Laman

Rabu, 09 November 2016

Prinsip Metodologi Pendidikan Islam

BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
            Pendidikan islam merupakan salah satu bentuk manifestasi dari cita-cita hidup Islam untuk melestarikan, mengalihkan, menanamkan, dan mentransformasikan nilai-nilai Islam kepada pribadi generasi penerusnya. Ini dilakukan agarnilai-nilai kultural-religius yang dicita-citakan dapat tetap berfungsi dan berkembang dalam masyarakat dari waktu ke waktu.
Semakin berkembangnya dunia dari tahun-ketahun mengakibatkan banyak perubahan dalam diri dunia Islam. Baik dari segi agama, pendidikan, politik dan seterusnya. Terutama dalam bidang pendidikan, akibat adanya sikap serba boleh dan pemanjaan dari orang tua, banyak anak-anak terjerumus pada pergaulan yang mengabaikan syari'at. Banyak kaum wanita melupakan fitrohnya sebagai seorang ibu yang berkewajiban mendidik putra-putrinya.
            Sehingga mengakibatkan dunia anak sia-sia. Pemberian andel yang cukup banyak dalam kesia-siaan trsebut adalah metode pendidikan barat yang tampaknya telah menjadi kiblat pendidikan kita. Sebenarnya islam mempunyai metode pendidikan yang sempurna kepada umat manusia, terutama dalam bidang pendidikan. Oleh karena itu dalam makalah ini kami akan sedikit membahas tentang metode-metode pendidikan dalam islam.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian metodologi pendidikan Islam ?
2.      Apakah pengertian metode pendidikan Islam ?
3.      Apakah sumber metode pendidikan Islam ?
4.      Apakah prinsip-prinsip metodologi pendidikan Islam ?
5.      Bagaimanakah metode dalam pendidikan islam ?
6.      Apakah prinsip metode pendidikan Islam ?









BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Metodologi Pendidikan Islam dan Metode Pendidikan Islam
            Metodologi pendidikan adalah suatu ilmu pengetahuan tentang metode yang dipergunakan dalam pekerjaan mendidik. Asal usul kata “metoda” mengandung pengertian “suatu jalan yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan”. “Meta berarti melalui, dan “Hodos” berarti jalan atau cara, bila ditambah dengan “logi” sehingga menjadi “metodologi” yang berati ilmu pengetahuan tentang jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai sebuah tujuan, oleh karena kata “logi” yang berasal dari bahasa greek (Yunani) “logos” berati akal atau ilmu.[1]
            Ilmu pendidikan Islam merangkum metodologi pendidikan Islam yang tugas dan fungsinya adalah memberikan jalan atau cara yang sebaik mungkin bagi pelaksanaan operasional dari ilmu pendidikan Islam tersebut.pelaksanaannya berada dalam ruang lingkup proses kependidikan yang berada di dalam suatu sistem dan struktur kelembagaan yang diciptakan untuk mencapai tujuan pendidikan Islam.[2]
Metode berasal dari dua perkataan yaitu meta yang artinya melalui dan hodos yang artinya jalan atau cara. Jadi metode artinya suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan.[3]
Sementara itu , pendidikan merupakan usaha membimbing dan membina serta bertanggung jawab untuk mengembangkan intelektual pribadi anak didik ke arah kedewasaan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Maka pendidikan Islam adalah sebuah proses dalam membentuk manusia-manusia muslim yang mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk mwujudkan dan merealisasikan tugas dan fungsinya sebagai Khalifah Allah swt., baik kepada Tuhannya, sesama manusia, dan sesama makhluk lainnya. Pendidikan yang dimksud selalu berdasarkan kepada ajaran Al Qur'an dan Al Hadits. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan metodologi pendidikan Islam adalah cara yang dapat ditempuh dalam memudahkan pencapaian tujuan pendidikan Islam.[4]
2
            Dalam penggunaan metode pendidikan islam yang perlu dipahami adalah bagaiman seseorag pendidik dapat memahami hakikat metode dalam relevansinya dengan tujuan utama pendidikan Islam yaitu terbentuknya pribadi yang beriman yang senantiasa siap sedia mengabdi kepada Allah swt. Tujuan diadakan metode adalah menjadikan proses dan hasil belajar mengajar ajaran Islam lebih berdaya guna dan berhasil guna dan menimbulkan kesadaran peserta didik untuk  mengamalkan ketentuan ajaran islam melalui teknik motivasi yang menimbulkan gairah belajar peserta didik secara mantab. Uraian itu menunjukkan bahwa fungsi metode pandidikan Islam adalah mengarahkan keberhasilan belajar, memberi kemudahan kepada peserta didik untuk belajar berdasarkan minat, serta mendorong usaha kerja sama dalam kegiatan belajar mengajar antara pendidik dengan peserta didik. Di samping itu, dalam uaraian tersebut ditunjukkan bahwa fungsi metode pendidikan adalah memberi inspirasi pada peserta didik melalui proses hubungan yang serasi antara pendidik dan peserta didik.
            Ada tiga aspek nilai yang terkandung dalam tujuan pendidikan Islam yang hendak direalisasikan melalui metode yang mengandung watak dan relevansi tersebut, yaitu : (1) Membentuk manusia didik menjadi hambaAllah yang mengabdi kepada-Nya, (2) bernilai edukatif yang mengacu kepada petunjuk A-Qur’an, dan (3) berkaitan dengan motifasi dan kedisiplinan sesuai ajaran Al-Qur’an yang disebut pahala dan siksaan.[5]
            Tugas utama metode pendidikan Islam adalah mengadakan aplikasi prinsip-prinsip psikologis dan paedagogis sebagai kegiatan antar hubungan pendidikan yang terealisasi  melalui penyampaian keterangan dan pengetahuan agar siswa mengetahui, memahami, menghayati, dan meyakini materi yang diberiakan, serta meningkatkan ketrampilan olah pikir.[6]

B.     Sumber Metode Pendidikan Islam
            Metode pendidikan Islam dalam penerapannya banyak menyangkut wawasan keilmuan pendidikan yang sumbernya berada di dalam Al Qur’an dan Al Hadits. Oleh karena itu untuk mendalaminya, kita perlu mengungkapkan implikasin-implikasi metode kependidikan dalam kitab suci Al Qur’an dan Al Hadits tersebut antara lain sebagai berikut :
1.      Gaya bahasa dan ungkapan yang terdapat dalam firman-firman Allah dalam al Qur’an menunjukkan fenomena bahwa firman Allah itu mengandung nilai-nilai metode yang mempunyai corak dan ragam sesuai tempat dan waktu serta sasaran yang dihadapi. Namun yang sangat esensial adalah bahwa firman-firman-Nya itu senantiasa mengandung hikmah kebijaksanaan secara metode, dan disesuaikan dengan kecenderuangan / kemampuan kejiwaan manusia yang hidup dala situai dan kondisi tertentu yang berbeda-beda.[7]
2.      Dalam memberiaka perintah dan larangan Allah senantiasa memperhatikan kadar kemampuan masing-masing hamba-Nya, sehingga taklif (beban)nya berbeda-beda meskipun dalam tugas yang sama. Perbedaan kemampuan manusia dalam memikul beban tugas dan tanggung jawab mengharuskan sikap mendidik dari tuhan itu sendiri sebagai Zat Maha Pendidik. Dengan demikian perbedaan-perbedaan individual  anak didik, bila dilihat dari segi metode kandungan Al Qur’an diakui dan dihormati, sehingga heteroginitas itu diwujudkan dalam pembidangan ilmu dan ketrampilan serta kekaryaan/ jabatan/ pekerjaan, maka bagi dinamika perkembangan umat manusia itu sendiri.[8]
3.      Sistem pendekatan metode yang dinyatakan Al-Qur’an adalah bersifat multi apprpach  yang meliputi antara lain :
a.       Pendekatan religius yang menitik beratkan kepada pandangan bahwa manusia adalah makhluk yang berjiwa religius dengan bakat-bakat keagamaa.
b.      Pendekatan filosofis yang memandang bahwa manusia adalah makhluk rasional atau homo rationale, sehingga segala sesuatu yang menyangkut pengembangannya didasarkan pada sejauh mana kemampuan berfikirnya dapat dikembangkan sampai pada titik maksimal perkembangannya.
c.       Pendekatan sosio kultural yang bertumpu pada pandangan bahwa manusia adalah makhluk yang bermasyarakat dan berkebudayaan sehingga dipandang sebagai homo sosius  dan domo sapiens  dalam kehidupan bermasyarakat dan berkebudayaan.
d.      Dengan demikian pengaruh lingkungan masyarakat dan perkembangannya sangat besar artinya bagi proses pendidikan individualnya.
e.       Pendekatan scientific yang titik beratnya terletak pada pandangan bahwa manusia memiliki kemampuan menciptakan (kognitif), berkemauan dan merasa (emosional atau effektif). Pendidikan harus dapat mengembangkan kemampuan analitis-sintetis dan refleksi dalam berfikir.[9]

C.    Prinsip-Prinsip Metodologi Pendidikan Islam
Adapun prinsip-prinsitus metodologi yang dijadikan landasan psikologis yang memperlancar proses kependidikan Islam yang sejalan dengan ajaran Islam adalah :

1.      Prinsip memberikan suasana kegembiraan
Prinsip ini dapat dijabarkan dari sabda Nabi Muhammad SAW kepada sahabat beliau yang diutus untuk melakukan dakwah kepada Gubernur Romawidi Damaskus , yaitu Mu’azd Ibn Jabal dan Abu Musa Al Asy’ary, sebagai berikut:
“Permudahlah mereka dan jangan persulit, gembirakanlah mereka dan jangan berbuat sesuatu yang menyebabkan mereka menjauhi kamu”
Dan berbagai firman Allah yang menyuruh para pendidik untuk memberikan kegembiraan kepada orang-orang yang beriman, bersabar, berbuat kebaikan dan sebagainya, seperti firman Allah :
ÎŽÅe³o0ur šúïÏ%©!$# (#qãYtB#uä (#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# ¨br& öNçlm; ;M»¨Yy_ ̍øgrB `ÏB $ygÏFøtrB ㍻yg÷RF{$# (  
“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik bahwa mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya dan seterusnya.. “ (Al-Baqarah Ayat 25)[10]

2.      Prinsip memberikan layanan dan santunan dengan lemah lembut
Seperti firman Allah :
$yJÎ6sù 7pyJômu z`ÏiB «!$# |MZÏ9 öNßgs9 ( öqs9ur |MYä. $ˆàsù xáÎ=xî É=ù=s)ø9$# (#qÒxÿR]w ô`ÏB y7Ï9öqym ( ß#ôã$$sù öNåk÷]tã öÏÿøótGó$#ur öNçlm; ... 
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka,  . . . . .” (Ali ‘Imran, ayat 159)[11]



3.      Prinsip kebermaknaan bagi manusia didik
Sabda Nabi SAW sebagai berikut :
            “Berbicaralah kamu kepada manusia sesuai dengan kadar kemampuan akal pikiran mereka”
                        Sabda Nabi di atas bersumber dari firman Allah :
4y7Í´¯»s9'ré& tûïÏ%©!$# yìt6sÛ ª!$# 4n?tã öNÍkÍ5qè=è% (#þqãèt7¨?$#ur óOèduä!#uq÷dr& ÇÊÏÈ  
“Mereka Itulah orang-orang yang dikunci mati hati mereka oleh Allah dan mengikuti hawa nafsu mereka”[12]

4.      Prinsip prasyarat
Untuk menarik minat manusia didik diperlukan mukadimah dalam langkah–langkah mengajar bahan pelajaran yang baru yang dapat memadukan perhatian dan minat mereka ke arah bahan tersebut.
Di dalam firman Allah yang termaktub dalam ayat Al-Qur’an banyak kita temukan metode (cara) Allah memberikan prasyarat kepada mausia yang menjadi sasaran kitab-Nya seperti menggunakan kata-kata yang mengandung tanbih (minta perhatian) yang difirmankan pada awal sebuah surat  seperti :
$O!9# ÇÊÈ   y7Ï9ºsŒ Ü=»tGÅ6ø9$# Ÿw |=÷ƒu ¡ ÏmÏù ¡ Wèd z`ŠÉ)­FßJù=Ïj9 ÇËÈ  
Alif laam miin. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (Al-Baqarah, ayat 1-2)[13]

5.      Prinsip komunikasi terbuka
Seorang guru mendorong manusia didik untuk membuka diri terhadap segala hal atau bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka, sehingga mereka dapat menyerapnya menjadi bahan dalm pikirannya.
Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an berikut ini :
ôs)s9ur $tRù&usŒ zO¨YygyfÏ9 #ZŽÏWŸ2 šÆÏiB Çd`Ågø:$# ħRM}$#ur ( öNçlm; Ò>qè=è% žw šcqßgs)øÿtƒ $pkÍ5 öNçlm;ur ×ûãüôãr& žw tbrçŽÅÇö7ム$pkÍ5 öNçlm;ur ×b#sŒ#uä žw tbqãèuKó¡o !$pkÍ5 . . .
“Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). .” (Al-A’raf, ayat 179)[14]

6.      Prinsip pemberian pengetahuan yang baru
Manusia didik ditarik minat dan perhatiannya kepada bahan pengetahuan yang baru bagi mereka. Bila sebaliknya maka mereka tidak tertarikkepada bahan pelajaran. Dalam ajaran Islam terdapat prinsip kebaharuan dalam belajar baik tentang fenomena-fenomena alamiah maupun fenomena yang terdapat dalam diri mereka sendiri, seperti studi tentang alam sekitar, misalnya, biolgi, fisika, astronomi dan sebagainya, menurut kebaharuan dari hasil studi para ilmuan di bidang masing-masing, terutama dikaitkan dengan kecanggihan ilmu dan teknologi modern saat ini.
Seperti dalam firman Allah yang mendorong manusia untuk menciptakan ilmu alam dan biologis dan psikologi tersebut dalam :
óOÎgƒÎŽã\y $uZÏF»tƒ#uä Îû É-$sùFy$# þÎûur öNÍkŦàÿRr& 4Ó®Lym tû¨üt7oKtƒ öNßgs9 çm¯Rr& ,ptø:$#
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar . .” (Al-Fussilat, ayat 53)[15]

7.      Prinsip memberikan model prilaku yang baik
Manusia didik dapat memperoleh contoh bagiprilakunya melalui pengamatan dan peniruan yang tepat guna dalam proses belajar mengajar, misalnya sepert firman Allah :
ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_ötƒ ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$# tx.sŒur ©!$# #ZŽÏVx. ÇËÊÈ  
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah” (Al-Ahzab, ayat 21)[16]
8.      Prinsip praktek (pengalaman) secara aktif
Mendorong manusia didik untuk mengamalkan segala pengetahuan yang telah diperoleh dalam proses belajar mengajar, atau pengamalan dari keyakinan dan sikap yang mereka hayati dan pahami sehingga benar-benar nilai yang telah ditransformasikan ke dalam diri manusia didik menghasilkan buah yang bermanfaat bagi diri dan masyarakat sekitar.
Firman Allah yang menjukkan pentingnya pengamalan pelajaran, seperti ayat :
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä zNÏ9 šcqä9qà)s? $tB Ÿw tbqè=yèøÿs? ÇËÈ   uŽã9Ÿ2 $ºFø)tB yYÏã «!$# br& (#qä9qà)s? $tB Ÿw šcqè=yèøÿs? ÇÌÈ  
Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.( Ash- Shaff, ayat 2-3)[17]

9.      Prinsip-prinsip lainnya
Prinsip-prinsip lainnya yaitu prinsip kasih sayang dan prinsip bimbingan dan penyuluhan terhadap manusia didik.[18]

D.    Metode Pendidikan Islam
Pada dasarnya metode pandidikan Islam sangat efektif dalam membina kepribadian anak didik dan memotivasi mereka sehingga aplikasi metode ini memungkinkan puluhan ribu kaum mukminin dapat membuka hati manusia untuk menerima petunjuk ilahi dan konsep-konsep pendepan Islam. Selain itu, metode pendidikan islam akan mampu menempatkan manusia diatas luasnya permukaan bumi dan dalam masa yang tidak demikian kepada penghuni bumi lainnya.[19]
Metode yang dianggap penting dan paling menonjol adalah :
1.      Metode dialog Qur’ani dan Nabawi
Adalah pendidikan dengan cara berdiskusi sebagaimana yang digunakan oleh Al Qur’an dan hadits-hadits nabi. Metode ini, disebut pula metode khiwar yang meliputi dialog khitabi  dan ta’abudi (bertanya dan lalu menjawab) dialog deskriftif dan dialog naratif (menggmbarkan dan lalu mencermati), dialog argumentatif (berdiskusi lalu mengemukakan alasan), dan dialog nabawi (menanamkan rasa percaya diri, lalu beriman). untuk yang terkhir ini, dialog Nabawi sering dipraktekkan oleh sahabat ketika mereka bertanya sesuatu kepada Rosulullah.
Dialog qur’ani merupakan jembatan yang dapat menghubungkan pemikiran seseoarang dengan orang lain sehingga mempunyai dampak terhadap jiwa peserta didik. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yakni :
a.       Permasalahan yang disajikan secara dinamis
b.      Peserta dialog tertarik untuk terus mengikuti jalannya percakapan itu
c.       Dapat membangkitkan perasaan dan menimbulkan kesan dalam jiwa
d.      Topik pembicaraan yang disajikan secara realistis dan manusiawi.
Dapat dirumuskan bahwa dialog qur’ani-nabawi adalah metode pendidikan Islam yang sangat efektif dalam upaya menanamkan iman  pada diri seseorang, sehingga sikap dan perilakunya senantiasa terkontrol dengan baik.

2.      Metode Kisah Qur’ani dan Nabawi
                        Metode kisah disebut juga metode cerita yakni cara mendidik dengan mengandalkan bahsa, baik lisan maupun tertulis dengan menyampaikan pesan dari sumber pokok sejarah islam, yakin Al-qur’an dan Hadits.
Dalam Al-qur’an dijumpai banyak kisah, terutama yang berkenaan dengan misi kerasulan dan umat masa lampau.muhammad Qutb berpendapat bahwa kisah-kisah yang ada dalam Al-qur’an dikategorikan kedalam tiga bagian : pertama, kisah yang menunjukkan tempat, tokoh dan gambaran peristiwa. Kedua, kisah yang menunjukkan peristiwa dan keadaan tertentu tanpa menyebut nama dan tempat kejadian.ketiga, kisah dalam bentuk dialog yang terkadang taidak disebutkan pelakunya dan diman tempat kejadiannya.
Pentingnya metode kisah diterapkan dalam dunia pendidikan karena dengan metode ini, akan memberikan kekuatan psikologis kepada peserta didik, dalam artian bahwa dengan mengemukakan kisah-kisah nabi kepada peserta didik, mereka secara psikologis terdorong untuk menjadikan nabi-nabi tersebut sebagai uswah (suri tauladan).
Kisah-kisah dalam Al-qur’an dan Hadits, secra umum bertujuan untuk memberikan pengajaran terutama kepada orang-orang ayang mau menggunakan akalnnya. Relevansi antara cerita Qur’ani dengan metode penyampaian cerita dalam lingkungan pendidikan ini sangat tinggi. Metode ini merupakan suatu bentuk teknik penyampaian informasi dan instruksi yang amat  bernilai, dan seoarang pendidik harus dapat memanfaatkan potensi kisah bagi pembentukan sikap yang merupakan bagian esensial pendidikan Qur’ani dan Nabawi.

3.      Metode Perumpamaan
Metode ini, disebut pula metode “amsal” yakni cara mendidik dengan memberikan perumpamaan, sehingga mudah memahami suatu konsep.perumpamaan yang diungkapkan Al-qur’an memiliki tujuan psikologi edukatif, yang ditunjukkan oleh kedalaman makna dan ketinggian maksudnya.
                        Dampak edukatif dari perumpamaan Al-quran dan Nabawi diantaranya :
a.       Memberikan kemudahan dalam memahami suatu konsep yang abstrak, ini terjadi karena perumpamaan itu mengambil benda sebagai contoh konkrit dalam Al-Quran.
b.      Mempengaruhi emosi yang sejalan dengan konsep yang diumpamakan dan untuk mengembangkan aneka perasaan ketuhanan.
c.       Membina akal untuk terbiasa berfikir secara valid pada analogis melalui penyebutan premis-premis.
d.      Mampu mencipatan motivasi yang menggerakkan aspek emosi dan mental manusia.

4.      Metode keteladanan
Metode ini, disebut juga metode meniru yakni suatu metode pendidikan dan pengajaran dengan cara pendidik memberikan contoh teladan yang baik kepada anak didik. Dalam Al-qur’an, kata teladan diproyeksikan dengan kata uswah yang kemudian diberikan sifat dibelakangnya seperti sifat hasanah yang berarti teladan yang baik. Metode keteladanan adalah suatu metode pendidikan dan pengajaran dengan cara pendidik memberikan contoh teladanan yang baik kepada anak didik agar ditiru dan dilaksanakan. Dengan demikian metode keteladanan ini bertujuan untuk menciptakan akhlak al-mahmudah  kepada  peserta didik.
Acuan dasar dalam berakhlak al-mahmudah  adalah Rosulullah dan para Nabi lainnya yang merupakan suri tauladan bagi umatnya.seorang pendidik dalam berinteraksi dengan anak didiknya akan menimbulkan respon tertentu baik positif maupun negatif, seorang pendidik sama sekali tidak boleh bersikap otoriter, terlebih memaksa anak didik dengan cara-cara yang merusak fitrohnya.
Nilai edukatif keteladanan daam dunia pendidikan adalah metode influitif yang paling meyakinkan keberhasilannya dalammempersiapkan danmembentuk moral spriritual dan sosial anak didik. Keteladanan itu ada dua macam :
a.       Sengaja berbuat untuk secara sadar ditiru oleh si terdidik.
b.      Berperilaku sesuaidengan nilai dan norma yang akan ditanamkan pada terdidik,sehingga tanpa sengaja menjadi teladan bagi terdidik.

5.      Metode Ibrah dan Mau’izhah
Metode ini disebut juga metode “nasehat” yakni suatu metode pendidikan dan pengajaran dengan cara pendidik memberi motivasi. Metode Ibrah atau mau’zhah (nasehat) sangat efektif dalam pembentukan mana anak didik terhadap hakekat sesuatu,serta memotivasinya untuk bersikap luhur, berakhlak mulia dan membekalinya dengan prinsip-prinsip islam. Menurut Al-qur’an, metode nasehat hanya diberikan kepada mereka yang melanggar peraturan dalam arti ketika suatu kebenaran telah sampai kepadanya, mereka seolah-olah tidak mau tau kebenaran tersebut terlebih melaksanakannnya. Pernyataan ini menunjukkan adanya dasar psikologis yang kuat, karena orang pada umumnya kurang senang dinasehati, terlebih jika ditunjukkan kepada pribadi tertentu.

6.      Metode targhib dan tarhib
Metode ini, disebut pula metode “ancaman”  dan atau “intimidasi” yagni suatu metode pendidikan dan pengajaran dengan cara pendidik memberikan hukuman ats kesalahan yang dilakukan peserta didik. Istilah targhib dan tarhib dalam al-qur’an dan as-sunnah berarti ancaman atau intimidasi melalui hukuman yang disebabkan oleh suatu dosa kepada Allah dan Rosulnya. jadi, iya juga dapat diartikan sebagai ancaman Allh melalui penonjo;an salah satu sifat keagungan dan kekuatan illahiyah agar mereka(peserta didik) teri9ngat untuk tidak melakukan kesalahan.
Ada beberapa kelebihan yang paling berkenaan dengan metode targhib dan tarhib ini antara lain :
a.       Taghib dan tarhib bertumpu pada pemberian kepuasan dan argumentasi.
b.      Targhib dan tarhip disertai gambaran keindahan surgaynag menakjubkan atau pembebasan azab neraka.
c.       Targhib dan tarhib islami bertumpu pada pengobatan emosa dan pembinaan efeksi ketuhanan.
d.      Targhib dan tarhib bertumpu pada pengontrolan emosi dan keseimbangan antara keduanya.

E.     Prinsip Metode Pendidikan Islam
Metode pendidikan Islam harus digunakan dengan memperhatikan prinsip-prinsip yang mampu memberikan pengarahan dan petunjuk tentang pelaksanaan metode pendidikan tersebut, sebab dengan prinsip ini diharapkan metode pendidikan Islam dapat berfungsi lebih efektif dan efisien dan tidak menyimpang dari tujuan semula dari pendidikan Islam. Prinsip-prinsip tersebut adalah :
1.      Mempermudah
Metode pendidikan yang digunkan oleh pendidik pada dasarnya adalah menggunakan suatu cara yang memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk menghayati dan mengamalkan ilmu pengetahuan, keterampian, dan sekaligus mengidentifikasi dirinya dengan nilai-nilai yang terdapat dalam ilmu pengetahuan dan keterampilan tersebut.
2.      Berkesinambungan
Berkesinambungan dijadikan sebagai prinsip metode pendidikan Islam, karena dengan asumsi bahwa pendidikan Islam adalah sebuah proses yang akan berlangsung terus menerus.
3.      Fleksibel dan Dinamis
Metode pendidikan islam harus digunakan dengan prinsip fleksibel dan dinamis. Sebab dengan kelenturan dan kedinamisan metode tersebut, pemakaian metode tidak hanya monoton dan dengan satu macam metode saja.[20]


BAB III
KESIMPULAN

1.      Pengertian Metodologi Pendidikan Islam
            Metodologi pendidikan adalah suatu ilmu pengetahuan tentang metode yang dipergunakan dalam pekerjaan mendidik. Asal usul kata “metoda” mengandung pengertian “suatu jalan yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan”. “Meta berarti melalui, dan “Hodos” berarti jalan atau cara, bila ditambah dengan “logi” sehingga menjadi “metodologi” yang berati ilmu pengetahuan tentang jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai sebuah tujuan, oleh karena kata “logi” yang berasal dari bahasa greek (Yunani) “logos” berati akal atau ilmu.

2.      Pengertian Metode Pendidikan Islam
                        Metode berasal dari dua perkataan yaitu meta yang artinya melalui dan hodos yang artinya jalan atau cara. Jadi metode artinya suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. Sedangkan pendidikan Islam adalah sebuah proses dalam membentuk manusia-manusia muslim yang mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk mwujudkan dan merealisasikan tugas dan fungsinya sebagai Khalifah Allah swt., baik kepada Tuhannya, sesama manusia, dan sesama makhluk lainnya. Pendidikan yang dimksud selalu berdasarkan kepada ajaran Al Qur'an dan Al Hadits.

3.      Sumber Metode Pendidikan Islam
            Metode pendidikan Islam dalam penerapannya banyak menyangkut wawasan keilmuan pendidikan yang sumbernya berada di dalam Al Qur’an dan Al Hadits.

4.      Prinsip-Prinsip Metodologi Pendidikan Islam
a.       Prinsip memberikan suasana kegembiraan;
b.      Prinsip memberikan layanan dan santunan dengan lemah lembut;
c.       Prinsip kebermaknaanbagi manusia didik;
d.      Prinsip prasyarat;
e.       Prinsip komunikasi terbuka;
f.       Prinsip pemberitahuan pengetahuan yang baru;
g.      Prinsip memberikan modelprilaku yang baik;
h.      Prinsip praktek (pengamalan)secara aktif;
i.       
13
Prinsip-prinsip lain yaitu, prinsip kasih sayang dan prinsip bimbingan dan penyuluhan.
5.      Metode Pendidikan Islam
                        Pada dasarnya metode pandidikan Islam sangat efektif dalam membina kepribadian anak didik dan memotivasi mereka sehingga aplikasi metode ini memungkinkan puluhan ribu kaum mukminin dapat membuka hati manusia untuk menerima petunjuk ilahi dan konsep-konsep pendepan Islam.
a.       Metode dialog Qur’ani dan Nabawi
b.      Metode Kisah Qur’ani dan Nabawi
c.       Metode Perumpamaan
d.      Metode Ibrah dan Mau’izhah
e.       Metode targhib dan tarhib

6.      Prinsip Metode Pendidikan Islam
Metode pendidikan Islam harus digunakan dengan memperhatikan prinsip-prinsip. Prinsip-prinsip tersebut adalah :
a.       Mempermudah
b.      Berkesinambungan
c.       Fleksibel dan Dinamis







 DAFTAR PUSTAKA





An Nahlawi, Abdurrahman. Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat. Jakarta : Gema Insani. 1995.

Arifin, M. Ilmu Pendidikan Islam.  Jakarta : PT Bumi Aksara, 2000.

Armai, Arief. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta : Ciputat Press, 2002.

Mujib, Abdullah. Ilmu  Pendidikan Islam. Jakarta : Fajar Inter Pratama Uffset. 2008.

Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam.  Jakarta : Kalam Mulia, 2004.

Ubhiyati, Nur. Ilmu Pendidikan Islam II.  Bandung : CV. Pustaka Setia, 1997.




[1] M.Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2000), hal 61
[2] Ibid, . . . hal 61
[3]Nur Ubhiyati, Ilmu Pendidikan Islam II (Bandung : CV. Pustaka Setia, 1997), hal 99
[4] Arief Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta : Ciputat Press, 2002), hal 41
[5] M.Arifin, Ilmu Pendidikan Islam . . . hal 198
[6]Abdullah Mujib,  Ilmu  Pendidikan Islam (Jakarta : Fajar Inter Pratama Uffset, 2008), hal 167
[7] M.Arifin, Ilmu Pendidikan Islam . . . hal 62
[8] Ibid, . . . hal 63
[9]Nur Ubhiyati, Ilmu Pendidikan Islam II (Bandung : CV. Pustaka Setia, 1997), 100
[10] M.Arifin, Ilmu Pendidikan Islam . . . hal 199-200
[11] Ibid, . . . hal 201
[12] Ibid, . . . hal 201
[13] Ibid, . . . hal 202-203
[14] Ibid, . . . hal 204
[15] Ibid, . . . hal 205-206
[16] Ibid, . . . hal 206-207
[17] Ibid, . . . hal 207
[18] Ibid, . . . hal 209
[19] Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat (Jakarta : Gema Insani, 1995), 204
[20] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2000), hal 162-164

Tidak ada komentar:

Posting Komentar