] M.Quraish Shihab.” Tafsir Al-Misbah”(Jakarta:Lentera
Hati.2002).hlm.608
[6]Ibid. 598-605
[7] Husein Bahreisj,”Himpunan
Hadist-Hadis Muslim.(Surabaya:PT Al-Ikhlas,1987).hlm 20
[8] H. Mohamammad Daud Ali,pendidikan Agama Islam.(Jakarta: Pt
RajaGrafindo Persada.1998).hlm.367-371
Tidak ada komentar:
Posting Komentar