Laman

Rabu, 09 November 2016

Telaah Materi Berperilaku Jujur dalam Kehidupan Sehari-Hari

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sungguh Rasulullah SAW telah menjelaskan di dalam hadisnya satu masalah di antara masalah akhlak yang sangat penting, yaitu cara mendidikakhlak dan cara pembentukannya serta cara memperkuatnya di dalam jiwa dan memantapkannya bahkan beliau telah menjadikannya pada urutan beberapa tabi’at, yaitu agar supaya manusia mempunyai tujuan berkata baik dan berbuat yang terpuji serta mengerjakannya berulang-ulang, sehingga sangat berpengaruh pada dirinya, bahkan dijadikannya sebagai kebiasaan yang berjalan lancar dan agar bertambah mendalam sesudah diamalkan.
Barang siapa yang ingin agar kejujuran itu menjadi kebiasaan dan akhlaknya ingin menjadi agama dan tabi’atnya, maka hendaknya dia mempunyai tujuan jujur dalam semua perbuatannya. Jika kejujuran itu sudah menjadi karakternya, maka yang demikian itu dia menjadi orang yang paling jujur.kedudukan sifat jujur sangat erat hubungannya dengan sifat-sifat para Nabi. Allah berfirman: artinya; dan Kami telah anugerahkan kepada mereka rahmat-Ku dan Kami telah ciptakan bagi mereka lisan yang jujur, yakni pujian yang baik yang tinggi nilainya. (QS. Maryam: 50).


B.     Rumusan Masalah
1.      Seperti apakah makna kejujuran?
2.      Apa sajakah Ayat Al-Qur’an dan hadis yang menjelaskan tentang perintah berlaku jujur?





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Memahami Makna Kejujuran
1.      Pengertian Jujur
Dalam bahasa Arab, kata jujur semakna dengan “as-sidqu” atau “siddiq”yang berarti benar, nyata, atau berkata benar. Lawan kata ini adalah dusta, ataudalam bahasa Arab ”al-kaibu”. Secara istilah, jujur atau aś-śidqu bermakna:
a.       kesesuaian antara ucapan dan perbuatan;
b.      kesesuaian antara informasidan kenyataan;
c.       ketegasan dan kemantapan hati; dan
d.      sesuatu yang baikyang tidak dicampuri kedustaan.
2.      Pembagian Sifat Jujur
Imam al-Gazali membagi sifat jujur atau benar (śiddiq) sebagai berikut.
a.       Jujur dalam niat atau berkehendak, yaitu tiada dorongan bagi seseorangdalam segala tindakan dan gerakannya selain dorongan karena Allah Swt.
b.      Jujur dalam perkataan (lisan), yaitu sesuainya berita yang diterima denganyang disampaikan. Setiap orang harus dapat memelihara perkataannya.Ia tidak berkata kecuali dengan jujur. Barangsiapa yang menjaga lidahnyadengan cara selalu menyampaikan berita yang sesuai dengan fakta yangsebenarnya, ia termasuk jujur jenis ini. Menepati janji termasuk jujur jenisini.
c.       Jujur dalam perbuatan/amaliah, yaitu beramal dengan sungguh sehinggaperbatan §ahirnya tidak menunjukkan sesuatu yang ada dalam batinnyadan menjadi tabiat bagi dirinya.[1]
3.      Hikmah atau manfaat dari perilaku jujur adalah:
a.       Mendapatkan kepercayan dari orang lain,
b.      Mendapatkan banyak teman, dan
c.       Mendapatkan ketentraman hidup karena tidak memiliki kesalahan terhadap orang lain.[2]
Kejujuran merupakan fondasi atas tegaknya suatu nilai-nilai kebenaran karena jujur identik dengan kebenaran. Allah berfirman:
$pkšr'¯»tƒtûïÏ%©!$#(#qãZtB#uä(#qà)®?$#©!$#(#qä9qè%urZwöqs%#YƒÏyÇÐÉÈ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah perkataan yang benar,(al-Ahzab/33: 70).
Orang yang beriman perkataannya harus sesuai dengan perbuatannya karena sangat berdosa besar bagi orang-orang yang tidak mampu menyesuaikan perkataannya dengan perbuatan, atau berbeda apa yang di lidah dan apa yang diperbuat. Allah Swt. berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?
(Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (Q.S. aś-saff/61:2-3)
Pesan moral ayat tersebut tidak lain memerintahkan satunya perkataan dengan perbuatan. Dosa besar di sisi Allah Swt., mengucapkan sesuatu yang tidak disertai dengan perbuatannya. Perilaku jujur dapat menghantarkan pelakunya menuju kesuksesan dunia dan akhirat. Bahkan, sifat jujur adalah sifat yang wajib dimiliki oleh setiap nabi dan rasul. Artinya, orang-orang yang selalu istiqamah atau konsisten mempertahankan kejujuran, sesungguhnya ia telah mamiliki separuh dari sifat kenabian.
Jujur adalah sikap yang tulus dalam melaksanakan sesuatu yang diamanatkan, baik berupa harta maupun tanggung jawab. Orang yang melaksanakan amanat disebut al-Amin, yakni orang yang terpercaya, jujur, dan setia. Dinamai demikian karena segala sesuatu yang diamanatkan kepadanya menjadi aman dan terjamin dari segala bentuk gangguan, baik yang datang dari dirinya sendiri maupun dari orang lain. Sifat jujur dan terpercaya merupakan sesuatu yang sangat penting dalam segala aspek kehidupan, seperti dalam kehidupan rumah tangga, perniagaan, perusahaan, dan hidup bermasyarakat.
Di antara faktor yang menyebabkan Nabi Muhammad saw. berhasil dalammembangun masyarakat Islam adalah karena sifat-sifat dan akhlaknya yang sangat terpuji. Salah satu sifatnya yang menonjol adalah kejujurannya sejakmasa kecil sampai akhir hayatnya sehingga ia mendapa gelar al-Amin (orangyang dapat dipercaya atau jujur).
Kejujuran akan mengantarkan seseorang mendapatkan cinta kasih dan keridaan Allah Swt. Sedangkan kebohongan adalah kejahatan tiada tara, yang merupakan faktor terkuat yang mendorong seseorang berbuat kemunkaran dan menjerumuskannya ke jurang neraka.
Kejujuran sebagai sumber keberhasilan, kebahagian, serta ketenteraman,harus dimiliki oleh setiap muslim. Bahkan, seorang muslim wajib pula menanamkan nilai kejujuran tersebut kepada anak-anaknya sejak dini hingga pada akhirnya mereka menjadi generasi yang meraih sukses dalam mengarungi kehidupan. Adapun kebohongan adalah muara dari segala keburukan dan sumber dari segala kecaman karena akibat yang ditimbulkannya adalah kejelekan, dan hasil akhirnya adalah kekejian. Akibat yang ditimbulkan oleh kebohongan adalan namimah (mengadu domba), sedangkan namimah dapat melahirkan kebencian. Demikian pula kebencian adalah awal dari permusuhan.
Dalam permusuhan tidak ada keamanan dan kedamaian. Dapat dikatakan bahwa, “orang yang sedikit kejujurannya niscaya akan sedikit temannya.”
Contoh Bukti Kejujuran Nabi Muhammad saw.
Ketika Nabi Muhammad hendak memulai dakwah secara terbuka dan terang-terangan, langkah pertama yang dilakukan misalnya, Rasulullah saw. berdiri di atas bukit, kemudian memanggil-manggil kaum Quraisy untuk berkumpul, “Wahai kaum Quraisy, kemarilah kalian semua. Aku akan memberikan sebuah berita kepada kalian semua!”
Mendengar panggilan lantang dari Rasulullah saw., berduyun-duyun kaum Quraisy berdatangan, berkumpul untuk mendengarkan berita dari manusia jujur penuh pujian. Setelah masyarakat berkumpul dalam jumlah besar, beliau tersenyum kemudian bersabda, “Saudara-saudaraku, jika aku memberi kabar kepadamu, jika di balik bukit ini ada musuh yang sudah siaga hendak menyerang kalian, apakah kalian semua percaya?” Tanpa ragu semuanyamenjawab mantap, “Percaya!”
Kemudian, Rasulullah kembali bertanya, “Mengapa kalian langsung percaya tanpa membuktikannya terlebih dahulu?” Tanpa ragu-ragu orang yang hadir di sana kembali menjawab mantap, “Engkau sekalipun tidak pernah berbohong, wahai al-Amin. Engkau adalah manusia yang paling jujur yang kami kenal.”
B.     Ayat Al-Qur’an dan hadis tentang Perintah Berlaku Jujur
1.      QS. Al-Maidah/5: 8
$pkšr'¯»tƒšúïÏ%©!$#(#qãYtB#uä(#qçRqä.šúüÏBº§qs%¬!uä!#ypkà­ÅÝó¡É)ø9$$Î/(ŸwuröNà6¨ZtB̍ôftƒãb$t«oYx©BQöqs%#n?tãžwr&(#qä9Ï÷ès?4(#qä9Ïôã$#uqèdÜ>tø%r&3uqø)­G=Ï9((#qà)¨?$#ur©!$#4žcÎ)©!$#7ŽÎ6yz$yJÎ/šcqè=yJ÷ès?ÇÑÈ

Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) Karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. berlaku adillah, Karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

2.      QS.  at-Taubah : 119
$pkšr'¯»tƒšúïÏ%©!$#(#qãZtB#uä(#qà)®?$#©!$#(#qçRqä.uryìtBšúüÏ%Ï»¢Á9$#ÇÊÊÒÈ
“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar”[3]

3.      Hadis dari Abdullah bin Mas’ud ra.
Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Mas’ud ra., Rasulullah saw bersabda, “Hendaklah kamu berlaku jujur karena kejujuran menuntunmu padakebenaran, dan kebenaran menuntunmu ke surga. Dan sesantiasa seseorangberlaku jujur dan selalu jujur sehingga dia tercatat di sisi Allah Swt. sebagaiorang yang jujur. Dan hindarilah olehmu berlaku dusta karena kedustaanmenuntunmu pada kejahatan, dan kejahatan menuntunmu ke neraka. Danseseorang senantiasa berlaku dusta dan selalu dusta sehingga dia tercatat disisi Allah Swt. sebagai pendusta.” (H.R. Muslim)[4]




BAB III
TELAAH SUBSTANSI

A.    Memahami Makna Kejujuran
Jujur adalah kesesuaian sikap antara perkataan dan perbuatan yang sebenarnya.Apa yang diucapkan memang itulah yang sesungguhnya dan apa yang diperbuat itulah yang sebenarnya.
Kejujuran sangat erat hubungannya dengan hati nurani.Kata hati nurani adalah sesuatu yang murni dan suci.Hati nurani selalu mengajak kita kepada kebaikan dan kejujuran.Namun, kadang, kita enggan mengikuti hati nurani, maka itulah yang disebut dusta.Apabila kita katakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan, itulah yang dinamakan bohong.Dusta atau bohong merupakan lawan kata jujur.
Jujur itu penting.Berani jujur itu hebat.Sebagai makhluk sosial, kita memerlukan kehidupann yang harmonis, baik, dan seimbang.Agar tidak ada yang dirugikan, dizalimi dan dicurangi, kita harus jujur.Jadi, untuk kehidupan yang lebih baik kuncinya adalah jujur. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi:
“dari Abdullah Ibn Mas’ud. Rasulullah saw bersabda, “sesungguhnya jujur itu membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa ke surga...” (HR. Bukhari).
Ada ungkapan yang mengatakan bahwa “kejujuran itu mahal”.Ya, kejujuran memang sangat mahal karena berkata jujur itu terkadang sangat berat.Akan tetapi, agar dapat dipercaya orang, kita harus jujur. Rasulullah saw telah memberi contoh nyata kepada kita. Pada masa jahiliyah sangat sulit menccari orang yang jujur. Dengan kejujuran Rasulullah saw menjadi orang yang paling terpercaya. Beliau mendapat gelar al-amin (dapat dipercaya) dari bangsa Quraisy.
Kejujuran berbuah kepercayaan, sebaliknya dusta menjadikan orang lain tidak percaya. Jujur membuat hati kita tenang, sedangkan berbohong membuat hati jadi was-was.
Akan tetapi kadangkala, ada orang yang tidak suka dengan kejujuran. Hal ini akan terjadi apabila orang itu akan terganggu oleh kejujuran kita itu. Meskipun demikian jangan takut dan risau karena maswih banyak pihak yang mendukung kejujuran.
Kejujuran merupakan bagian dari akhlak yang diajarkan dalam Islam. Seharusnya sifat jujurjuga menjadi identitas seorang muslim. Katakan bahwa yang benar itu adalah benar dan yang salah itu salah.Jangan dicampuradukkan antara yang hak dan yang batil.Allah Swt.berfirman:
Ÿwur(#qÝ¡Î6ù=s? Yysø9$#È@ÏÜ»t7ø9$$Î/(#qãKçGõ3s?ur¨,ysø9$#öNçFRr&urtbqçHs>÷ès?ÇÍËÈ
Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu Mengetahui.(surah al-Baqarah/2: 42).[5]

B.     Ayat Al-Qur’an dan hadis tentang Perintah Berlaku Jujur
v  Kandungan Q.S. al-Māidah/5:8
Ayat ini memerintahkan kepada orang mukmin agar melaksanakan amal dan pekerjaan mereka dengan cermat, jujur, dan ikhlas karena Allah Swt.,baik pekerjaan yang bertalian dengan urusan agama maupun pekerjaan yangbertalian dengan urusan kehidupan duniawi. Karena hanya dengan demikianlahmereka bisa sukses dan memperoleh hasil balasan yang mereka harapkan.
Dalam persaksian, mereka harus adil menerangkan apa yang sebenarnya, tanpa memandang siapa orangnya, sekalipun akan menguntungkan lawandan merugikan sahabat dan kerabatnya sendiri. Ayat ini seirama denga Q.S.an-Nisā/4:153 yaitu sama-sama menerangkan tentang seorang yang berlakuadil dan jujur dalam persaksian. Perbedaannya ialah dalam ayat tersebutditerangkan kewajiban berlaku adil dan jujur dalam persaksia walaupunkesaksian itu akan merugikan diri sendiri, ibu, bapak, dan kerabat, sedangdalam ayat ini diterangkan bahwa kebencian terhadap sesuatu kaum tidakboleh mendorong seseorang untuk memberikan persaksian yang tidak adildan tidak jujur, walaupun terhadap lawan.
Menurut Ibnu Ka¡ir, maksud ayat di atas adalah agar orang-orang yang beriman menjadi penegak kebenaran karena Allah Swt., bukan karenamanusia atau karena mencari popularitas, menjadi saksi dengan adil dantidak curang, jangan pula kebencian kepada suatu kaum menjadika kalian berbuat tidak adil terhadap mereka, tetapi terapkanlah keadilan itu kepadasetiap orang, baik teman ataupun musuh karena sesungguhnya perbuatanadil menghantarkan pelakunya memperoleh derajat takwa.Terkait dengan menjadi saksi dengan adil, ditegaskan dari Nu’man binBasyir, “Ayahku pernah memberiku suatu hadiah. Lalu ibuku, ‘Amrah bintiRawahah, berkata, ‘Aku tidak rela sehingga engkau mempersaksikan hadiahitu kepada Rasulullah saw. Kemudian, ayahku mendatangi beliau dan memintabeliau menjadi saksi atas hadiah itu. Maka Rasulullah saw. pun bersabda:
Artinya: “Apakah setiap anakmu engkau beri hadiah seperti itu juga? ‘Tidak’, jawabnya. Maka beliau pun bersabda, ‘Bertakwalah kepada Allah Swt., dan berbuat adillah terhadap anak-anak kalian!’ lebih lanjut beliau bersabda, ‘Sesungguhnya, aku tidak mau bersaksi atas suatu ketidakadilan.’ Kemudian ayahku pulang dan menarik kembali pemberian tersebut.”[6]


v  Kandungan QS. At-Taubah: 119
Allah mengajak Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allahdengan melaksanakan seluruhn perintah-Nya dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benardalam sikap, ucapan dan perbuatan mereka.
   Kata (šúüÏ%Ï»¢Á9$# )ash-shadiqin adalah bentuk jamak dari kata ash-shadiq.Ia terambil dari kata shidq/ benar. Berita yang benar adalah yang sesuai kandungannya dengan kenyataan. Dalam pandangan agama, ia adalah sesuai dengan apa yang diyakini. Makna kata ini berkembang sehingga ia mencakup arti sesuainya berita dengan kenyataan, sesuainya perbuatan dengan keyakinan, serta adanya kesungguhan dalam upaya dan tekad menyangkut apa yang dikehendaki.
Al-Biqa’i memahami kata (ìtB) ma’a/ bersama sebagai isyarat kebersamaan, walau dalam bentuk minimal. Memang, seperti kata orang: “jika anda tidak dapat menjadi seperti manusia agung, maka tirulah mereka. Kalau anda tidak dapat meniru mereka, maka bergaullah bersama mereka dan jangan tinggalkan mereka.”
Siapa yang selalu bersama sesuatu, maka sedikit demi sedikit ia akan terbiasa dengannya, karena itu Nabi saw.  berpesan: “hendaklah kamu (berucap dan bertindak) benar. Kebenaran mengantar kepada kebajikan, dan kebajikan mengantar ke surga.Dan seseorang yang selalu (bertindak dan berucap) benar serta mencari yang benar, pada akhirnya dinilai di sisi Allah sebagai shiddiq.[7]

v  Kandungan Hadis
Dalam sebuah hadis panjang yang berasal dari Syihab diceritaka bahwa ketika Rasulullah saw. akan melakukan gazwah (penyerangan) ke Tabuk untukmenyerang tentara Romawi dan orang-orang Kristen di Syam, salah seorangsahabat yang bernama Ka’ab bin Malik mangkir dari pasukan perang, Ka’abmenceritakan bahwa mangkirnya ia dari peperangan tersebut bukan karenasakit ataupun ada suatu masalah tertentu, bahkan menurutnya hari itu justruia sedang dalam kondisi prima dan lebih prima dari hari-hari sbelumnya.
Tetapi entah mengapa ia merasa enggan untuk bergabung bersam pasukan Rasulullah saw. sampai akhirnya ia ditinggalkan oleh pasukan Rasulullah saw.Sekembalinya pasukan Rasulullah saw. ke Madinah, ia pun bergegas menemuiRasulullah saw. dan berkata jujur tentang apa yang ia lakukan. Akibatnya,Rasul menjadi murka, begitu pula sahabat-sahabat lainnya. Ia pun dikucilkanbahkan diperlakukan seperti bukan orang Islam, sampai-sampai Rasulullahsaw. memerintahkannya untuk berpisah dengan istrinya. Setelah lima puluh
hari berselang, turunlah wahyu kepada Rasulullah saw. yang menjelaskan bahwa Allah Swt. telah menerima taubat Ka’ab dan dua orang lainnya. AllahSwt. benar-benar telah menerima taubat Nabi, orang-orang Muhajirin danAnśar yang mengikutinya dalam saat-saat sulit setelah hampir-hampir sajahati sebagian mereka bermasalah. Kemudian, Allah Swt. menerima taubatmereka dan taubat tiga orang yang mangkir dari jihad sampai-sampai merekamerasa sumpek dan menderita. Sesungguhnya Allah Swt. Maha Pengasih danPenyayang.Ketika ia diberi kabar gembira bahwa Allah Swt. telah menerim taubatnya,dan Rasulullah saw. telah memaafkannya, Ka’ab berkata, “Demi Allah Swt.tidak ada nikmat terbesar dari Allah Swt. setelah nikmat hidayah Islam selainkejujuranku kepada Rasulullah saw. dan ketidakbohonganku kepada beliausehingga saya tidak binasa seperti orang-orang yang berdusta, sesungguhnyaAllah Swt. berkata tentang mereka yang berdusta dengan seburuk-burukperkataan.[8]








BAB IV
TELAAH FORMATIF

1.      Kompetensi Inti (KI)
KI-2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif, dan pro-aktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
2.      Kompetensi Dasar (KD)
2.1.  Menunjukkan perilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari sebagai implementasi dari pemahamanQS. Al-Maidah: 8, QS.at-Taubah:119 dan hadis terkait.

3.      Indikator Esensi
a.       Membaca dan memahami QS. Al-Maidah: 8, QS.at-Taubah:119 tentang kejujuran.
b.      Menjelaskan makna isi QS. Al-Maidah: 8, QS.at-Taubah:119.
c.       Membaca dan memahami hadis-hadis yang terkait dan mendukung lainnya, tentang kejujuran.
d.      Menampilkan contoh perilaku berdasarkan QS. Al-Maidah: 8, QS.at-Taubah:119 tentang kejujuran.

4.      Metode
Untuk materiPerilaku Jujur dalam Kehidupan Sehari-hari, metode-metode yang tepat dan baik digunakan menurut pemakalah untuk memberikan pembelajaran mengenai materi tersebut adalah sebagai berikut:
1)      Ceramah, adalah suatu metode penyampaian pesan pengajaran secara lisan oleh guru kepada siswa atau sekelompok siswa di dalam kelas.[9]
2)      Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.[10]
3)      Tanya jawab, iyalah metode penyampaian pesan pengajaran dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan siswa memberikan jawaban, atau sebaliknya siswa diberi kesempatan bertanya dan guru menjawab pertanyaan.[11]
4)      Metode proyek atau unit, adalah cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak dari suatu masalah, kemudian dibahas dari berbagai segi yang berhubungan sehingga pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna. Pemecahan setiap masalah perlu melibatkan bukan hanya satu mata pelajaran atau bidang studi saja, melainkan hendaknya melibatkan berbagai mata pelajaran yang ada kaitannya dan sumbangannya bagi pemecahan masalah tersebut, sehingga setiap masalah dapat dipecahkan secara keseluruhan yang berarti.[12]
5.      Media
a.       Media gambar, adalah media visual yang berupa goresan-goresan, coretan-coretan atau bentuk-bentuk lain yang dapat menimbulkan tanggapan, persepsi ataupun pemikiran manusia terhadap sesuatu objek atau benda-benda tertentu. Gambar-gambar yang dimaksud dapat berupa lukisan tangan atau hasil fotografi.[13]
b.      Slide proyektor, media ini dapat digunakan ketika menampilkan poin-poin penting materi pelajaran kepada siswa baik materi yang berkaitan dengan adab seorang muslim terhadap orangtua dan guru serta materi tentang adab bergaul dengan saudara dan teman.
c.       Media film bersuara, guru dapat memuturkan film-film atau video-video yang berkaitan materi pelajaran baik materi yang berkaitan dengan adab seorang muslim terhadap orangtua dan guru serta materi tentang adab bergaul dengan saudara dan teman.

6.      Evaluasi
Dalam buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas X, secara umum materi telah sesuai untuk dipelajari oleh siswa karena materi yang terdapat dalam buku tersebutsudah mengarah kepada KI, KD, dan indikator.

7.      Bahasa
Bahasa yang terdapat di dalam buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti tersebut sesuai dengan jenjang/tingkatan siswa kelas X SMA, dan bagi saya sendiri tidak sulit untuk dipahami.





BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
·         Jujur (as-sidqu) adalah mengatakan sesuatu sesuai dengan kenyataan, sedangkan dusta (al-kaibu) adalah mengatakan sesuatu tidak sesuai dengankenyataan.
·         Kejujuran merupakan petunjuk dan jalan menuju surga Allah Swt sedangkan dusta adalah petunjuk dan jalan menuju neraka.
·         Jujur adalah sifat para nabi dan rasul Allah Swt., sedangkan bohong atau dusta adalah ciri atau sifat orang-orang munafik.
·         Kejujuran akan menciptakan ketenangan,kedamaian, keselamatan,kesejahteraan, dan kenikmatan lahir batin baik di dunia maupun di akhiratkelak. Sementara, kedustaan menimbulkan kegoncangan, kegelisahan konfliksosial, kekacauan, kehinaan, dan kesengsaraan lahir dan batin baik di duniaapalagi di akhirat.
·         Diperbolehkan dusta hanya untuk tiga hal saja, yaitu ketika seorang istri memuji suaminya atau sebaliknya. Ketika seseorang yang akan mencelakai orang yangtidak bersalah dengan mengatakan bahwa orang yang dicari tidak ada. Ketikaucapan dusta untuk mendamaikan dua orang yang sedang bertikai agar damaidan rukun kembali.

B.     Saran
Makalah ini mungkin sangat jauh dari kata sempurna.Untuk itu penulis selalu mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian, agar menjadi masukan dan perbaikan bagi penulis sehingga kedepannya makalah ini menjadi lebih baik.



DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Iif Khoiru – dkk. (2011).Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu.Jakarta : Prestasi Pustaka.
Djamara, Syaiful Bahri Aswan Zain. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:  PT Rineka Cipta.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2014). Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
M. Quraish Shihab. (2002).Tafsir Al-Mishbah (Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an).Jakarta: Lentera Hati.
Rodhatul Jennah. (2009) “Media Pembelajaran”.Banjarmasin: Antasari Press.
Usman, M. Basyiruddin. (2002).“Metodologi Pembelajaran Islam”.Jakarta Selatan: Ciputat Pres.
Yusuf A. Hasan – Ismail. (2013).Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (kelas VII SMP/MTs). Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan2013.



[1] Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014, hlm. 34
[2]Yusuf A. Hasan – Ismail, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (kelas VII SMP/MTs), Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan2013, 2013 hlm. 29-30.
[3]Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Ibid..., hlm. 35-36
[4]Ibid,..., hlm. 39
[5]Yusuf A. Hasan – Ismail, Ibid..., hlm. 29-30.
[6]Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Ibid..., hlm. 37-38
[7]M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah (Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an), Jakarta: Lentera Hati, 2002, hlm. 744-745
[8]Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Ibid..., hlm. 39
[9]M. Basyiruddin Usman, “Metodologi Pembelajaran Islam”, (Jakarta Selatan: Ciputat Pres, 2002), hlm.34
[10]Iif Khoiru Ahmadi – dkk, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu, Jakarta : Prestasi Pustaka, 2011
[11]Ibid, . . hlm. 43
[12]Syaiful Bahri Djamara, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,Jakarta:  PT Rineka Cipta, 2002, hlm 93
[13]Rodhatul Jennah, “Media Pembelajaran”, (Banjarmasin: Antasari Press, 2009), hlm.62

Tidak ada komentar:

Posting Komentar