Laman

Rabu, 09 November 2016

Subyek Pendidikan Menurut Qur’an Surah Al-Najm Ayat 5-6

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kita sebagai umat beragama, Islam, tentunya mempunyai pedoman hidup sesuai perintah Allah SWT yaitu Al-Qur’an. Dalam pedoman tersebut terdapat aturan-aturan yang harus kita laksanakan dan larangan-larangan yang harus kita tinggalkan. Al-qur’an adalah sumber hukum islam yang pertama bagi umat muslim.
Kehidupan kita tidak terlepas dari pendidikan. Pendidikan sangat penting bagi kita umat Islam. Sebagai seorang calon pendidik, tentunya kita diharapkan menjadi seorang pendidik yang profesional. Dalam Al –Qur’an telah dijelaskan bagaimana menjadi guru yang baik dan profeional. Dengan demikian kita akan dapat bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan ajaran islam. Selain kita mendapatkan rizqi kita juga akan mendapatkan berkah dan ridhonya dari Allah SWT. Pada bab selanjutnya akan dibahas lebih detail tentang subjek pendidikan menurut Al-Qur’an.
B.     Rumusan Masalah
Tafsir adalah Ilmu yang mempelajari penjabaran tentang makna dan kandungan Al-Qur’an dan merupakan salah satu pembelajaran yang kita perlukan dalam memahami isi Al-Qur’an. Ilmu ini bertujuan agar kita tidak melakukan kesalahan dalam melaksanakan perintah Allah serta menjauhi larangannya. Untuk membatasi pembahasan dalam tulisan yang sederhana ini sekaligus untuk menyamakan pola pikir kita, maka dalam tulisan ini dirumuskan permasalahan – permasalahan sebagai berikut:
1.      Apa pengertian subjek pendidikan?
2.      Bagaimana pandangan Al-Qur’an terhadap subjek pendidikan?


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Subjek Pendidikan
Subjek pendidikan adalah orang ataupun kelompok yang bertanggung jawab dalam memberikan pendidikan, sehingga materi yang diajarkan atau yang disampaikan dapat dipahami oleh objek pendidikan.
Subjek pendidikan sangat berpengaruh sekali kepada keberhasilan atau gagalnya pendidikan. Subjek pendidikan adalah orang ataupun kelompok yang bertanggung jawab dalam memberikan pendidikan, sehingga materi yang diajarkan atau yang disampaikan dapat dipahami oleh objek pendidikan. Subjek pendidikan yang dipahami kebanyakan para ahli pendidikan adalah Orang tua, guru-guru di institusi formal (disekolah) maupun non formal dan lingkungan masyarakat, sedangkan pendidikan pertama ( tarbiyatul awwal) yang kita pahami selama ini adalah rumah tangga (orang tua). Sebagai seorang muslim kita harus menyatakan bahwa pendidik pertama manusia adalah Allah yang kedua adalah Rasulullah. Sebagaimana dapat kita lihat dalam surat al-‘Alaq : 4-5
عَلَّمَ الإنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَم .  الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ
Artinya :
Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya
Dari penjelasan di atas kita dapat menarik kesimpulan bahwa subjek pendidikan adalah seseorang atau sesuatu yang telah mengajarkan kita ilmu. Seseorang ini bukan hanya seorang guru tapi siapapun atau apapun yang dapat mengajari kita. Pendidikan yang pertama kali terjadi dalam ruang lingkup yang sangat sederhana yaitu keluarga. Subjek pendidikannya adalah orang tua, terutama ibu. Kita dapat memperoleh ilmu dari mana saja, seperti lingkungan, masyarakat, alam, dan semua ciptaan Allah SWT.


Kita dapat membedakan pendidik itu menjadi dua kategori yaitu:
1.       Pendidik menurut kodrat, yaitu orang tua
Orang tua sebagai pendidik menurut kodrat adalah pendidik pertama dan utama, karena secara kodrat anak manusia dilahirkan oleh orang tuanya (ibunya) dalam keadaan tidak berdayam hanya dengan pertolongan dan layanan orang tua (terutama ibu) bayi (anak manusia) itu dapat hidup dan berkembang semakin dewasa. Hubungan orang tua dengan anaknya dalam hubungan edukatif, mengandung dua unsur dasar, yaitu:
a.        Unsur kasih sayang pendidik terhadap anak
b.       Unsur kesadaran dan tanggung jawab dari pendidik untuk menuntun perkembangan anak
2.       Pendidik menurut jabatan, yaitu guru
Guru adalah pendidik kedua setelah orang tua. Mereka tidak bisa disebut secara wajar dan alamiah menjadi pendidik,  karena mereka mendapat tugas dari orang tua, sebagai pengganti orang tua. Mereka menjadi pendidik karena profesinya menjadi pendidik, guru di sekolah misalnya.
Dalam Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, guru adalah pendidk profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik, pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formanl, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Guru berfungsi sebagai pendidik di samping sebagai pengajar. Guru membentuk sikap siswa, bahwa guru menjadi contoh atau teladan bagi siswa-siswanya. Hal itu tidak mungkin kalau guru hanya bertuigas mengajar saja.[1]




B.     Subjek Pendidikan Dalam Surat Al-Najm Ayat 5-6

عَلَّمَهُ شَدِيدُ الْقُوَى ﴿٥﴾ ذُو مِرَّةٍ فَاسْتَوَى ﴿٦﴾

1.      Kosa Kata
ﻋَﻠﻤَّﻪُ          = mengajarkan kepadanya
ﺷَﺪِﻳ۟ﺪ         = (Jibril) yang sangat
اﻟ۟ﻘُﻮَﻰ         = kuat
ذُو۟ﻣِﺮَّةٍۗ        = mempunyai kekuatan
ﻓَﺴ۟ﺘَﻮَی              = lalu dia cukup sempurna
Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat. Yang mempunyai keteguhan, maka (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli (rupa yang bagus dan perkasa).

2.      Penafsiran
Melihat ayat diatas, bahwasannya subyek dari pada pendidikan menurut pendapat kami adalah
1.       Allah SWT
Secara tidak langsung, bahwasannya Allah SWT sebagai Subyek pendidik yang paling utama, dengan alasan, bahwasannya malaikat jibril tidaklah akan mempunyai jiwa dan fisik yang kuat serta akal yang cerdas tanpa ada yang memberi kemampuan. Sifat seperti itu hanya dimiliki oleh Dzat yang maha sempurna yaitu Allah SWT. Menurut hemat kami, bahwasannya tidaklah mungkin jibril memiliki hal tersebut, sebelum mendapatkan pengajaran terlebih dahulu dari Allah SWT.


2.      Malaikat Jibril
Dengan jelas ayat diatas menyatakan bahwa, malaikat jibril merupakan subyek (perantara) dalam menyampaikan wahyu yang dibawanya dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW, dengan dibekali jiwa yang kuat serta akal yang cerdas, sehingga mampu bukan hanya menyampaikan wahyu, tetapi juga mengajarkannya kepada Nabi SAW.
3.      Manusia (Nabi Muhammad)
Rasullullah sebagai subyek pendidik, karena dalam hal ini Rasulullah bertindak sebagai penerima wahyu (Al-Qur’an), sekaligus bertugas untuk menyampaikan petunjuk-petunjuk tersebut, menyucikan dan mengajarkan manusia menuju arah yang benar sesuai dengan Syari’at yang dibawanya, yaitu Islam.
Kata (علّمه) ‘allamahu/ diajarkan kepadanya bukan berarti bahwa wahyu tersebut bersumber dari malaikat jibril. Seorang yang mengajar tidak mutlak mengajarkan sesuatu yang bersumber dari sang pengajar. Bukankah kita mengajar anak kita membaca, padahal sering kali bacaan yang diajarkan itu bukan karya kita. Menyampaikan atau menjelaskan sesuatu secara baik dan benar adalah salah satu bentuk pengajaran. Malaikat menerima wahyu dari Allah dengan tugas menyampaikannya secara baik dan benar kepada Nabi saw., dan itulah yang dimaksud dengan pengajaran disini.
Kata (مرّة) mirrah terambil dari kalimat (أمرت الحبل) amrartu al-habla yang berarti melilitkan tali guna menguatkan sesuatu. Kata (ذو مرّة) dzu mirrah digunakan untuk menggambarkan kekuatan nalar dan tingginya kemampuan seseorang. Al-Baqa’i memahaminya dalam arti ketegasan dan kekuatan yang luar biasa untuk melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya tanpa sedikit pun mengarah kepada tugas selainnya disertai dengan keikhlasan penuh. Ada juga yang memahaminya dengan kekuatan fisik, akal, nalar.[2] Penjelasan lain dari kata Dzu mirrah adalah yang mempunyai kecerdasan akal. Sifat Jibril yang pertama menggambarkan tentang betapa kuat pikiran dan betapa nyata pengaruh-pengaruhnya yang mengagumkan. Kesimpulannya, bahwa Jibril memiliki kekuatan-kekuatan pikiran,dan kekuatan-kekuatan tubuh. Sebagaimana telah diriwayatkan bahwa ia pernah mencukil kaum luth dari laut hitam yang waktu itu berada dibawah tanah, lalu memanggulnya pada kedua sayap dan diangkatnya dari negeri itu ke langit, kemudian dibalikkan. Pernah pula ia berteriak kepada kaum Tsamud, sehingga mereka meti semua.
Ayat tersebut merupakan jawaban dari perkataan mereka yang mengatakan bahwa Muhammad itu hanyalah tukang dongeng yang mendongengkan dongeng-dongengan(legenda-legenda orang terdahulu).
Penjelasan lain tentang wahyu yang diterima nabi Muhammad Saw.adalah bahwasannya yang mengajarkan wahyu itu kepada beliau adalah makhluk yang sangat kuat. Ibnu katsir dalam tafsirnya bahwa yang dimaksud dengan yang sangat kuat itu adalah malaikat Jibril.
“Yang mempunyai keteguhan”(pangkal ayat 6), Mujahid, Al-Hasan dan Ibnu Zaid memberi arti: “yang mempunyai keteguhan”. Ibnu Abbas memberi arti: “yang mempunyai rupa yang elok”. Qatadah memberi arti: “yang mempunyai bentuk badan yang tinggi bagus.” Ibnu katsir ketika memberi arti berkata: “tidak ada perbedaan dalam arti yang dikemukakan itu. Karena malaikat Jibril itu memeng bagus dipandang mata dan mempunyai kekuatan luar biasa. Lanjutan ayat ialah: fastawa, yang artinya: yang menampakkan diri yang asli.”(ujung ayat 6)
Menurut riwayat dari Ibnu Abi Hatim yang diterimanya dari Abdullah bin Mas’ud, bahwasannya raulullah itu melihat rupanya yang asli itu dua kali. Yang pertama adalah ketika Rasulullah Saw.meminta kepada Jibril supaya sudi memperlihatkan diri menurut rupanya yang asli. Lalu kelihatanlah dia dalam keasliannya itu memenuhi ufuk. Yang kedua adalah ketika dia memperlihatkan diri dalam keadaannya yang asli itu, ketia Jibril akan menemani beliau pergi Isra’ dan Mi’raj. Dalam pernyataan diri dari keasliannya itu, Nabi melihatnya dengan sayap yang sangat banyak, yakni 600 sayap.
Kaitannya dengan judul makalah kami yakni subyek pendidikan, yang dimaksud pengajar atau yang menjadi subyek disini adalah Malaikat Jibril, bukan berarti bahwa wahyu tersebut bersumber dari Malaikat Jibril. Seseorang yang mengajar tidak mutlak mengajarkan sesuatu yang bersumber dari sang pengajar. Bukankah kita mengajar seorang anak membaca, padahal bacaan itu juga bukan merupakan karya kita? Menyampaikan sesuatu secara baik dan benar adalah satu bentuk pengajaran. Malaikat menerima wahu dari Allah dengan tugas menyampaikannya secara baik dan benar kepada Nabi Muhammad Saw., dan itulah yang dimaksud pengajaran disini.
Sedangkan jika dikaitkan dengan pengajar atau pendidik yakni seorang guru, maka dapat di ambil beberapa kriteria guru yakni diantaranya adalah seorang guru itu harus mempunyai kekuatan, baik kekuatan secara jasmani maupun rohani. Kekuatan jasmani yakni berupa totalitas dalam mengajar, penampilan dan perilaku yang baik,karena perilaku kita akan dijadikan cerminan oleh murid-murid kita.
Sedangkan yang dimaksud dengan kekuatan rohani yakni cerdas aqliyah maupun fi’liyah, kesungguhan dalam menyampaikan mata pelajaran kepada anak didik, serta kesabaran dalam mendidik dan menanamkan akhlakul karimah kepada peserta didik.

3.      Nilai-nilai Pendidikan
Jika ayat diatas kita kaitkan dengan nilai-nilai pendidikan, maka akan mengandung beberapa hal, yaitu :
a.       Wahyu yang dibawa oleh Jibril (Al-Qur’an), yaitu sebagai pedoman hidup manusia, serta menjadikannya petunjuk dan pelajaran bagi manusia, sehingga manusia bisa menjalankan misinya dengan baik yaitu mengemban amanat Allah SWT sebagai kholifah dimuka bumi. Seperti yang dijelaskan dalam ayat 30 surat Al-Baqarah: Sesungguhnya aku hendaki menjadikan seorang khalifah dimuka bumi, dan surat Hud ayat 61 ;
Dia (Allah) Telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya….
Artinya, manusia yang dijadikan khalifah itu bertugas memakmurkan atau membangun bumi ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan oleh yang menugaskan (Allah) yang telah tertuang dalam Al-Qur’an.
b.      Dengan jiwa yang kuat serta akal yang sehat, manusia akan bisa menjalankan fungsinya dengan baik, baik secara fertikal maupun horisontal. Dengan mempunyai jiwa dan akal yang cerdas maka akan bisa menghasilkan ilmu, kesucian dan etika, sedangkan dengan kondisi yang kuat, akan menghasilkan jasmani yang terampil. Dengan menggabungkan ketiga unsur tersebut, terciptalah makhluk dwidimensi dalam satu keseimbangan, dunia dan akherat, ilmu dan iman. Itu sebabnya dalam pendidikan islam dikenal istilah adab al-din dan adab al-dunya.
c.       Pelajaran untuk tidak bersifat lemah, bodoh, serta selalu mengkaji ilmu, baik yang berhubungan dengan agama maupun yang berhubungan dengan dunia.
d.      Tidaklah ada batasan ilmu yang dipelajarinya, untuk mencapai keseimbangan yang tersebut diatas.
e.       Dalam penyajian materi pendidikan, peran akal sangatlah penting untuk bisa memahami Al-Qur’an, sehingga manusia merasa berperan dalam menemukan hakikat materi yang disajikan itu sehingga merasa memiliki dan bertanggung jawab untuk membelanya.
f.       Dalam mengajar disarankan untuk saling berhadap-hadapan, karena dengan ini akan mempermudah bagi si murid untuk menerima ilmu.  

4.      Faedah Pendidikan
Faedah pendidikan yang termuat dalam ayat di atas adalah
a.       Manusia harus bersifat optimis, kuat, cerdas dalam menuntut ilmu, serta mengajarkan apa yang telah didapat.
b.      Sebagai subyek pendidik, pengajaran tidaklah terbatas pada hal yang ada atau yang kita miliki, tetapi kita bisa mengajarkan pengetahuan dari orang lain. Misalnya memakai buku panduan, menceritakan kisah-kisah teladan, dan lain-lain.
c.       Tanpa adanya pengajaran atau ilmu yang telah didapat, pada dasarnya manusia sebagai makhluk yang bodoh dan lemah. serta tidak mengetahui mana yang hak dan yang batil.
d.      Kreteria bagi seorang pendidik, tentunya harus memiliki seperti apa yang dimiliki oleh malaikat jibril, yaitu kuat (jiwa dan jasmani) serta memiliki akal yang cerdas, karena sifat tersebut akan mempengaruhi bagi murid yang di didik.
e.       Konsep hidup haruslah sesuai dengan Al-Qur’an, agar bisa menjalankan tugas hidupnya dengan baik, yang sesuai dengan yang menugaskan (Allah).
f.       Tak ada batasan tentang apa yang dipelajari. Semuanya harus berjalan seimbang (lahir dan batin/jasmani dan rohani).



BAB III
KESIMPULAN

Subjek pendidikan adalah orang ataupun kelompok yang bertanggung jawab dalam memberikan pendidikan, sehingga materi yang diajarkan atau yang disampaikan dapat dipahami oleh objek pendidikan.
Surat An-Najm ayat 5-6 menjelaskan bahwa yang menyampaikan wahyu kepada Nabi Muhammad SAW. adalah malaikat Jibril yang mana diberi potensi  aqliyah yang sempurna. Kemudian dia (Jibril) juga menampakkan diri dengan rupa yang asli dan tampl sempurna. Dan dalam surat ini juga menjelaskan bahwa subjek pendidikan adalah malaikat Jibril yang mana punya potensi yang kuat dalam menerima wahyu-wahyu Allah untuk disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW.
Pada surat An-Najm ayat 5-6 ditegaskan klasifikasi seorang pendidik atau siapa saja yang berkompeten menjadi subjek pendidikan, yakni seperti yang tersurat dalam ayat ini adalah seperti halnya seorang malaikat Jibril yang mana beliau digambarkan sebagai berikut :
·         Sangat kuat, maksudnya memiliki fisik dan psikis yang matang dan mampu memecahkan masalah.
·         Mempunyai akal yang cerdas, yakni seorang pendidik haruslah memiliki akal yang mumpuni dalam mengajarkan apa yang diajarkannya sebagai subyek pendidikan.
·         Menampakkan dengan rupanya yang asli, yakni seorang subyek pendidikan hendaklah bersikap wajar yang tidak melebih-lebihkan segala sesuatu baik dirinya maupun apa yang dilakoninya dalam bidangnya.


DAFTAR PUSTAKA


Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Jakarta : RINEKA CIPTA.
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah volume 13, Jakarta: Lentera Hati, 2007.




[1] Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan,(Jakarta : RINEKA CIPTA), hal. 8
[2]M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah volume 13, (Jakarta: Lentera Hati, 2007) hal. 410-411

Tidak ada komentar:

Posting Komentar