Laman

Rabu, 09 November 2016

Telaah Materi Kontrol Diri

BAB  I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Allah SWT ciptakan pada diri kita akal, nurani, dan hawa nafsu.Akal mengajak kita berfikir rasional, nurani mengajak kita untuk melakukan perbuatan baik, seedangkan hawa nafsu selalu mengajak manusia melakukan perbuatan buruk dan melanggar hukum Allah SWT.Oleh karena itu kita harus mengendalikan hawa nafsu melalui kekuatan nurani dan akal. Jika hawa nafsu tidak dikendalikan maka diri kitalah yang akan dikendalikan.
Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain. Interaksi sosial diantara sesama manusia akan berjalan baik dan harmonis jika dilandasi nilai-nilai Islam. Diantaranya dengan selalu berprasangka baik kepada orang lain, saling membantu dan menjaga hubungan persaudaraan. Banyak konflik terjadi ditengah-tengah masyarakat karena dipicu oleh sikap saling curiga. Pada dasarnya setiap orang ingin dihormati dan perlakukan secara baik. Oleh karena itu kita harus berprasangka baik dan menjaga keharmonisan hubungan dengan orang lain.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian mujahadah an Nafs ?
2.      Apa dalil dan Hadis tentang mujahadah an nafs ?
3.      Apa pengertian Husnuzan serta dalil dan Hadis?
4.      Apa pengertian ukhuwah serta dalil dan Hadis?

C.     Tujuan Penulisan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini, selain memenuhi tugas mata kuliah, penyusun juag ingin mengetahu berbagai hal mujahadah an- nafs,Husnuzan, Ukhuwah, baik dari pengertian maupun dari macam-macamnya.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Memahami Makna mujahadah an-nafs
1.      pengertian (Mujāhadah an-Nafs)
kontrol diri artinya mengendalikan diri sendiri atau mengatur sendiri tingkah laku yang dimiliki. kontrol diri merupakan kemampuan individu dalam merespons suatu situasi. kontrol diri juga dapat diartikan sebagai kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri. Dalam istilah akhlak Islam, control diri dikenal dengan istilah mujahadah an- nafs. Menurut Ibnu Manzur dalam Lisanul Arab, mujahadah secara adalah menyapih jiwa dari syahwat dan melepaskan hati dari agan-angan rusak serta syahwat. Sedangkan, nafs bermakna ruh, hati, hakikat, kebesaran, kesombongan, obsesi, kebanggaan, harga diri, dan sebagainya.
Menurut istilah mujahadah an-nafs adalah memerangi jiwa yang selalu menyuruh berbuat buruk dengan cara memaksanya melakukan hal-hal berat yang diperintahkan syariat. Mujahadah an nafs juga beraarti perjuangan yang mengandalkan unsure batin atau kalbu.
a.       Surah  Al-anfal ayat 72 tentang mujahadah an-nafs
Artinya: 
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertoIongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain lindung-melindungi. dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, Maka tidak ada kewajiban sedikitpun atasmu melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. (akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, Maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada Perjanjian antara kamu dengan mereka. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.
b.      Inti sari
Golangan Pertama, yaitu golangan yang memperoleh derajat tertinggi dan mulia di sisi Allah, yaitu kaum muhajirin yang pertama-tama bersama Nabi Muhammad saw. Dan orang-orang yang menyusul berhijrah sebelum terjadinya perang badar. Golongan pertama ini selain berjuang di Madinah bersama-sam kaum ansar mereka juga sebelumnya telah berjuang melakukan kekerasaan dan penganiayaan terhadap orang yang beriman kepada agama yang dibawa oleh Nabi Muhamad saw. Golangan kedua, yaitu kaum ansar di madinah yang memeluk agama Islam, beriman kepada Nabi saw. Dan mereka berjanji kepada Nabi dan kaum muhajirin akan sama-sama berjuang di jalan Allah, bersedia menanggung segala resiko dan duka perjuangan. Mereka juaga siap berkorban dengan harta dan jiwa. Golongan ketiga, yaitu golongan kaum muslimin yang tidak berhijrah ke madinah dan tetap tinggal di mekah, ditengah-tengah orang kafir Quraisy.[1]
Berbagai bentuk serangan, intimidasi, dan kekejaman yang dilakukan olehorang-orang musyrik Mekah telah menyebabkan Nabi Muhammad saw. Dankaum muslimin berhijrah meninggalkan rumah dan kampung halaman mereka diMekah menuju Madinah. Di dalam sejarah Islam, mereka yang berhijrah disebutsebagai kaum Muhajirin. Adapun warga Madinah yang telah beriman kepadaNabi Muhammad saw. dan menerima kedatangan kaum Muhajirin disebut kaumAn¡ar.
Peristiwa bersejarah itu bukanlah sekadar perpindahan yang bersifatgeografis, yaitu perpindahan manusia dari suatu tempat ke tempat lain yangbaru. Jika hal itu merupakan perpindahan atau pergerakan sekelompokmasyarakat yang bersifat geografis dan bernilai biasa-biasa saja, tentunyatidak perlu sejauh itu mereka menempuh perjalanan sangat berat ke Madinah.Juga peristiwa itu bukanlah perpindahan manusia yang didasarkan pada motifekonomi atau kepentingan politik tertentu. Jika ada motif ekonomi, mengapakaum Muhajirin malah meninggalkan berbagai harta kekayaan mereka di Mekahdan tidak memboyongnya ke Madinah.
Hijrah merupakan peristiwa dahsyat dalam sejarah agama dan kemanusiaan.Dari sudut keagamaan, hijrah merupakan peristiwa keagamaan karena berkaitanerat dengan perjuangan Nabi Muhammad saw. dan sahabat-sahabat beliau dalammemperjuangkan tegaknya Islam di Mekah. Adapun dari sudut kemanusiaan,peristiwa hijrah merupakan implementasi dari ajaran agama Islam mengenaipentingnya menghormati, menjaga, dan menegakkan nilai-nilai kemanusiaan.
c.       Hadis tentang mujahadah an-nafs

اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ رَسُوْلُ اللهُ ص . م. المُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَاحَبُّ اِلَى اللهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ وَفِي كُلِّ خَيْرٌ اِحْرِصٌ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنُ بِاللهِ وَلاَ تَعْجَزْ وَاِنْ اَصَابَكَ شَيْئٌ فَلاَ تَقُلْ لَوْ اَنِّى فَعَلْتَ كَانَ كَذَا وَكَذَا وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللهِ وَامَاشَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْتَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ. رواه مسلم
Artinya :
“Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw. bersabda: Orang mukmin yang kuat lebih baik  dan lebih disukai Allah dari pada orang mukmin yang lemah. Masing-masing ada kebaikannya. Bersemangatlah untuk mengerjakan  sesuatu yang bermanfaat bagi dirimu, serta mohonlah pertolongan Allah, dan janganlah lemah. Kalau tertimpa sesuatu janganlah kamu mengucapkan: Seandainya aku berbuat begini tentu akan terjadi begini, namun katakanlah apa yang telah ditentukan Allah dan apa yang dikehendaki pasti akan terjadi. Karenakata “seandainya” itu akan memberi jalan kepada setan.” (H.R. muslim: 4816)
2.   Manfaat memiliki sifat mujahadah an-nafs
Memerangi jiwa adalah jihad yang paling sempurna. Jihad tersebut dapat dilakukan dengan mencegah dari perbuatan maksiat. Dibawah ini firman Allah Q.s an-Nazi’at 40-41.

Artinya
Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya,Maka Sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya).
Ada tiga hal yang sama-sama penting kedudukanya dalam agama kita, yaitu jihad, ijtihad, dan mujahadah. Perlu kita sadari bahwa musuh terbesar manusia adalah hawa nafsu yang ada dalam dirinya. Nafsu adalah organ rohani yang paling besar pengaruhnya dan paling banyak mengeluarkan intruksi kepada anggota jasmani untuk bertindak dan berbuat. Watak hawa nafsu condong kepada keburukan, lari dari kebaikan, dan memirintahkan kepada keburukan.[2]

B.     Prasangka Baik (khusnuzan)
1.      Pengertian khusnuzan
Prasangka baik atau khusnuzan berasal dari kata Arab yaitu khusnu yang artinya baik, dan zan yang artinya prasangka. Jadi prasangka baik atau positive thinking dalam terminologi Islam dikenal dengan istilah khusnuzan. Secara istilah khusnuzan adalah sikap orang yang selalu berpikir positif terhadap apa yang telah diperbuat oleh orang lain. Lawan dari sifat ini adalah buruk sangka (su’uzzan), yaitu menyangka orang lain melakukan hal-hal buruk tanpa adanya bukti yang benar. Dalam ilmu akhlak, khusnuzan dikelompokkan ke dalam tiga bagian, yaitu khusnuzan kepada Allah Swt. khusnuzan kepada diri sendiri, dan khusnuzan kepada orang lain. Prasangka baik adalah sifat sangat penting dimiliki oleh setiap orang yang beriman. Sebaliknya, prasangka buruk adalah sifat yang harus dijauhi dan dihindari.
2.      Surah al-hujarat ayat 12 tentang khusnuzan
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
Khusnuzan terbagi menjadi 3 yaitu:
a.       Khusnuzan kepada Allah swt
Khusnuzan terhadap Allah SWT artinya berbaik sangka pada Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa, pencipta alam semesta dan segala isinya yang bersifat dengan segala sifat kesempurnaan serta bersih dari segala sifat kekurangan. Husnuzan terhadap Allah SWT merupakan sikap mental dan termasuk salah Satu tanda beriman kepada-Nya. Melahirkan sikap tawadu, dan selalu mendekatkan diri kepada Allah, berbaik sangka kepada Allah merupakan cermin watak dan karakter manusia dalam setiap usaha, manusia harus berbaik sangka kepada Allah bahwa akan memberikan yang terbaik bagi dirinya terlepas dari hasil yang diperolehnya. Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh imam Ahmad berikut ini.
b.      Khusnuzan kepada sesama manusia
Husnuzan atau berbaik sangka terhadap sesama manusia, merupakan sikap mental terpuji, yang harus diwujudkan melalui sikap lahir, ucapan dan perbuatan yang baik sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan berkeluarga, bertentangga serta bermasyarakat. Ada beberapa penyebab dari berburuk sangka terhadap sesame diantaranya, rasa iri, dengki, dan dendam.kita terkadang salah di dalam menuduh orang lain sikap suuzan sangat berbahaya. Perbuataan buruk sangka dapat berakibat hilangnya hak asasi manusia. Maka dalam pergaulan sehari-hari kita tidak boleh terburu-buru berprasangka jelek kepada orang lain sebelum jelas permasalahanya. Hal itu dijelaskan dalam
Qur’an surah Al-Hujarat ayat 6 berikut ini:

Artinya:
“Wahai 0rang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepada mu membawa suatu berita, maka telitilah kebenaranya. Agar tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan(kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuataan itu.”
c.       Husnuzan kepada diri sendiri
Dalam kehidupan sehari-hari kita menghadapi banyak sekali tantangan. Dalam menghadapi segala tantangan itu. Kita harus husnuzan atau percaya pada diri kita sendiri bahwa kita akan mampu menghadapinya. Kita tidak boleh berprasangka jelek pada diri sendiri, bersikap pesimis, merasa tidak mampu, dan berputus asa. Maka sebagai orang yang beriman kita dilarang untuk berputus asa. Hal ini dijelaskan dalam Qura’an surah Yusuf ayat 87.
3.      Manfaat Husnuzan
a.       Menentramkan kehidupan secara lahir dan batin
b.      Dicintai Allah SWT
c.       Dapat menerima apa saja yang terjadi dalam kehidupan
d.      Dicintai oleh sesama manusia
4.      Hadis tentang Prasangka Baik
Rasulullah saw. bersabda:
“Jauhkanlah dirimu dari prasangka buruk, karena sesungguhnya prasangka itu  sedusta-dusta pembicaran (yakni jauhkan dirimu dari menuduh seorang berdasarkan sangkaan saja.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
C.     Ukhuwah
1.      Pengertian ukhuwah
Kata al- ukhuwah berarti persaudaraan. Kata tersebut diambil dari akar kata akhun yang berarti teman akrab atau sahabat. Masyarakat muslim mengenal istilah ukhuwah islamiyah. Ukhuwah islamiyah adalah rasa atau ikatan persaudaraan sesame muslim, yang disatukan oleh akidah islamiyah yang sama. Disamping itu, ukhuwah adalah salah satu konsep islam mengenai persudaraan. Ajaran ukhuwah dalam islam bermakna suatu ikatan persaudaraan antara dua orang atau lebih berdasarkaan keimanaan yang sama. Persaudaraan (ukhuwwah) dalam Islam dimaksudkan bukan sebatas hubungan kekerabatan karena faktor keturunan, tetapi yang dimaksud dengan persaudaraan dalam Islam adalah persaudaraan yang diikat oleh tali aqidah (sesama muslim) dan persaudaraan karena fungsi kemanusiaan (sesama manusia makhluk Allah Swt.). Kedua persaudaraan tersebut sangat jelas dicontohkan oleh Rasulullah saw., yaitu mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dan kaum An¡ar, serta menjalin hubungan persaudaraan dengan suku-suku lain yang tidak seiman dan melakukan kerja sama dengan mereka.
2.      Q.S. al-Hujurāt/49:10. Tentang ukhuwah
 “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.”
Pada ayat di atas Allah Swt. menegaskan dua hal pokok. Pertama, bahwasesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara. Kedua, jika terdapatperselisihan antarsaudara, kita diperintahkan oleh Allah Swt. untuk melakukaniślah (upaya perbaikan atau perdamaian).Allah juga memerintahkan kaum muslim untuk senantiasa bertakwa kepada Allah SWT. Wujud dari ketakwaan tersebut dapat berupa hidup rukun dan damai sesama muslim. Jika kita bertakwa maka rahmat Allah akan menyelimuti kaum muslimin sehingga terciptanya kehidupan yang bahagia, damai, tentram, dan sejahtera.
Apa indikasi dari suatu persaudaraan? Rasulullah saw. bersabda, “Demi Allah yang menguasai diriku! Seseorang di antara kalian tidak dianggap beriman kecuali jika dia menyayangi saudaranya sesama mukmin sama seperti dia menyayangi dirinya sendiri.” (H.R. Bukhari)
Dalam Qura’an surah Al-Hujarat ayat 11 menegaskan bahwa:
 Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.
3.      Hadis tentang Persaudaraan
Artinya:
Dari salim, dari bapaknya ia berkata, Rasullulah saw bersabda,” sesama muslim itu bersaudara. Karena itu jangan menganiaya dan mendiamkannya. Barangsiapa yang memperhatikan kepentingan saudaranya maka Allah akan memperhatikan kepentinganya. Barangsiapa yang melapangkan suatu kesulitan terhadap sesama muslim maka Allah akan melapangkan suatu kesulitan dari beberapa kesulitan dihari kiamat. Dan barangsiapa yang menutupi kejelekan orang lain maka Allah akan menutupi kejelekanya dari kiamat.”( H.R. Bukhari: 2262 dan H.R Muslim: 4677)
4.      Manfaat ukhuwah
Dalam ukhuwah islamiyah. Ada proses atau tahapan unsur-unsur yang harus diperhatikan oleh umat manusia. Proses dalam ukhuwah islamiyah ini akan membuat persaudaran semakin kuat. Ada beberapa yang harus diperhatikan dalam proses ukhuwah islamiyah, yaitu:
a.       I’tisam billah berarti berpegang teguh pada tali Allah.
b.      Ta’aruf berarti saling mengenal
c.       Tafahum berarti saling memahami dan mengerti.
d.      Ta’liful qulub berarti menyatukan hati terhadap sesame Islam dengan tidak pilih kasih dan membangun rasa cinta terhadap sesama
e.       Ta’awun berarti tolong-menolong
f.       Takaluful- ijmtima,I berarti saling melindungi dan merasa senasib[3]




BAB III
TELA’AH MATERI
A.      Subtansi (Isi)
a.       Tafsir Surah  Al-anfal ayat 72 tentang mujahadah an-nafs
Abu Ja’far berkata; orang yang beriman yang dimaksud oleh Allah dalam ayat ini adalah orang yang membenarkan Allah dan Rasul-Nya tapi mereka tidak hijrah meninggalkan kaumnya yang masih kafir dan tidak memisahkan diri dengan mereka untuk bergabung dengan negeri islam.
 “kamu tidak mempunyai,” wahai kaum mukmin yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya yang berhijrah meninggalkan kaumnya yang masih kafir.
  “sedikit pun atasmu melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah.”  Maksudnya adalah sampai mereka meninggalkan kaumnya dan rumahnya dari negeri-negeri harb menuju negeri islam
dan jika mereka meminta pertolonganmu dalam hal agama,” artinya, bila mereka yang belum berhijrah itu memintamu menolong mereka dalam urusan agama dengan memerangi musuh kalian dari kalangan musyrikin.
 maka wajib lah atas kalian,” wahai orang-orang mukmin yang sudah berhijrah dan orang-orang anshar kecuali mereka meminta tolong kepada kalian untuik memerangi orang-orang yang ada perjanjian dengan kalian, maka kalian tidak boleh memerangi mereka.
“ dan Allah maha Melihat apa yanmgh kalian kerjakan,”  maksudnya adalah, Allah Maha Melihat segala perbuatan kalian, berupa pelaksaan perintah-Nya untuk memberikan hak wilayah satu sama lain antara Muhajirin dan Anshar, serta tidak memberikannya kepada orang muknin yang tidak berhijrah, juga pertolongan yang kalian berikan kepada mereka ketika mereka meminta tolong dalam hal agama serta semua hal yang diwajibkan Allah atas kalian. Allah Maha Melihat, dan tak ada yang tersembunyi dari-Nya, baik dari hal-hal tersebut maupun hal-hal yang lainnya[4]




b.      Tafsir Surah  Al-Hujurat ayat 12  tentang Husnuzan
Ayat diatas masih merupakan lanjutan tuntutan ayat yang lalu hanya disini hal-hal buruk yang sifatnya tersembunyi. Karena itu, panggilan mesra kepada orang-orang beriman diulangi untuk kelima kalinya. Disisi lain, memanggil dengan panggilan buruk yang telah dilarang olehn ayat yang lalu boleh jadi panggilan itu dilakukan atas dasar dugaan yang tidak berdasar. Karena itu ayat diatas menyatakan : hai orang-orang yang beriman, jauhilah dengan upaya sungguh-sungguh  banyak dari dugaan, yakni prasangka buruk terhadap manusia yang tidak memiliki indicator memadai, sesungguhnya sebagian dugaan,  yakni yang tidak memilikim indicator itu adalah dosa,
Karena tidak jarang prasangka buruk mengundang upaya mencari tahu, maka ayat diatas melanjutkan bahwa :dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain yang justru ditutupi oleh pelakunya serta jangan juga melangkah lebih luas, yakni sebagian kamu menggunjing, yakni membicarakan aib sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah jika itu disodorkan kepada kamu.  Kamu telah merasa jijik kepadanya dan akan menghindari memakan daging saudara sendiri itu. Karena itu hindarilah pergunjingan karena ia sama dengan memakan daging saudara yang telah meninggal dunia dan bertakwalah kepada Allah, yakni hindari siksa-Nya dan menjauhi larangan-Nya serta bertaubatlah atas aneka kesalahan, sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. [5]
Ayat diatas menegaskan bahwa sebagian dari dugaan adalah dosa, yakni dugaan yang tidak berdasar. Biasanya, dugaan yang tidak berdasar dan mengakibatkan dosa adalah dugaan buruk terhadap pihak lain. Ini berarti ayat diatas melarang melakukan dugaan buruk yang tanpa dasar karena ia dapat menjerumuskan seseorang kedalam dosa. Dengan demikian ayat ini mengukuhkan prinsip bahwa : tersangka sebelum terbukti kesalahannya, bahkan seseorang tidak dapat dituntut seselum terbukti kebenaran dugaan yang dihadapkan kepadanya. Dalam konteks ini Rasullullah berpesan “jika kamu menduga (yakni terrlintas dalam benak kamu sesuatu yang buruk terhadap orang lain)  maka jangan lanjutkan dugaanmu derngan melangkah lebih jauh (H.R Ath-Thabarani).

c.       Tafsir Surah  Al-Hujurat ayat 10  tentang ukhuwah
Ayat diatas menjelaskan untuk perlu melakukan perdamaian antara dua kelompok. Itu diperlukan dilakukan dan Islah perlu ditegakan karena sesungguhnya orang-orang mukmin yang mantap imanya serta dihimpun oleh keimanan, kendati tidak sekuturanan, adalah bagaikan bersaudara seketurunan, dengan demikian mereka memiliki keterkaitan bersama dalam iman dan juga keterkaitan bagaikan seketrunan; karena itu, wahai orang-orang beriman yang tidak terlibat langsung dalam pertikaian antara kelompok-kelompok, damikanlah walau pertikaian itu hanya terjadi antara kedua saudara kamu apalagi jika jumlah yang bertikai lebih dari dua orang dan bertakwalah kepada Allah, yakni jagalah diri kamu agar tidak ditimpa bencana, baik akibat pertikaian itu maupun selainya. Supaya kamu mendapatkan rahmat antara lain rahmat persatuan dan kesatuan.
Al-hujarat ayat 11
      Ayat ini menjelaskan hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum, yakni kelompok pria, mengolok-ngolok kelompok pria yang lain karena hal tersebut dapat menimbulkan pertikan walau diolok-olok itu lebih baik dari mereka yang mengolok-ngolok sehingga dengan demikian yang berolok-olok melakukan kesalahan berganda. Pertama mengolok-ngolok dan kedua yang diolok-olok lebuh baik dari mereka; dan janganlah pula wanita-wanita, yakni mengolok-ngolok, terhadap wanita lain kareana ini menimbulkan keretakan hubungan antara mereka, apalagi boleh jadi mereka,yakni wanita-wanita yang diperolok-olok itu.lebih baik dari mereka, yakni wanita yang mengolok-olok itu,dan janganlah kamu mengejek siapapunsecara sembunyi-sembunyi dengan ucapan, perbuatan, atau isyarat karena ejekan itu akan menimpa diri kamu sendiri dan janganlah kamu pangil-memanggil dengan gelar-gelar yang dinilai buruk oleh yang kamu pangil walau kamu menilainya benar dan indah baik kamu yang menciptakan gelarnya maupun orang lain. seburuk-buruk pangilan ialah pangilan kefasikan, siapa yang bertaubat sesudah melakukan hal-hal buruk itu, maka mereka adalah orang-orang yang menulusuri jalan lurus dan barang siapa yang tidak bertaubat, amak mereka itulah orang-orang yang zalim dan mantap kezalimanya dengan menzalimi orang lain dan diri sendiri.[6]

d.      Hadis kasih sayang sesama mukmin
Artinya:
Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal kencintaan, kasih sayang dan belas kasihan sesame mereka, laksana satu tubuh. Jika sakit satu anggota dari tubuh tersebut maka akan menjalarlah kesakitan itu pada semua anggota tubuh itu dengan menimbulkan tidak bisa tidur dan demam [7]
Sebagian Ulama membagi ukhuwah dalam tiga macam, sebagai berikut:
a.       Ukhuwwaah islamiyah adalah rasa persaudaraan yang didasarkan pada persamaan akidah, keimanan. Ukhuwah  antara sesame islam, apa pun bangsa dan negaranya, sukunya, bahasanya asalkan dia satu keyakinan dan keimanan dengan kita, maka ia adalah saudara kita.
b.      Ukhuwwah wataniyah adalah rasa persaudaraan yang didasarkan pada rasa persamaan bangsa dan Negara. Apapun suku, bangsa, bahasa, budaya, dan agamanya asalkan ia satu Negara dengan kita maka ia adalah saudara kita sebangsa dan setanah air. Ukhuwah ini sudah lintas budaya dan lintas agama.
c.       Ukhuwwah basyariyyah/insaniyyah, yaitu rasa persaudaraan yang didasarkan pada rasa/nilai-nilai kemanusiaan (humanism). Siapa pun orangnya, apa pun warna kulitnya, bahasanya, bangsanya, negaranya, agamanya selama ia disebut manusia maka ia disebut saudara kita. Ukhuwah dalam bentuk biasanya lintas agama, lintas budaya, lintas bangsa dan negara
 beberapa contoh perilaku yang mencerminkan sikap pengendalian diri, Husnuzan, dan persaudaraan, baik di lingkungan keluarga,sekolah, masyarakat sekitar, hingga masyarakat dunia!
1.      Pengendalian Diri (Mujāhadah an-Nafs)
a.       Bersabar dengan tidak membalasterhadap ejekan atau cemoohanteman yang tidak suka terhadapkamu.
b.      Memaafkan kesalahan teman danorang lain yang berbuat “aniaya”kepada kita.
c.       Menjauhi sifat dengki atau iri hati kepada orang lain dengan tidak membalas kedengkian mereka kepada kita.
2.      Prasangka Baik
a.       Memberikan apresiasi atas prestasi yang dicapai oleh teman atau orang laindalam bentuk ucapan atau pemberian hadiah.
b.      Menerima dan menghargai pendapat teman/orang lain meskipun pendapattersebut berlawanan dengan keinginan kita.
c.       Memberi sumbangan sesuai kemampuan kepada peminta-minta yang datangke rumah kita.
d.      Turut serta dalam kegiatan-kegiatan sosial baik ketika di lingkungan rumah,sekolah, ataupun masyarakat.
e.       Mengerjakan tugas-tugas yang diberikan kepada kita dengan penuh tanggungjawab.
3.      Persaudaraan (Ukhuwwah)
a.       Menjenguk/mendoakan/membantuteman/orang lain yang sedang sakitatau terkena musibah.
b.      Mendamaikan teman atau saudarayang berselisih agar mereka sadardan kembali bersatu.
c.       Bergaul dengan orang lain dengantidak memandang suku, bahasa,budaya, dan agama yang dianutnya. kegiatan yang dapat merugikanorang lain.
d.      Menghargai perbedaan sukur, bangsa, agama, dan budaya teman/orang lain.
4.      Beberapa ruang lingkup takwa
a)      Hubungan Manusia Dengan Allah
Dapat dilakukan Sebagai berikut:
·         Beriman Kepada Allah
·         Beribadah kepada Allah, mensyukuri nikmat, bersabar
b)      Hubungan manusia dengan diri sendiri
Diantaranya dengan senantiasa
·         Sabar, pemaaf, adil, ikhlas.
·         Mengembangkan semua sikap yang terkandung dalam akhlak atau budi perkerti yang baik.
c). Hubungan Manusia dengan sesame Manusia
Diantara manusia dengan manusia lain dalam masyarakat dapat dipelihara antara lain:
·         Tolong-menolong, menempati janji,
·         Lapang dada
·         Menegakan keadilan dan berlaku adil terhadap diri sendiri dan orang lain.[8]




















B.      Telaah Formatif
Dalam pembahasan yang terdapat pada  mata pelajaran PAI kelas X untuk  jenjang pendidikan SMA yang perlu di telaah dan diperhatikan adalah sebagai berikut.
1.      Kompetensi Inti
KI-2.Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerja sama, cinta damai, responsif dan pro aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menepatkan diri sebagai cermin bangsa dalam pergaulan dunia.
KI-3. Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedur dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI-4.  Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkrit dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya disekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah ilmuan.
2.      Kompetensi Dasar
2.3           Menunjukkan perilaku kontrol diri (mujāhadah an-nafs), prasangka baik (husnuzhan), dan persaudaraan (ukhuwwah) sebagai implementasi dari pemahaman Q.S. al-Anfāl /8:72, Q.S. alHujurāt/49:12 dan Q.S. al-Hujurāt /49:10 serta hadis yang terkait.
3.1              Menganalisis Q.S. al-Anfāl /8:72, Q.S. al-Hujurāt/49:12 dan Q.S. alHujurāt /49:10 serta hadis tentang kontrol diri (mujāhadah an-nafs), prasangka baik (husnu§§han), dan persaudaraan (ukhuwwah).
3.      Metode Pembelajaran
Menurut   pemakalah untuk  materi yang kami bahas ini yang ini ditonjolkan adalah metode ceramah,diskusi dan Tanya jawab. Karena agar siswa bisa mengerti tentang isi materi yang diajarkan tersebut.


4.      Telaah Bahasa
Untuk masalah bahasa yang digunakan menurutpenulisi dari segi bahasan sudah mudah untuk dipahami oleh siswa tingkat  SMA  Kelas X. Sehingga bahasa yang terdapat dalam materi tersebut bisa tersampaikan untuk perserta didik, dan sudah tersedia penjelasanya langsung.
5.      Materi
Dalam penyajian materi yang terdapat dalam pembahasan tersebut, menurut penulis  sudah sesuai materi untuk tingkat SMA kelas X .karena disesuaikan dengan tingkat pemahaman siswa




















BAB IV
PENUTUP


A.    Kesimpulan
kontrol diri artinya mengendalikan diri sendiri atau mengatur sendiri tingkah laku yang dimiliki. kontrol diri merupakan kemampuan individu dalam merespons suatu situasi. kontrol diri juga dapat diartikan sebagai kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri.Prasangka baik atau khusnuzan berasal dari kata Arab yaitu khusnu yang artinya baik, dan zan yang artinya prasangka. Jadi prasangka baik atau positive thinking dalam terminologi Islam dikenal dengan istilah khusnuzan. Secara istilah khusnuzan adalah sikap orang yang selalu berpikir positif terhadap apa yang telah diperbuat oleh orang lain.Kata al- ukhuwah berarti persaudaraan. Kata tersebut diambil dari akar kata akhun yang berarti teman akrab atau sahabat. Masyarakat muslim mengenal istilah ukhuwah islamiyah. Ukhuwah islamiyah adalah rasa atau ikatan persaudaraan sesame muslim, yang disatukan oleh akidah islamiyah yang sama.

B.     Saran
Makalah ini mungkin sangat jauh dari kata sempurna. Untuk itu penulis selalu mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian, agar menjadi masukan dan perbaikan bagi penulis sehingga kedepannya makalah ini menjadi lebih baik.









DAFTAR FUSTAKA

Abdurahman, 2014. Pengembangan Pendidikan Agama Islam dan Budi Perketi 1A, kelas X  semester 1. PT Tiga Serangkai.
Husein Bahreisj, 1987. Himpunan Hadis-Hadis Muslim, Surabaya: PT Al-Ikhlas
M.Quraish Shihab,2002. TAfsir Al-Misbah”.Jakarta: Pustaka Azzam
Akhmad Affan,2008 “ Tafsir Ath-Thabari”. Jakarta: Pustaka Azzam
Mohamammad Daud Ali,1998 ”pendidikan Agama Islam”.Jakarta: Pt RajaGrafindo Persada.






[1] Abdurahman, pengembangan pendidikan agama Islam dan Budi Perketi 1A’’ (PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri,2014).hlm. 12
[2]Ibid.hlm 14-16
[3]Ibid. 19-21
[4] Akhmad Affan, “Tafsir Ath-Thabari”.( Jakarta: Pustaka Azzam, 2008).hlm 193
[5] M.Quraish Shihab.” Tafsir Al-Misbah”(Jakarta:Lentera Hati.2002).hlm.608
[6]Ibid. 598-605
[7]  Husein Bahreisj,”Himpunan Hadist-Hadis Muslim.(Surabaya:PT Al-Ikhlas,1987).hlm 20
[8] H. Mohamammad Daud Ali,pendidikan Agama Islam.(Jakarta: Pt RajaGrafindo Persada.1998).hlm.367-371

Tidak ada komentar:

Posting Komentar